Die | Park Jihoon (4)

99 12 0
                                    

Happy Reading!

< 4. Paper > 

---

Jihan POV 

Mataku terbuka perlahan. Melihat sekelilingku kemudian mengubah posisiku yang awalnya telentang menjadi duduk. Tiba-tiba aku teringat jika dari semalam aku tertidur didepan kamar Jihoon. 

Aku mengernyit saat menyadari ada selimut yang menyelimutiku. Hm? Ini bukannya selimut Jihoon? Dia pake-in ini buat aku? 

Aku menoleh menatap pintu kamar Jihoon. 

Yes! Akhirnya! 

Dengan cepat aku membuka pintu kamar Jihoon yang sudah tak dikunci. Wajahku yang awalnya riang menjadi padam, tatkala menyadari bahwa kondisi Jihoon didepanku dalam keadaan buruk. Sangat buruk. 

Aku shock melihatnya. Perasaan takut mulai menyelimutiku. Tubuhku gemetar. Jantungku terasa mencelos, dan itu sakit sekali. 

Kakiku yang mulai terasa lemas seperti jelly perlahan mendekati kasur Jihoon. Dadaku terasa amat sesak. Mataku memanas. Air mata berlinang. 

Lihatlah! 

Didepanku Jihoon terbaring dikasurnya dengan mulut yang berlumuran darahnya sendiri. Aku duduk disampingnya seraya menutupi mulutku. Sprei putih miliknya terkena banyak darah yang keluar dari mulutnya. 

"Ji-Ji... Jihoon! Jihoon bangun!" Seruku panik melihat wajahnya yang begitu pucat. Matanya tertutup dan banyak darah yang mulai mengering disekitarnya. 

Aku mulai terisak. Bahuku berguncang. Terasa amat sesak. Bahkan aku merasa seperti tidak bisa bernapas. 

Gemetar aku mengecek kondisinya. Tidak percaya melihat kembaranku yang begitu periang menjadi lemah terkulai tak berdaya seperti ini. Perasaan takut akan kehilangan seseorang menelusup masuk kedalam hatiku. 

Tidak.

Tidak.

Jihoon tidak akan pergi meninggalkanku sendirian. 

Aku mulai memeriksa jalur pernapasannya. Air mataku terjatuh mengenai tangan Jihoon. 

"Hiks... hiks... Ji-Jihoon...!" Isakku tertahan. 






























































































Tidak... 




























































































Tidak mungkin!








































Ji-Jihoon... jantungnya...
































Jantungnya tak berdetak lagi. 

"Hoon? Jihoon?" Panggilku dengan air mata mengalir. Hatiku terasa berdenyut. Aku menatapnya tidak percaya kemudian memeluk tubuhnya erat. Menangis terisak seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya. 

Goodbye Road ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang