🌸 15. Wan't To Try

86 12 1
                                    

Calista sekarang ini sedang duduk di balkon kamarnya, dengan wajah datarnya, Calista menatap langit sore yang sebentar lagi akan hilang berganti dengan langit malam.

Tok tok tok

"Calista, kakak masuk yah."  Suara Sean terdengar dari luar pintu kamarnya.

Calista hanya diam sampai tiba Sean di sampingnya.

"Adek kakak lagi ngapain nih?" Tanya Sean sambil mengelus kepala Calista dengan sayang.

Calista hanya diam dengan wajah datarnya. Bukannya Sean bisa lihat sendiri kalau Calista sedang duduk sekarang.

Tidak mendapat jawaban dari Calista membuat Sean mengembuskan nafasnya sejenak, Sean tidak akan menyerah mengajak Calista untuk bicara.

"Main keluar yuk, nanti kak beliin kamu es krim coklat kesukaan kamu itu."

Lagi-lagi Calista tidak menjawab, Calista hanya diam menatap lurus kedepan. Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang, membuat mata Calista kemasukan pasir yang membuat Calista kelilipan.

Sean yang melihat itu langsung sigap kedepan Calista lalu meniup mata Calista agar pasir yang dimata Calista itu keluar.

"Masih ada?" Tanya Sean.

Calista menggeleng yang artinya pasir yang di mata Calista sudah tidak ada.

"Baguslah." Sean yang masih di depan Calista, menatap mata hazel itu dalam-dalam.

"Kakak kangen adik kakak yang dulu, adik kakak yang cerewet, adik kakak yang manjahnya minta ampun dan adik kakak yang selalu tersenyum. Dimana adik kakak yang dulu?"

Calista yang mendengar penuturan Sean, balik menatap Sean dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Selama semenit Calista hanya diam. Sean kembali mengembuskan nafasnya, baru saja Sean akan memutuskan kontak matanya dengan Calista, Sean dikejutkan dengan sesuatu.

Calista mengeluarkan air mata.

Calista menangis.

Sean kaget melihat Calista, dengan lembut Sean menghapus air mata yang jatuh dari mata hazel milik adiknya itu.

"Adik kakak kenapa? Kok nangis?" Tanya Sean lembut.

Kali ini Calista tidak hanya diam. Calista menarik Sean lalu memeluknya erat-erat, Calista menenggelamkan kepalanya dipundak Sean, dan lagi-lagi Calista menangis, tapi kali ini Calista menangis sampai terseduh-seduh.

Sean yang sedang dipeluk Calista, mengusap pelan kepala Calista, Sean memberikan Calista ketenangan, Sean tau pasti sangat berat untuk Calista, pasti sampai sekarang Calista masih terbayang dengan kejadian 3 tahun yang lalu.

"Puasin aja nangisnya, gak apa-apa, tapi habis ini kamu tersenyum yah. Kan udah berapa kali kak bilang, kalau adik kakak yang cantik ini kuat, adik kakak gak lemah, adik kakak pasti mampu melewati semua cobaan ini."

Mendengar perkataan Sean membuat Calista lebih mengeratkan pelukannya dan lebih mengeluarkan tangisnya. Calista lelah, Calista lelah menahan semuanya ini sendiri.

Sudah lima menit Calista memeluk Sean, akhirnya tangis Calista sudah tidak terdengar.

Sean merasakan nafas Calista yang teratur yang menandakan kalau Calista sudah terlelap dipelukannya, Sean melepaskan pelukan Calista perlahan dan memang terlihat Calista sudah tertidur dengan mata bengkak dan hidung yang merah sehabis menangis tadi, mungkin Calista lelah menangis sampai tertidur.

Sean menggendong Calista dan menempatkan Calista di tempat tidurnya. Sean memakaikan selimut pada Calista. Sean menatap Calista, mengelus kepala Calista lalu mencium kening Calista dengan lama.

"Kakak sayang kamu, cepat berubah yah adik kakak yang cantik."

🌸🌸🌸

Calista membuka matanya perlahan, yang Calista lihat pertama kali adalah lampu kamarnya yang menyilaukan matanya.

Calista bangun dari tempat tidur dan terlihat di meja belajarnya sudah tersedia makanan untuk Calista.

Calista melihat jam di dinding kamarnya.

01.27

Tidak biasanya Calista terbangun jam begini. Calista teringat kalau tadi sore Calista menangis dipelukan Sean sampai ketiduran. Mungkin Sean yang memindahkan Calista ke tempat tidur.

Perut Calista berbunyi, Calista lapar sekarang, mengingat Calista tadi siang tidak makan karena Reyhan mengajak Calista bicara yang berakhir Calista melarikan diri ke rooftop.

Calista menuju meja tempat belajarnya, yang disitu sudah tersedia makanan untuk Calista. Calista memakan makanannya dengan perlahan.

Calista sudah menyelesaikan makanannya, saat Calista mengangkat piring untuk dibawah ke dapur, Calista melihat secarik kertas yang ternyata ada dibawah piringnya.

Jangan nangis lagi yah adik kakak, cukup tadi aja kamu nangis. Banyakin senyum, karena adik kakak cantik kalau senyum. Jangan sedih lagi yah.
Kakak sayang kamu.

-Sean-

Calista tersenyum tipis membaca itu. Sean sangat menyayangi Calista, sama juga Calista yang sangat menyayangi Sean.

Calista akan berusaha untuk berubah untuk Sean. Calista tidak mau membuat Sean sedih karena Calista.

Calista tahu pasti sangat susah melupakan semua itu, tapi Calista akan mencobanya.

Demi kakaknya, demi orang yang sangat menyayanginya, demi Sean.




Thanks for reading guys.

Salam Nenessbut,
Seorang gadis yang sedang berusaha untuk menjadi seorang yang berguna.

COLD CALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang