Calista sudah berada di sekolah jam enam lewat lima belas menit. Alasan Calista datang ke sekolah pagi-pagi karena Calista risih dengan tatapan orang apalagi para siswi-siswi yang seperti ingin memakannya hidup-hidup.
Memang kemarin Calista terlihat cuek dengan muka datarnya, tapi tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya Calista terganggu dengan tatapan para warga sekolah pada Calista.
"Selamat pagi Calista."
Calista yang sedang melamun langsung tersadar karena suara yang nyaring memasuki gendang telinganya. Calista mengalihkan pandangannya dan melihat pada si pelaku.
Vio terlihat berbeda hari ini, rambut panjang bergelombang yang biasa diikat sekarang sengaja diurai, bedak tipis di wajah serta liptint orange di bibir Vio menambah kesan cantik dan manis bagi yang melihat Vio, Calista pun merasa demikian.
Calista berani bertaruh kalau ada yang maksud dan tujuan Vio berpenampilan berbeda seperti ini, dan beberapa saat lagi pasti Vio akan menceritakan itu walau Calista tidak bertanya.
"Tau nggak Calista?"
Calista yang pandangannya masih tertuju pada Vio hanya menggeleng kepalanya tanda Calista tidak tau.
"HARI INI GUE BAKAL JALAN TERUS KE KANTIN BARENG RAMA. SENENG BANGET GUE."
Calista yang menjadi teman bicara Vio refleks menutup telinga karena teriakan histeris oleh Vio. Teriakannya tak hanya berefek pada Calista saja, tapi kepada siswa lain yang sudah berada di kelas juga, ada yang refleks menutup telinga, ada yang kaget sambil mengelus-ngelus dada dan ada juga yang sempat tersedak karena kaget dengan teriakan Vio.
Vio yang menjadi tersangka hanya cengar-cengir tak jelas dan tak lupa meminta maaf karena membuat keributan di kelas.
"Hehe. Maaf, tadi gue kelepasan."
Calista lagi-lagi hanya menggelang karena tingkah absurd teman sebangkunya itu.
"Jadi gini, kemarin Rama chat gue terus dia manggil makan bareng terus jalan bareng pulang sekolah nanti. Senang banget gue."
Calista yang melihat teman sebangkunya sedang bahagia, ikut tersenyum tipis. Calista tak ingin membuat teman sebangunya sedih karena respon Calista yang biasa saja.
"By the way, lo kenal Rama?"
Calista menggeleng kepalanya lagi sebagai jawaban.
"Gue lupa, lo kan anak baru. Jadi Rama itu wakil ketua osis di sekolah kita. Kalau menurut gue, Rama itu ganteng, baik terus easy going. Oh iya, Rama punya kakak yang sekolah disini juga, kak Exel namanya. ka Exel itu ganteng, ketua ekskul basket terus juara olimpiade astronomi lagi. Pokoknya mereka berdua tuh the best."
Calista hanya mendengarkan dengan seksama tanpa ada niat bertanya atau membalas. Sebenarnya, Calista tertarik saat mendengar kata astronomi tapi Calista memilih diam dan memendam rasa ketertarikannya itu.
"Lo sebentar ikutan ke kantin yah bareng gue."
Calista sebenarnya tidak mau menjadi obat nyamuk antara Vio dan Rama nanti. Calista ingin menolak, tapi Calista tidak tau caranya.
Terjadi keheningan selama beberapa detik sampai akhirnya terdengar suara yang mengalihkan pandangan Calista dan Vio.
"Calista bareng gue ke kantin!"
"Oh iya, lupa gue kalo Calista udah punya pacar. Padahal yah mau gue kenalin sama Rama and kak Exel. Siapa tau kan Calista kepincut sama kak Exel yang jelas lebih keren daripada pacarnya sekarang." Ujar Vio santai yang sebenarnya untuk memanasi Reyhan.
"NEVER!"
Reyhan yang baru saja tiba di sekolah dibuat tidak senang dengan perkataan Vio. Enak saja Vio mau mendekatkan Calista dan Exel. Reyhan saja sekarang masih sangat berusaha untuk mendapatkan hati Calista yang sedingin es di kutub utara, Vio malah mau juga deketin Calista sama Exel. Jujur, Reyhan tidak akan biarkan itu terjadi.
Reyhan berdecak kesal. Emang, apa kelebihan si Exel. Cuma ketua ekskul basket sama juara olimpiade astronomi, itu saja. Kalau dibandingkan sama Reyhan, pasti Exel kalah jauh. Reyhan itu ketua osis, juara olimpiade matematika, juara umum selama tiga semester berturut-turut, ban hitam taekwondo dan banyak lagi prestasi Reyhan di bidang akedemik maupun non-akademik.
Melihat muka Reyhan yang sedang menahan emosi, membuat Vio tertawa terbahak-bahak. Pikir Vio, kapan lagi menjahili si ketua osis sekaligus teman sekelasnya dari SMP itu. Kalau diingat memang Reyhan jarang sekali menunjukan raut wajah seperti sekarang, karena setau Vio, Reyhan tipikal orang yang ramah dan sangat sulit untuk emosi, jadi jangan heran jika Vio tertawa karena berhasil membuat muka Reyhan selucu menurut Vio.
Melihat respon Reyhan serta melihat Vio yang sedang tertawa sambil memegangi perutnya membuat pipi Calista bersemu merah. Calista tau kalau sebenarnya Vio hanya bercanda saja tapi Calista tak menduga kalau respon Reyhan sampai segitunya.
Reyhan cemburu?
"Widihhh, pada kenapa ni?"
Kevin yang baru datang pun terlihat bingung melihat teman-temannya. Reyhan dengan wajah merah menahan emosi, Vio yang sedang tertawa sambil memegang perutnya dan Calista dengan wajah datarnya tapi terlihat sedikit merah di area pipinya.
"Hahahaha. Lucu banget Vin, lucu."
"Iya lucu, tapi apa Surti?
"Lo nggak liat muka Reyhan kek nahan berak gitu, padahal gue cuma pancing mau deketin Calista sama kak Exel, taunya muka Rey udah kek gitu, kapan lagi kan gue bisa buat Rey emosi kek gini. Ngakak gue Vin, hahaa."
"Lebay lo. Gue mah udah biasa liat Rey begini, yah kan ma bro?"
Reyhan sedari tadi hanya diam, memandang datar Vio dan Kevin, padahal dalam hati Reyhan sedang mengabsen seluruh nama kebun binatang untuk Vio. Dilihatnya Calista juga sedang memandang datar kearah Vio dan Kevin, tapi tunggu, ada tanda merah di pipi Calista.
Calista blushing tadi? Calista malu?
Merasa diperhatikan, Calista mengadahkan pandangannya pada Reyhan. Terlihat Reyhan sedang memandang Calista dengan iris mata hijaunya yang tajam. Dipandang begitu, Calista sangat berusaha bersikap biasa dengan muka datarnya padahal jantungnya sedari tadi sudah berdetak tak karuan karena Reyhan.
Bunda, jantung Tata cepat banget mompanya.
Setelah selama beberapa detik berpandangan akhirnya Calista memutuskan kontak mata tersebut. Calista yakin sekarang pipi Calista sudah lebih dari kepiting rebus, tomato maybe?
Reyhan tertawa kecil melihat tingkah Calista yang malu seperti itu, sangat menggemaskan menurut Reyhan. Saking gemasnya Reyhan mengacak puncak kepala Calista dan benar saja, perlakuan Reyhan menimbulkan tatapan tak percaya dari penghuni kelas apalagi Vio dan Kevin yang disebelah mereka.
"Waahhhh!"
"Reyhan so sweet banget."
"Mau dong digituin!"
"Pamer mesra bareng pacar teros."
"Iri banget sama Calista, baru masuk udah pacaran sama Reyhan."
"AKHIRNYA REYHAN TEMAN GUE NORMAL."
"CIEEE. SI ES UDAH MESRAAN AJA."
Jangan tanya siapa dua suara terakhir itu, pastinya si duo toa, Vio dan Kevin.
Mendengar seruan dari teman sekalas lebih membuat Calista malu. Wajah Calista yang biasa putih berubah menjadi sedikit merah karena efek malu yang dia rasakan.
Tak mau berlama-lama dengan keadaan wajah yang sudah memerah, akhirnya Calista berjalan cepat keluar kelas dengan wajah datarnya. Calista melihat jam berwarna putih ditangannya, masih lima belas menit sebelum bel masuk, masih ada waktu buat Calista menormalkan jantungnya yang sekarang sudah secepat seperti orang yang berlari marathon.
BUNDA TATA MALU.
Salam Nenes
Si orion dalam langit malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD CALISTA
Teen Fiction(UPDATE SETIAP SABTU MALAM) Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Calista Gisella Dirgama yang sebenarnya adalah seorang ramah, cerewet dan manjah jika berada di tengah keluarganya, tapi semenjak kejadian tiga tahun lalu Calista mengalami dep...