"Ini udah jadi."
Agmi mengerutkan kening lalu melihat isi tas karton itu. "Apa ini tanyanya?"
"Undangan kita."
"Apa? Cepet banget jadinya!" Agmi mengintip lagi ke dalam tas karton itu lagi.
"Banyak banget!" serunya.
"Ini baru sebagian aja buat orang rumah sakit doang."
"Apa baru sebagian?" geger Agmi.
Arlin hanya diam melihat dua orang itu yang semakin menjauh. Rasa sakit luar biasa menyeruak dari dalam dadanya. Dia mengusap matanya lalu beranjak kembali ke ruang penyakit dalam. Dia nggak bisa melihat pemandangan Reno yang sedang bermesraan dengan wanita lain lebih lama.
Sementara itu Agmi melotot melihat betapa banyaknya undangan segebok yang dibawa Reno. "Sebanyak ini siapa aja yang mau diundang? Pegawai satu rumah sakit mau diundang semua?" tanya Agmi takjub.
Reno mengangguk saja dengan wajah polos. Bikin Agmi geger. "Gila! Kan aku udah bilang kita bikin acara sederhana aja!" semburnya.
"Aku maunya juga begitu tapi ternyata nggak bisa. Pas aku bilang sama Kakek kemarin langsung diomelin. Dia mau ngundang temen-temennya, jadi acaranya nggak boleh malu-maluin. Kakak juga bawel. Kamu kan tahu Kakak itu direktur rumah sakit. Masa adiknya nikah dia nggak undang pegawainya. Terus manajerku bilang aku harus ngundang kolega bisnis juga. Jadilah dua ribu undangan."
Netra Agmi melotot. Dua ribu undangan? Kayak mau konser aja. Duh, emang susah nikah sama keluarga konglomerat begini.
"Maaf ya, Mi," kata Reni memelas.
Agmi nggak tega juga lihatnya. Toh bukan kemauan cowok itu sebenarnya buat bikin acara semeriah ini. "Ya udah, mau gimana lagi kalau keputusan keluarga," desah Agmi akhirnya.
Dalam hatinya Agmi berpikir. Pesta dengan undangan sebanyak ini bakal habis berapa duit? Toh, pestanya cuman sekali lalu dilupakan juga. Nantinya hanya akan meninggalkan foto-foto kenangan yang tak berharga lagi ketika mereka bercerai. Ah, sayang banget uangnya! Mending dikasih ke dia aja duit itu daripada dihambur-hamburkan begitu! Jiwa misqueen Agmi meronta-ronta.
"Besok habis dines kita fitting baju yak," kata Reno.
"Oke," angguk Agmi.
"Sekalian kita foto prewedding."
"Oke."
Ah, pesta pernikahan sederhana yang dia harapkan gagal sudah. Masalahnya adalah ... berarti dia kudu kuat berdiri di pelaminan, menyalami dua ribu orang, dengan make up tebal dan baju yang berat selama berjam-jam.
Aduh, membayangkannya saja sudah membuat Agmi lelah. Mana kalau kateringnya enak dia pasti nggak bisa makan, kan? Dia bakal ngelihatin tamu yang makan dari jauh aja. Lengkap sudah penderitaannya.
"Nanti pas acara kita harus ganti baju pengantin tujuh kali." kata Reno.
Agmi terbeliak mendengar ucapan Reno itu. Buset! Tujuh kali?! Mau peragaan fashion show apa gimana tuh?
"Soalnya kata manajer aku, banyak yang mau diendors butiknya pas aku bilang mau nikah. Ada sekitar dua puluh butik yang daftar. Kata manajer aku nggak bisa tolak semuanya. Seenggaknya aku harus terima tujuh endorment," jelas Reno.
Agmi megap-megap aja kayak ikan koi. Endorment? Luar biasa. Jadi begini ya gaya hidup selebgram itu. Tapi Agmi nggak bisa memberikan jawaban lain selain, "Oke."
"Kamu oke-oke aja mulu," tegur Reno.
"Terus aku harus bilang nggak gitu?" ketus Agmi.
"Eh, ini kan pembicaraan kita kemarin yak," kekeh Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...