"Mi, besok ada arisan keluarga di rumah Kakakku," kata Reno saat dalam perjalanan pulang ke Surabaya.
Agmi yang sedang mengunyah kerupuk upil menoleh. Tadi ibunya membawakan banyak camilan itu buat oleh-oleh. "Terus?" tanyanya pura-pura nggak peka. Dia tahulah maksud Reno apa. Dia sudah mengenalnya Reno pada ibunya, tentunya sekarang dia juga harus kenal keluarga Reno.
"Gimana kalau kamu ikut?"
Agmi sangat tahu ucapan Reno barusan bukanlah tawaran. Yah, bagaimanapun endingnya mereka akan menikah juga, selama minimal tiga tahun menurut kontrak. Agmi tidak mungkin bisa bersembunyi dari keluarga Dokter Reno selamanya. Namun membayangkan pertemuan dengan dengan keluarga Prawirohardjo sungguh sangat mengerikan. Keluarga besar yang isinya kebanyakan berprofesi sebagai dokter. Rasanya Agmi kayak mau uji kompetensi aja nggak sih?
"Aku harus ikut, kan?" Agmi malah balik nanya.
"Ya dong," senyum Reno.
"Kalau gitu, nggak usah nanya dong," ketus Agmi.
Reno ketawa aja. "Karena aku udah bikin postingan IG. Keluargaku juga banyak yang komen. Jadi ya sebaiknya segera aja kamu kenalan sama mereka biar urusan pernikahan kita juga bisa dipercepat."
"Acaranya di rumah Dokter Rendi? Rumah Dokter Arlin juga dong?" tanya Agmi sok polos.
Senyuman Reno memudar seketika. Ya gimana sih, Reno mau bawa Agmi ke rumah selingkuhan dia gitu loh.
"Iya, makanya besok kamu dandan yang cantik."
"Jam berapa Dokter jemput saya?"
Reno menoleh pada Agmi lagi sembari memicingkan mata. "Tolong ya, besok kamu ganti gaya bahasa kamu yang formal itu. Aku kan udah pernah bilang, panggil aku Mas. Cinta itu harus setara Agmi."
Agmi mendengkus. Merinding disko dia kalau manggil Reno pakai gelar itu. "Saya belum terbiasanya."
"Harus biasa, kita kan mau nikah."
"Okelah, besok saya coba," putus Agmi.
Mobil Reno akhirnya berbelok ke belakang rumah sakit. Di sana berdirilah asrama untuk koas. Itu adalah fasilitas yanh disediakan oleh kampus dan juga rumah sakit. Agmi tinggal di sana karena jaraknya dekat dengan rumah sakit. Fasilitasnya lengkap dan juga cukup murah.
Mendadak keringat Agmi bercucuran. Dia ingat bagaimana ramainya grup whatsapp koas kemarin. Dia mematikan paket datanya seharian setelah kejadian itu. Begitu Agmi masuk ke asrama nih, pasti teman-temannya bakal heboh. Apalagi kalau mereka melihat mobil Reno. Tidak!
"Dokter, saya turun di sini aja!" tegasnya tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Reno tak mengerti.
"Saya nggak mau ada ngelihat dokter ngater saya ke asrama," kata Agmi.
"Emang kenapa sih? Kan kita mau menikah bulan depan. Kamu masih mau kucing-kucingan aja sama temen-temen kamu? Kamu ingat, kan? Hubungan kita ada untuk dipublikasikan," tegur Reno.
"Duh, Dokter nggak tahu! Dokter itu...." Agmi berhenti bicara. Dia mau bilang kalau Reno itu punya banyak fans di asrama koas tapi ntar Reno jadi besar kepala dong.
"Aku kenapa?" tanya Reno karena Agmi menggantungkan kalimatnya.
"Nggak jadi. Pokoknya saya turun di sini!"
Reno tak bisa berkomentar lagi. Dia akhirnya menepikan mobilnya. Agmi mengambil ranselnya kemudian membuka pintu.
"Hati-hati, Sayang."
Ucapan Dokter Reno itu membuat Agmi yang mau turun dari mobil membeku.
"Dokter bilang apa barusan?" ulangnya sembari menoleh.
Reno cuman mesam-mesem aja. "Setelah aku pikir manggil nama doang kurang menunjukkan identitas kita sebagai pasangan. Jadi mulai hari ini aku mau manggil kamu 'Sayang.'"
Agmi meniup poninya lelah. "Ya udahlah, suka-suka Dokter aja. Tapi kalau di rumah sakit jangan pernah panggil begitu!" tudingnya.
Reno hanya melengkungkan bibir aja. Dia nggak mau janji. Justru tujuan dia bikin skandal di rumah sakit cepat tersebar luas kok.
"Sampai besok, Sayang. Besok aku jemput jam empat sore," ucap Reno.
"Oke," angguk Agmi. Dia akhirnya turun dari mobil dan menutup pintunya.
***
Votes and komen ya, Guys!
Extra chapter 5 TMD udah ada di karyakarsa ya guys. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...