🌸 05. Smile

1.2K 52 0
                                    

Di sore hari dengan cuaca yang sedikit mendung Calista sedang tidur menghadap langit kamar sambil memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak dari tadi.

Seseorang yang membuat jantung Calista berdegub kencang saat orang itu menyentuhnya.

Yah siapa lagi kalau bukan Reyhan. Laki-laki yang berani menyentuhnya selain ayah dan kakaknya, laki-laki yang membuat jantungnya berdegub kencang dan laki-laki yang bisa membuat wajahnya semerah tomat tadi.

Dimana Calista yang dulu? Yang akan menatap sinis orang asing yang menyentuhnya,sekalipun itu perempuan. Kenapa Calista tidak berbuat apa-apa saat Reyhan menggenggam tangannya tadi? Kenapa Calista tidak menepisnya? Kenapa hanya kaget dan membiarkan tangan Reyhan menggenggam tangannya?

Banyak pertanyaan yang membuat Calista bingung. Calista bingung dengan dirinya sendiri. Tapi jujur, entah kenapa saat tangan itu menggenggam tangan Calista yang dirasakan Calista adalah rasa nyaman dan hangat. Entah itu karena baru pertama kali orang lain menggenggam tangan Calista atau karena hal lain, Calista tidak tahu itu. Calista bingung.

Atau apa mungkin Calista mulai menyukai Reyhan?

Calista rasa tidak mungkin. Tidak mungkin perasaan itu timbul sangat cepat,hanya dengan Reyhan menggenggam tangan Calista lalu Calista langsung menyukai Reyhan. That's impossible,right?

Calista yang sedang sibuk memikirkan sesuatu itu tidak tahu kalau dari tadi Sean sudah berada disebelahnya sambil melihat muka Calista yang sekali-kali menampakan ekspresi bingung.

Sean yang tadi ingin mengajak adiknya itu keluar akhirnya menunggu sedikit karena Sean tidak mau mengganggu Calista yang sedang memikirkan sesuatu, lantas Sean hanya duduk di sebelah Calista dan memerhatikan adiknya itu.

Calista yang memang sudah mau pusing dengan pikirannya memilih untuk tersadar dan berniat untuk belajar guna mengalihkan pikirannya yang dipenuhi Reyhan.

Baru saja Calista berdiri dari tempatnya,Calista dikagetkan dengan kehadiran kakaknya yang sedang menatap Calista dengan senyum tak berdosa.

Sejak kapan Sean disitu? Apakah sejak tadi saat Calista sibuk memikirkan Reyhan? Kenapa Calista tidak memperhatikannya? Apakah se-fokus itukah Calista sampai Calista tidak melihat atau mendengar Sean yang masuk dalam kamarnya? Reyhan memang benar-benar mempengaruhi pikiran Calista.

"Kakak udah dari tadi. Awalnya mau ngajak adek keluar tapi kakak ngeliat adek lagi sibuk mikirin suatu jadi kakak nggak mau ngganggu deh. Emang lagi mikirin apa sih? Lagi mikirin Reyhan yah?"

Mendengar itu, Calista kembali memasang muka datar andalanya dan langsung menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan kakaknya itu.

"Hmm yaudah kalau kamu nggak mau jujur sama kakak. Sekarang kamu temenin kakak keluar yah, nanti kakak teraktir es krim buat kamu." ajak Sean pada Calista yang masih memasang muka datarnya.

Calista sebenarnya malas mau keluar, mendingan Calista di kamar lebih tenang tapi Calista tidak mau menolak ajakan dari kakaknya itu. Calista tahu Sean ingin Calista senang dengan cara mengajaknya keluar. Sean sangat menyayangi Calista begitu pula sebalikanya, Calista juga menyayangi Sean.

Calista akhirnya mengangguk sebagai jawaban.

Melihat itu Sean langsung meminta Calista berganti pakaian dan keluar menunggu di bawah.

🌸🌸🌸

Sean mengajak Calista ke taman dekat komplek rumah mereka. Disana lagi terlihat ramai dengan anak-anak yang sedang bermain maupun orang tua yang lagi mengawasi.

Sean dan Calista duduk di kursi taman. Terlihat lagi Calista hanya menatap datar anak-anak yang sedang bermain. Sean berinisiatif membelikan Calista es krim dan menyuruh Calista menunggunya sebentar untuk membeli es krim.

Sepeninggal Sean membeli es krim, tiba-tiba datang anak perempuan yang Calista tebak umurnya 4 tahun, menangis lalu duduk disebelah Calista, tempat Sean tadi.

"Hiks.. hiks.. Kak, Bunda ama bang Ley hiks.. ilang, hiks.. Hiks." ucap anak itu sambil menangis tersedu-sedu.

Calista bingung harus apa. Di satu sisi dia ingin menolong adik kecil itu sekaligus hatinya tersentuh saat mendengar adik kecil itu menangis, tapi disisi lain Calista adalah Calista. Gadis berhati batu dan tidak memiliki perasaan.

Hatinya berkecamuk memikirkan apa yang akan Calista perbuat. Dengan muka datarnya Calista masih menatap gadis kecil itu menangis tersedu-sedu.

Calista mengehela nafas, mungkin Calista harus membuka dirinya untuk yang satu ini. Dengan mimik muka dan ekspresi yang tidak sedatar tadi, Calista menatap gadis kecil itu lembut.

"Emang nama kamu siapa?" tanya Calista lembut.

"Hiks.. Leta kak. Hiks.. Nama aku Leta." Mendengar itu Calista mengangguk mengerti, jadi nama anak kecil disebelahnya Leta.

"Leta sayang.. Dimana terakhir kali Leta liat Bunda sama abang Leta?"

"Disana kak.. hikss.. Tadi Leta lagi main pelosotan, hikss.. hikss, telus waktu, hikss.. Waktu Leta mau ke Bunda ama bang Ley meleka udah nggak ada, hikss.. Ilang. hikss."

Calista semakin tidak tega melihat Leta menangis tersedu-sedu begitu. Langsung saja Calista memeluk untuk menenangkan Leta.

"Leta tenang aja yah. Kakak pasti bantuin Leta cariin Bunda sama abang Leta. Sekarang Leta berhenti dulu nangisnya."

Ajaibnya, Leta langsung tenang saat Calista memeluknya. Calista melepaskan pelukannya dan menatap Leta lembut.

"Nah gitu dong. Sekarang kita cari bun-." ucapan Calista langsung terhenti karena kaget karena tiba-tiba seorang wanita datang langsung memeluk Leta.

"Leta kemana aja? Bunda cariin Leta tadi. Bunda takut kamu kenapa-napa sayang." ucap wanita yang masih memeluk Leta.

Calista yang melihat itu tersenyum senang. Wanita didepanya mengingatkan Calista sama Bundanya.

Setelah wanita itu melepaskan pelukannya pada Leta, wanita itu menatap Calista lembut.

"Makasih yah udah jagain Leta. Kamu cantik, namamu siapa?" tanya wanita itu.

"Nama saya Calista tante." jawab Calista sopan dengam senyum di bibirnya.

"Nama yang cantik, sama kayak orangnya." puji wanita pada Calista. Calista hanya bisa tersenyum tidak tahu membalas apa.

"Nama tante, Reta. Senang bisa bertemu kamu. Sebenarnya tadi tante pergi ke warung depan mau beliin Leta sama Rey, abangnya Leta minum. Tante balik mereka nggak ada. Tante panik, takut Leta dicuri penculik. Tapi paniknya tante hilang saat tante liat Leta tadi dipeluk kamu. Emang anak tante yang Rey itu udah kebiasaan ninggalin Leta sendiri. Liat aja dia dirumah, tante kasih hukuman sama dia." ucap Reta geram sendiri.

Calista yang mendengar itu hanya bisa tersenyum manis pada Reta.

"Ya udah. Tante pulang dulu yah Calista, tante ada acara sama ibu-ibu. Sekali lagi makasih Calista udah jagain Leta." ucap Reta dengan senyum di bibirnya.

"Leta ayo kita pulang." Leta mengagguk setuju dan menatap Calista.

"Kak cantik, Leta pulang dulu yah. Moga Leta boleh ketemu kak cantik lagi. Dadahhh kak cantik." Calista mengangguk dan tersenyum manis pada Leta dan Reta.

Tanpa Calista ketahui, sejak dari tadi dua orang sedang melihat Calista dengan senyum yang tak dapat diartikan.

Sorry kalau masih ada typo.

Cerita ini bakal di revisi nanti kalau sudah tamat.

Stay tune:)

Salam Nenes
Gadis penyuka bintang.

COLD CALISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang