🌸 07. I'm Fine

1.1K 45 0
                                    

Calista membuka matanya. Pertama kali yang dia lihat adalah langit ruangan yang berwarna putih, dinding ruangan yang berwarna putih dan ranjang selimut yang ditempatinya juga berwarna putih.

Tercium juga bau yang paling Calista benci.

Bau infus.

Iya, Calista sedang berada di rumah sakit.

Calista yang mau beranjak dari tempat tidur, baru menyadari kalau sekarang Calista sedang memakai infus ditangan kanannya sehingga membuat infus itu sedikit tertarik dan membuat pekikan dari mulut Calista.

"Aaawww."

Ceklek

Pintu tiba-tiba terbuka dan terlihat sosok Reyhan berjalan tergesa-gesa kearah Calista.

Langsung saja Reyhan memegang tangan Calista dan menatap Calista khawatir. "Kamu kenapa Sel? Ada yang sakit? Bilang sama aku!"

Calista lagi-lagi mematung saat kedua bola mata hijau itu menatapnya lekat.

Apalagi ini? Aku-Kamu? Bukannya itu dipakai kalau orang lagi pacaran? Batinnya.

Detak jantung Calista kembali berpacu cepat karena ulah seorang laki-laki di depannya

Calista tidak menjawab pertanyaan Reyhan, dia hanya balik menatap kedua mata hijau itu seolah berkata lewat matanya "Aku nggak apa-apa."

Reyhan tersenyum manis kepada Calista. "Aku kira ada yang sakit. Tadi aku udah telepon abang Sean buat datang kesini, paling sebentar lagi abang Sean bakal sampai."

Mata Calista langsung membulat seketika.

Kakak mau kesini? Kakak bentar lagi sampai? Ini buruk. Aku harus gimana? Ayo kepala, pikir!

Calista bingung, panik sekaligus cemas harus bagaimana. Sean tidak tau apa yang terjadi pada Calista. Bagaimana kalau Sean mengetahui semuanya? Calista paling tidak mau membuat orang yang Calista sayang khawatir karena Calista, Calista paling benci jika itu terjadi.

Melihat raut muka Calista yang berubah panik membuat Reyhan bingung.

Kebingungan Reyhan terus berlanjut saat melihat Calista memencet tombol yang berada disebelah ranjangnya, yang Reyhan tau itu adalah tombol untuk memanggil petugas medis maupun dokter yang menangani Calista.

Setelah memencet tombol itu, wajah Calista kembali berubah, wajah datarnya kembali. Calista menatap datar Reyhan.

Bola mata hazel Calista bertemu dengan bola mata hijau milik Reyhan. Terjadi keheningan selama beberapa detik.

Jantung Reyhan berdetak kencang saat mata itu bertemu dengan matanya. Rasa hangat menjalar tubuhnya, ingin rasanya Reyhan menatap mata itu setiap saat.

Sedangkan apa yang dirasakan Calista tidak berbeda jauh dengan Reyhan, tapi Calista masih bingung dengan apa yang dia rasakan.

Ada apa ini? Kenapa jantung aku dari tadi berdetak cepat kalau ada di dekat Reyhan? Kenapa rasa hangat timbul saat mata hijau Reyhan melihatku? Kenapa aku merasa senang kalau berada di dekat Reyhan? Apa mungkin aku suka Reyhan? Tak mungkin!

Pikiran Calista berkecamuk dengan banyak pertanyaan, tapi yang ditunjukan Calista berbeda. Calista menatap datar Reyhan hingga terdengar suara pintu diketuk.

Tok tok tok.

Pintu terbuka, terlihat dokter dan suster berjalan kearah ranjang Calista dengan senyum di wajah dokter tersebut.

"Apa yang kamu rasakan? Apa masih terasa sakit di kepala?"

Dengan muka datarnya Calista menatap dokter lalu menggeleng kepalanya.

COLD CALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang