"Aku dengar tadi kamu akadnya pakai wali hakim," ucap Bulik Endang dengan senyuman sinis.
Netra Agmi terbeliak tapi dia senyum aja. Sialan! Sudah dia duga ini orang emang mau cari gara-gara.
"Bukannya ada Pakdemu tadi yang datang? Aku penasaran kenapa kamu nggak nikah pakai wali Pakdhemu aja tapi malah wali hakim."
Senyuman Bulik Endang yang terkembang sangat mengintimidasi. Agmi yakin, orang itu sebenarnya sudah tahu alasannya. Tapi kenapa dia dengan sengaja malah mendatangi Agmi dan bertanya dengan wajah yang sok polos begitu?
"Kalau ayahmu sudah meninggal kan harusnya bisa wali Pakdhe yak? Tapi kenapa malah wali hakim?" tanya Bulik Endang.
Agmi senyum aja walaupun dalam hati dia kebingungan. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan itu. Kalau dia bilang dengan jujur bahwa ayahnya masih hidup tapi Agmi tidak tahu dia di mana, pasti orang ini akan makin merendahkannya. Belum lagi dia bertanya seperti itu depan make up artisnya yang sedang mendadani Agmi. Agmi kan nggak tahu ini MUA mulutnya ember apa nggak. Reno itu orang ternama di kota ini. Segala kejelekan Agmi bisa berpengaruh juga pads reputasi Reno.
"Bulik." Agmi lega karena di depan pintu kamar rias, tiba-tiba muncul Rendi. Kakak iparnya itu tersenyum dengan ramah. "Bulik di sini rupanya. Dicari sama Paklik," kata dokter beda itu.
"Waduh, ya sudah aku pergi dulu. Nanti ngobrol lagi ya, Agmi," senyum Bulik Endang pada Agmi.
Agmi balas melengkungkan bibir aja meski dalam hati dia mendongkol. Nggak bakal dia ngobrol lagi dengan wanita jahanam ini. Agmi bernapas lega setelah Bulik Endang akhirnya pergi.
Rendi menghampiri Agmi dengan raut cemas. "Kamu barusan diajakin ngomong apa sama Bulik?" tanya kakak ipar Agmi itu.
"Ah, cuman ngobrol biasa aja, Dokter," kata Agmi.
"Nggak mungkin Bulik cuman ngobrol. Dia pasti ngajakin perang," keluh Rendi. "Jangan diambil hati omongan dia, ya, Agmi," ucap direktur rumah sakit itu dengan bibir yang melengkung.
Agmi mengangguk dan balas tersenyum. Dokter Rendi memang sangat baik. Entah bagaimana jadinya tadi jika kakak iparnya itu tidak muncul. Mungkin Agmi jadi terpaksa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Bulik Endang yang merendahkan dirinya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu manggil aku Dokter?" protes Rendi.
Agmi nyengir aja. Lupa dia. Duh, susah banget merubah kebiasaan memanggil nama orang-orang dalam keluar Reno ini.
"Panggil aku Kakak aja," senyum Rendi.
"Iya, Kak," angguk Agmi canggung. Dia sebenarnya sudah sering bekerja sama dengan Rendi terkait dengan payung penelitian Prof Sarwono sehingga mereka cukup akrab. Tapi memanggil nama dokter itu tanpa gelarnya masih terasa aneh bagi Agmi.
"Agmi, terima kasih ya sudah mau menikah dengan Reno."
Ucapan Dokter Rendi itu seketika membuat Agmi menoleh. Pria itu tersenyum manis sekali. Beberapa bagian dari wajahnya cukup mirip dengan Reno mungkin yang membedakan hanyalah kacamata yang membingkai wajahnya.
"Aku nggak nyangka sih, Reno akhirnya bisa menikah juga. Kukira dia itu nggak pengen nikah," keluh pria itu sembari menghela napas.
"Kenapa Mas Reno nggak mau nikah? Kan banyak cewek yang dekat dengan dia," sahut Agmi. Dia bersyukur kali ini tidak salah memanggil suaminya itu dengan gelar lagi.
"Justru karena dia sering gonta-ganti pacar itu, nggak ada satupun yang serius," decak Rendi. "Malah beberapa bulan terakhir dia males pacaran katanya karena repot mutusinnya, jadi dia HTS-an aja."
Agmi tertawa kecil. Dalam hatinya dia merasa aneh. Reno tidak berpacaran selama beberapa bulan terakhir karena dia berselingkuh dengan kakak iparnya. Tentu saja Rendi tak mungkin mengetahui fakta ini. Diam-diam Agmi merasa kasihan pada kakak iparnya itu. Agmi bisa melihat betapa besar rasa sayang pria itu pada adiknya. Bagaimana bisa Reno mengkhianati kakak sebaik ini?
"Pokoknya aku berterima kasih banyak, karena kamu bisa membuat Reno mau menikah. Kalau nggak ketemu kamu, mungkin dia nggak akan mau nikah," kata Rendi.
Agmi tersenyum miris. Bukan dia yang menyebabkan Reno ingin menikah melainkan Dokter Arlin.
"Meskipun dia itu suka gonta-ganti pacar tapi dia belum pernah selingkuh kok. Dua dan pacarnya selalu putus baik-baik."
Putus baik-baik? Dalam hatinya Agmi tertawa. Mana ada orang yang putus baik-baik di dunia ini. Kalau hubungan mereka baik-baik aja, nggak mungkin orang bisa putus, kan? Itu adalah kalimat yang sangat paradoksal. Rendi juga belum tahu bahwa adiknya itu pernah selingkuh, terlebih dengan kakak iparnya sendiri.
"Aku titip dia ya, Agmi. Meskipun kadang-kadang masih kekanak-kanakan dia itu baik dan penyanyang. Semoga hubungan kalian langgeng," ujar Rendi.
Agmi melengkungkan bibir lagi. Nggak bisa lebar-lebar gara-gara takut nanti ada garis senyum di wajah yang bikin make upnya kacau. Padahal dia udah didandani pake make up mahal gini, kan sayang uangnya. Dia harus kelihatan cantik di foto.
Agmi memandangi kakak iparnya yang masih tersenyum manis. Rendi adalah pria yang sangat baik. Betapa teganya istri dan adiknya menusuk laki-laki ini dari belakang.
***
Votes dan komen ya Guys....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...