"Bro!"
Reno hampir melompat saat mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakang tengkuknya. Ternyata itu Rendi. Kakaknya itu masih mengenakan seragam bedah yang warnanya hijau.
"Kaget aku, Kak. Kamu bikin aku jantungan aja," tegur Reno sambil mengelus dada.
Rendi membetulkan letak kacamatanya lalu ketawa. "Kenapa kaget begitu? Kamu habis melakukan hal yang nggak boleh aku tahu?"
"Kamu tiba-tiba muncul, nggak ada suaranya. Ruang istirahat ini kan terkenal banyak penunggunya!" sergah Reno.
"Masa sih?" Rendi melirik ponsel Reno kemudian merebutnya. Dokter bedah itu mengamati dengan saksama Instagram yang menunjukkan Agmi sedang tiktokan sama geng koasnya.
"Woi, Kak! Balikin!" ucap Reno panik. Pasalnya di dalam hape itu banyak percakapan dia dengan Arlin. Jangan sampai Rendi membacanya.
"Kamu lagi ngepoin siapa nih? Si Agmi?" tebak Rendi. Kakak kandung Reno itu tergelak ketika melihat beberapa video tiktok Agmi. Cewek itu wajahnya tanpa ekspresi banget, tapi gerakannya lincah dan kompak bersama teman-temannya. Terlihat sekali kalau mereka sudah sering latihan tiktokan.
"Ck! Apaan sih, Kak!" Reno merebut ponselnya dari tangan sang abang dengan jengkel.
"Jadi beneran gosip itu ya? Kalau kamu lagi PDKT sama Agmi?" tegur Rendi.
Reno melotot. "Hah? Apaan? Ada gosip begitu?" tanyanya takjub.
"Aku denger omongan dari para koas sih. Katanya kamu manggil Agmi pakai nama," kekeh Rendi. Dia meletakkan pantatnya di atas ranjang Reno.
"Ya, namanya kan emang Agmi, mau aku panggil siapa kalau bukan Agmi? Tumirah?" kelakar Reno.
"Bukan gitu, kamu kan tipe yang nggak akan mengingat nama orang yang bagi kamu nggak penting. Apalagi koas, kan? Kasta sudra," kata Rendi sembari bersedekap.
Reno diam sebentar. Apa yang dikatakan kakaknya itu emang bener banget. Reno hanya akan mengingat nama orang yang dia anggap penting saja. Nama Agmi penting karena dia sudah memegang rahasia besar Reno. Mana mungkin Reno dengan gamblang mengakui itu di depan kakaknya.
"Terus kenapa kamu tiba-tiba hapal namanya Agmi? Bagi kamu dia menarik?" kejar Rendi.
"Kepo banget sih, Kak!" ketus Reno.
Rendi ketawa aja. "Aku beban moral tahu karena kamu belum nikah-nikah. Bulik Endang tiap hari chat WhatsApp-ku nanyain kamu. Katanya kamu dihubungi nggak bisa. Dia mau comblangin kamu sama anak temannya katanya."
Reno berdecih kesal. Buliknya itu emang sudah dia blok. Ngeselin banget sih. Sok ikut campur urusan percintaan orang. Lebih dari sepuluh kali Reno sudah mengikuti perjodohan yang dijadwalkan bibinya itu, tapi tak satu pun cewek yang dikenalkan menarik perhatian Reno.
"Jadi gimana? Kamu beneran naksir si Agmi ini kan kayaknya? Kamu sampai kepoin Instagram dia loh," goda Rendi.
"Nggak, Kak! Aku tuh cuman curiga aja. Soalnya tugas-tugas mahasiswa lain tuh gaya tulisannya semua mirip sama tulisan dia. Aku curiga dia jadi joki tugas," dalih Reno sembari memutar kursi ergonomiknya sehingga berhadapan dengan Rendi yang lagi santuy di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikahi Dokter (Republish)
Romance"Ayo kita nikah." Agmi terdiam sejenak. Sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Apa mungkin karena dia kelaperan banget otaknya jadi agak geser ya? "Apa, Dok?" tanya Agmi akhirnya. "Ayo kita nikah," ulang Reno lagi dengan senyuman manis ban...