🌸 11. Garden

887 29 0
                                    

"Sini, duduk dulu."

Tidak membantah, tidak tersenyum juga, hanya mengikuti arahan Reyhan. Calista duduk disebelah Reyhan.

Calista ingat tempat ini. Ini adalah tempat Calista bertemu dengan Leta, si gadis kecil yang membuat Calista tersenyum setelah sekian lama. Sudah lama sejak kejadian itu Calista tidak bertemu Leta.

Keadaan mulai terasa canggung kembali, tidak ada dari mereka yang memulai percakapan, mereka hanya terdiam beberapa saat, fokus dengan pemikiran mereka masing-masing.

Reyhan memberanikan diri menatap Calista yang sedang menatap kedepan. Jujur, Reyhan bingung memulai percakapan dari mana.

"Bagaimana keadaan kamu?" Reyhan rasa mungkin itu awal yang baik untuk memulai percakapan dengan Calista.

Beberapa saat Calista diam, tidak ada tanda-tanda Calista akan membalas pertanyaan Reyhan. Reyhan menghembuskan nafasnya berat, mencoba mengerti dengan keadaan Calista.

Reyhan mengikuti tatapan mata Calista, terlihat tak jauh dari mereka ada bunga berbagai macam warna yang sengaja ditanam untuk mempercantik taman.

Apa Calista menyukai bunga itu?

Reyhan berdiri, berniat untuk memetik sedikit bunga untuk Calista. Baru satu langkah Reyhan berjalan menuju tempat bunga itu, Reyhan merasa ada sesuatu yang dingin dan lembut menahan tangannya. Reyhan menghadap kebelakang dan mendapati Calista sedang menahan tangannya dengan wajah yang datar.

"Kenapa?"

Suara yang kecil nan lirih terdengar di telinga Reyhan.

"Aku mau kesana, mau am--."

"Bukan."

Reyhan bingung. Kalau bukan itu terus apa jawabannya?

Reyhan kembali duduk ditempatnya, pegangan Calista tadi sudah Calista lepaskan juga dan Calista juga sudah kembali duduk ditempatnya.

"Terus apa?" Reyhan menatap lembut bola mata hazel milik Calista namun sama saja, Calista tetap menatap Reyhan datar.

"Sekolah."

Sekolah? Kenapa sekolah? Reyhan harus memutar otaknya untuk mencerna yang di maksud Calista.

Sekarang, ada beberapa kemungkinan yang berada dipikiran Reyhan.

"Banyak yang ngeliatin kamu?"

Calista mengangguk sebagai jawaban.

Setelah beberapa saat berpikir akhirnya Reyhan mengetahui maksud Calista. Pasti soal pernyataan dirinya waktu itu yang membuat heboh satu sekolah dan menjadi topik hangat pembicaraan bagi siswa apalagi siswi-siswi di sekolah mereka.

"Aku ngelakuin semua buat kamu. Aku nggak mau kamu kenapa-napa."

"Nggak guna!" Setelah menjawab itu Calista memutuskan pandangannya dan kembali menatap ke depan.

"Maaf soal pernyataan aku, maaf juga kalau itu buat kamu risih. Aku cuma mau jagain kamu, aku takut kamu kenapa-napa."

"Jaga dari apa?"

Pertanyaan Calista membuat Reyhan terdiam beberapa saat. Bingung apa yang harus dijawab, Reyhan tidak mau membuat keadaan semakin memburuk.

"Kan kata dokter kamu nggak boleh kelelahan, nanti kamu masuk rumah sakit lagi." Mungkin itu jawaban yang tepat.

Calista hanya diam. Matanya masih terfokus sama bunga di depan mereka. Banyak sekali yang sedang dipikirkan Calista sekarang. Sampai akhirnya terdengar hembusan nafas Calista.

"Bukan tugas kamu!" suara Calista terdengar tegas, seperti perintah yang harus dilaksanakan.

Reyhan hanya tersenyum pada Calista dan ikut memandang ke depan lagi.

"Kamu suka bunga?"

Lagi-lagi tak ada jawaban dari Calista. Reyhan mengerti.

"Bunga yang kamu li--."

"Pulang."

Lagi dan lagi, ucapan Reyhan dipotong Calista.

Calista mengenakan tasnya lalu berdiri menuju motor Reyhan tanpa melihat Reyhan sedikit pun.

Reyhan melihat kepergian Calista. Reyhan lagi hanya bisa bersabar dan mencoba mengerti dengan keadaan Calista. Reyhan yakin sedikit demi sedikit pasti Calista akan berubah.

Reyhan berjalan menuju motornya dan mengatarkan Calista ke rumahnya yang sudah tak jauh dari taman.

🌸🌸🌸

Tanpa mengganti seragamnya, Calista menjatuhkan dirinya di kasur. Entah kenapa, hari ini Calista merasa sangat lelah.

Calista menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi origami angsa berwarna putih yang sengaja digantung di kamar Calista. Ingatan Calista kembali lagi waktu di taman bersama Reyhan tadi.

Jawaban Reyhan tadi membuat Calista semakin yakin dengan pemikirannya, Calista tak bodoh yang langsung percaya dengan apa yang dikatakan Reyhan tadi saat di taman.

Reyhan mengetahui sesuatu.

Tapi,

Apa yang Reyhan tau?

Semenjak Calista keluar rumah sakit Calista terus merenung, mengurung diri di kamar dan merutuki kebodohannya karena membiarkan orang lain tau keadaannya. Apalagi yang mengetahuinya adalah orang baru di kehidupan Calista.

Calista menyesal.

Kalau benar dugaan Calista, kenapa harus Reyhan? Kenapa bukan Sean atau Daniel  yang notabene adalah orang terdekat Calista.

Calista tak mau dikasihani orang lain, benar Calista tidak mau begitu. Calista ingin hidup biasa seperti dulu, Calista nyaman dengan itu.

Tunggu.

Nyaman. Satu kata yang membuat Calista teringat Reyhan. Tak bisa dibohongi, perlakuan manis Reyhan pada Calista berhasil membuat jantung Calista selalu berdetak cepat dan perasaan hangat selalu menjalar ke hati Calista.

Calista tidak tahu itu pertanda apa. Jika itu pertanda 'cinta' Calista pasti akan keras membantahnya. Cinta tak datang secepat itu, bukan?

Tapi, bagaimana jika benar itu cinta?

Calista memegang kepalanya. Calista baru sadar kalau dia sudah berpikir terlalu keras, padahal Calista tidak seharusnya begitu.

Calista merabah hidungnya. Setelah merasakan sesuatu disana, Calista membenarkan dugaannya.

Calista mengambil sapu tangan yang berada diatas meja belajarnya. Beberapa saat pandangan Calista tertuju pada sapu tangan itu yang berada digenggamannya. Calista tersenyum mengingat sesuatu yang terlintas di pikirannya.

Setelah tersadar, Calista langsung membersihkan sesuatu di hidungnya dan mengambil obat yang sengaja Calista simpan di lemari Calista.

Lagi-lagi pandangan Calista tertuju pada sesuatu yang ada di tangannya. Obat itu kurang tersisa satu, yang artinya jika Calista meminumnya sekarang obatnya akan habis.

Calista berpikir sesaat. Setelah Calista selesai berpikir, Calista langsung meminum obat tersebut dan meminum air yang selalu tersedia di meja sebelah tempat tidurnya.

Calista merebahkan kembali badannya di kasur. Calista menutup matanya, mencoba untuk istirahat. Beberapa saat setelah itu, ada setetes air mata yang jatuh dari mata hazel Calista yang disusuli dengkuran halus yang artinya Calista sudah tertidur dan memasuki alam mimpinya.

Salam Nenes,
Yang sekarang lagi sedih.

COLD CALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang