🌸 19. Promised

112 11 0
                                    

Sean baru selesai membeli minuman untuk Calista. Sean hari ini sangat senang karena Sean telah membuat Calista bahagia lagi, membuat senyum Calista terbit lagi. Sean sangat bersyukur untuk semua yang terjadi pada hari ini, Sean takkan melupakannya.

Sean berjalan menuju tempat Calista dan Reyhan. Terlihat, banyak orang berkumpul di tempat Calista dan Reyhan.

Ada apa?

Sean berjalan menembus keramaian orang-orang tersebut dan terlihat Calista yang sudah sangat pucat, hidung yang berdarah dan sudah tak sadarkan diri dipelukan Reyhan.

"TATAA."  Teriak Sean.

"Lo apain Calista?" Tanya Sean sekaligus mengambil Calista dari pelukan Reyhan.

"Gue cuma duduk sambil cerita sama Calista bang, terus gak lama kita cerita, Calista mimisan terus langsung pingsan." Jawab Reyhan dengan tangannya yang gemetar memegang sapu tangan, Reyhan sekarang sangat khawatir pada Calista.

"Ya udah, ayo kita bawa Calista ke rumah sakit yang dekat sini, pake mobil lo kalau pake mobil gue agak susah." Setelah berbicara itu, Sean langsung menggendong Calista bergegas menuju parkiran.

Reyhan mengikuti Sean dari belakang. Saat sampai di parkiran langsung saja Reyhan membuka pintu mobilnya dan membiarkan Sean dan Calista duduk dibelakang. Dengan bergegas Reyhan langsung ke kursi kemudi lalu langsung membawa Calista ke rumah sakit yang untung Reyhan tahu tempatnya.

Hanya sekitar empat menit mereka sampai di rumah sakit. Reyhan langsung keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Sean dan Calista.

"SUSTER, DOKTER, TOLONG ADIK SAYA." Teriak Sean saat mereka sudah memasuki rumah sakit.

Reyhan hanya mengikuti Sean. Reyhan bisa melihat betapa jelas Sean sangat menyayangi Calista. Calista sangat beruntung mempunyai kakak seperti Sean.

Suster datang dan mengarahkan Sean yang sedang menggendong Calista ke ruangan untuk penanganan Calista.

Saat sudah sampai di ruangan yang diarahkan suster tersebut, langsung saja Sean meletakan Calista di atas tempat tidur yang berwarna putih itu.

"Perempuan ini kenapa?" Terdengar suara laki-laki yang memakai jas dokter sedang berjalan ketempat mereka.

"Adik saya pusing lalu mimisan waktu kami selesai main di taman rekreasi, dok. Terus keliatan adik saya pucat sekali." Sean menjawab laki-laki yang sudah dipastikan dokter tersebut.

"Kalau begitu mohon untuk keluar ruangan, saya akan memeriksa pasien." Ucap dokter tersebut dan langsung dianggukan Sean.

Lainnya dengan Reyhan. Semenjak dokter itu masuk, mata Reyhan tak pernah berhenti menatap dokter tersebut.

Dokter itu adalah orang kemarin yang mengantar Calista.

Iya, Reyhan tidak salah.

Sesaat Reyhan memikirkan sesuatu hal yang memungkinkan tentang hubungan orang itu dengan Calista.

"Permisi, mas bisa keluar. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada pasian." Seketika suara suster membuat Reyhan tersadar dari lamunannya.

"Ehh iya." Sebelum keluar ruangan, Reyhan melihat sebentar ke arah orang itu yang sedang menatap Reyhan juga. Terbesit sedikit rasa cemburu saat melihat orang tersebut dekat dengan Calista.

Reyhan memutuskan pandangan dan berjalan keluar ruangan.

Ingat orang itu dokter.

🌸🌸🌸

Pintu yang setengah jam yang lalu tertutup akhirnya terbuka. Dokter dan suster yang tadi sudah selesai memeriksa Calista.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COLD CALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang