Calista sudah pulang ke rumah sejak tiga hari yang lalu dan selama itu juga Calista mengurung diri di kamar. Calista hanya keluar pada waktu jam makan dan kembali masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan satu kata pun.
Semua orang dirumah sudah coba menanyakan alasannya kepada Calista tapi yang mereka dapat hanya tatapan datar dari Calista.
Seingat mereka waktu di rumah sakit semuanya baik-baik saja dan Calista mulai sedikit-sedikit merubah dirinya.
Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi pada Calista tapi mereka tetap mencoba berpikir positif kepada Calista.
Suara denting sendok dan garpu menghiasi acara sarapan Keluarga Dirgama. Tidak ada yang berbicara, semua fokus pada makanannya masing-masing.
Calista orang pertama yang menyelesaikan makanannya. Setelah selesai meminum susunya, Calista berdiri menuju kursi Daniel dan menyalim tangan Daniel yang sementara makan, begitu juga kepada Luna, ibu tirinya.
Setelah itu Calista menuju teras rumah tanpa mengucapkan satu kata pun pada orang yang berada di meja makan tersebut.
Sean yang juga selesai dengan makanannya, meminun susunya dan berdiri menuju kursi Daniel.
"Sean pergi dulu yah Pa. Calista sudah nunggu Sean di depan."
Sean menyalim tangan Daniel.
"Iya, hati-hati nanti di jalan."
Sean mengangguk kemudian menyalim juga tangan Luna.
"Ma, Sean jalan dulu."
Luna tersenyum hangat kepada Sean.
"Iya. Jangan ngebut bawa mobilnya terus antar adik kamu dengan selamat sampai di sekolah!"
"Siap Ma."
Setelah itu Sean berjalan ke luar dan terlihat Calista sedang duduk di teras sambil menatap datar lurus kedepan.
"Ayo berangkat!"
Calista menatap Sean datar dan langsung berjalan memasuk mobil Sean.
Sean menghela nafas yang terasa berat baginya lalu berjalan memasuki mobil yang di dalamnya sudah ada Calista.
Di perjalanan tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Masing-masing sibuk dengan apa yang dilakukan mereka sendiri. Sean sibuk fokus menyetir mobilnya dan Calista sibuk menatap datar keluar jendela.
Sesampainya di depan gerbang sekolah Calista, Calista melepas sabuk pengaman dan menatap datar Sean yang juga sedang menatapnya.
Sean memeluk Calista. Di tengah pelukannya Sean berucap "Di sekolah adik kakak jangan sampai kelelahannya. Ingat kata dokter, kamu jangan sampai kelelahan, nanti kamu sakit lagi dan jangan lupa makan nanti jam istirahat."
Calista yang masih dalam pelukan Sean mengaggukan kepalanya. Samar-samar Calista tersenyum dan pastinya Sean tidak melihat itu karena Calista masih di pelukan Sean.
Sean melepaskan pelukannya pada Calista dan mengatur rambut Calista yang sempat acak sedikit karena Sean tadi memeluknya. "Nanti pulang sekolah kakak jemput."
Lagi-lagi Calista hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Calista mengambil tangan Sean dan menyalimnya. Setelah itu Calista keluar dari mobil Sean tanpa mengeluarkan satu kata pun.
Calista berjalan memasuki sekolah yang sudah empat hari tidak didatanginnya.
Terlihat banyak pasang mata menatapnya. Banyak sekali macam tatapan yang menatap Calista tapi tidak ada yang Calista perdulikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD CALISTA
Teen Fiction(UPDATE SETIAP SABTU MALAM) Cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Calista Gisella Dirgama yang sebenarnya adalah seorang ramah, cerewet dan manjah jika berada di tengah keluarganya, tapi semenjak kejadian tiga tahun lalu Calista mengalami dep...