🌸 13. Exel

1.2K 29 13
                                    

Tujuan Calista sekarang adalah taman belakang sekolah. Alasan Calista memilih tempat itu karena taman belakang sekolah adalah area yang jarang didatangi murid karena rumor penunggu di pohon beringin yang berada di taman tersebut.

Kalau kalian tanya, apa Calista tidak takut? jawabannya pasti tidak. Calista sangat menyukai kesunyian dan ketenangan, lagipula Calista tidak percaya dengan hal seperti itu, Calista percaya kalau itu hanya ilusi dari siswa lain dan menimbulkan rumor yang beredar di sekolah.

Calista duduk di kursi berwarna hitam yang memang tersedia di taman. Angin menyambar wajahnya membuat Calista menutup matanya dan merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya.

Damai.

Sejenak, Calista dapat melupakan semua beban dipikirannya, semua terasa ringan dan terasa seperti dibawah angin.

Calista menyukai tempat ini. Calista bingung tempat sebagus ini malah di jauhi para murid lain cuma karena rumor yang tidak tahu benar atau tidak.

Teringat kejadian beberapa menit yang lalu, dimana wajah Calista yang merah karena malu dibuat Reyhan. Apa Calista akan memarahi Reyhan karena sudah membuat Calista malu seperti tadi? Tentu saja tidak, itu bukan Calista.

Entah bagaimana perasaan Calista tadi. Calista merasa malu, senang, marah pada saat yang bersamaan. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang berkeliaran di perutnya. Calista ingin tersenyum tadi, tapi entah kenapa itu sangat sulit dilakukan Calista di depan banyak orang.

Calista menghembuskan nafasnya sejenak, Calista ingin melupakan semuanya, biar hanya sementara saja.

"Nggak takut?"

Terdengar suara berat didekatnya. Calista membuka matanya dan mendapati seorang laki-laki yang sudah berada dihadapannya.

Calista dengan muka datarnya memandang laki laki tersebut dari kaki sampai kepala. Calista tidak pernah melihat laki-laki itu sebelumnya apalagi mengenal laki-laki tersebut.

"Nggak takut?" Laki-laki itu mengulang lagi pertanyaannya.

Calista menatap balik iris mata coklat yang sedang memandangnya. Dengan muka datarnya Calista hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Gue boleh duduk disini?"

Calista tidak merespon dengan menganggukan atau menggeleng seperti biasa. Calista hanya menatap datar wajah laki-laki tersebut.

Tidak mendapatkan jawaban, laki-laki itu langsung duduk di bagian kosong kursi tersebut.

"Gue kira, selain gue nggak bakal ada murid lain yang datang kesini, secarakan banyak rumor yang bilang kalo disini ada penunggunya. Lo percaya?"

Calista yang sedang menatap lurus kedepan, hanya menggelengkan kepalanya tanpa menatap balik laki-laki yang duduk disebelahnya.

"Akhirnya ada yang sependapat sama gue. Oh iya, gue nggak pernah liat lo selama di sekolah. Lo anak baru yah?"

Dengan muka datarnya, Calista tetap lurus menatap kedepan tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan untuknya.

"Hmm, mungkin iya. Nama gue Exel, gue kelas 12-IPA 1. Lo sendiri?"

Exel mengulurkan tangannya pada Calista, tanda untuk berkenalan.

Melihat uluran tangan oleh laki-laki yang bernama Exel itu, Calista hanya menatapnya, tanpa berniat membalas uluran tangan tersebut Calista menjawab "Calista, 11-IPA 1."

Dengan kikuk Exel menurukan uluran tangannya pada Calista. Sekarang Exel tau siapa yang sedang menjadi teman bicaranya sekarang. Calista, si murid pindahan yang katanya sangat dingin, cantik tapi muka tripleks dan pelit dalam berbicara, yang juga akhir-akhir ini menjadi bahan gosip karena berpacaran dengan Reyhan si ketua osis.

Exel sekarang tidak heran kenapa perempuan di depannya jarang sekali menjawab pertanyaan.

"Gue kesini setiap hari, bahkan malam hari gue sering kesini bawa teleskop gue. Lo tau nggak, disini itu tempat yang cocok buat liat bintang kalo malam, selain jauh dari area penduduk, disini juga kalau malam langitnya bersih, jadi keliatan banget bulan, bintang terus kalau ada waktunya planet lain juga keliatan dari sini."

Calista yang awalnya melihat kedepan langsung menatap balik Exel.

"Aku suka mintaka, alnilam dan alnitak."

"Gue tau, Si ikat pinggang rasi orion, kan? Gue juga suka liat, tapi kalau di rasi orion sendiri gue lebih suka sama rigel yang adalah bintang paling terang di rasi orion. Tapi kalo keseluruhan gue paling suka sirius, si bintang paling terang yang nampak di bumi terus yang paling indah kalo dilihat pake teleskop."

Calista terpengarah mendengar nama-nama bintang yang baru diketahuinya sekarang. Calista memang menyukai perbintangan karena setiap malam Calista hanya ditemani bintang dan bulan yang menjadi temannya, tapi yang Calista tahu hanya mintaka, alnilam dan alnitak selain itu Calista tidak tahu, jadi jangan heran jika Calista terpengarah karena mendengar penjelasan dari Exel.

"Kamu suka bintang juga?" Calista membuka suara untuk bertanya.

"Gue suka liat benda-benda langit lewat teleskop gue, gue lagi senang mengamati dan meneliti suatu objek yang memang ingin gue teliti menggunakan teleskop gue. Jadi intinya gue suka semua yang berada di langit termasuk bintang karena teleskop gue, karena menurut gue benda-benda dilangit sangat indah kalau dilihat menggunakan teleskop."

Calista mengangguk mengerti. Mendengar penjelasan Exel membuat Calista ingin mempunyai teleskop juga dan ingin mengamati sesuatu yang dibilang Exel tadi.

"Kapan-kapan liat bintang bareng gue, mau?"

Mendengar itu, Calista merasa janggal dalam dirinya. Calista sadar tak seharusnya Calista membuka diri atau lebih dekat dengan orang baru seperti Exel, apalagi Exel mulai berani mengajaknya untuk melihat bintang berdua padahal mereka baru sekali bertemu.

Calista tidak menjawab pertanyaan Exel dan kembali menghadap dengan raut muka datar andalannya.

"Calista?"

Itu bukan suara Exel, tapi suara orang lain. Calista melihat pada pemilik suara yang memanggilnya dan terlihat Reyhan dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Yuk balik ke kelas, bentar lagi bel masuk." Reyhan langsung menggenggam tangan Calista dan langsung membawa Calista pergi dari tempat itu.

Exel menghembuskan nafasnya sambil melihat kepergian Reyhan dan Calista. Exel merasa senang karena ada juga yang mempunyai pemikiran yang sama dengannya. Dengan mata yang masih memandang punggung Reyhan dan Calista yang semakin menjauh, Exel menerbitkan senyum di bibirnya.

"Gue yakin kita bakal ketemu lagi, gue yakin itu."


Thanks for reading.

Salam Nenessbut
Si gadis yang mulai mencoba keluar dari zona nyamannya.



COLD CALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang