Impossible | Haruto (2)

60 13 5
                                    

Happy Reading!

< 2. Dream >

Author POV

Nun jauh Korea selatan sana. 

Pukul 1 malam. Haruto terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi. Entahlah itu mimpi indah atau buruk ataupun campuran dari keduanya, ia tak tahu. Mimpi indah karena ia melihat seorang gadis cantik mengenakan penutup kepala yang ia tidak tahu apa nama benda itu. Mimpi buruk karena diakhir mimpi ia melihat gadis itu meninggal karena tertabrak truk besar. 

Haruto menghirup napas banyak-banyak. Tiba-tiba air matanya mengalir dimulai dari mata sebelah kiri.

"Itu tadi siapa? Kenapa gadis itu bisa muncul dimimpiku? Aku pernah melihatnya dimana? Fansign? Atau dimana? Kenapa aku mimpi dia ketabrak truk? Kenapa aku nangis?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepala kemudian memeganginya erat-erat. 

Ingatan tentang mimpi itu kembali berputar, dan wajah sang gadis tercetak jelas dibenak Haruto. Ia menangis ketika mengingat gadis itu tertabrak truk, sedangkan ia tak bisa menolongnya. 

Rasa bersalah menghantuinya, padahal ia tak berbuat apapun. Rasa takut ketika mengingat isi mimpi itu pun meningkat. Tubuhnya gemetar. Air matanya mengalir dengan deras. Ia benar-benar takut jika itu benar akan terjadi. Ia tidak mau itu terjadi. 

Haruto tak tahan lagi. Ia bangkit dari kasur empuk miliknya dan berpakaian serta hitam. Tidak lupa memakai masker hitam yang bahkan tak mampu menutupi aura tampan dari wajahnya. Dengan tergesa-gesa ia keluar dari dorm seraya menggenggam smartphone miliknya. 

"RUTOYAAA!! MAU KEMANA JAM 1 MALEM BEGINI?!" Teriak Jeongwoo yang nongol dari jendela dorm. Haruto tidak menjawab. Ia berlari menjauh dari dorm seraya menelepon manager pribadinya. Menyuruhnya untuk mengantar dirinya ke bandara.

"Ruto! Ruto! Oi! Prikitiw!" Teriak Junkyu yang ikut nongol dari depan Jeongwoo. Haruto hanya diam menghiraukan Junkyu yang membuat Junkyu kesal. Junkyu menoleh kearah Jeongwoo kemudian tersenyum menenangkan. 

"Mungkin Ruto mau kabur... dah yuk mending kita balik tidur." ucap Junkyu 'positif' kepada Jeongwoo. Jeongwoo mengangguk setuju dan mereka pun akhirnya tertidur pulas dikamar masing-masing. Hm, betapa polosnya mereka.

"Noona. Tolong bilang ke Pak Kim antarkan aku ke bandara sekarang juga. Sekalian noona pesankan tiket pesawat ke Indonesia sekarang." Ucap Haruto yang sedang menelepon manager-nya. Ia berhenti berlari dan berdiri didepan gedung agak jauh dari dorm nya. "Baik, Tuan Muda. Ada lagi?" jawab manager pribadinya. Haruto menjawab 'tidak' kemudian mematikan sambungannya. 

Beberapa menit kemudian, tibalah sebuah mobil mewah didepan Haruto. Catnya yang berwarna putih menambah kesan elegan mobil itu. Pak Kim sang supir pribadi Haruto yang berpakaian rapi keluar dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Haruto. 

Haruto mengangguk dan segera masuk. Duduk cemas dikursi tengah seraya menghela napas. Berusaha untuk tenang, tetapi tidak bisa. Hatinya sangat mencemaskan jika mimpi itu benar-benar terjadi. Jika ia tidak melakukan ini, ia akan merasa sangat berdosa. 

Pak Kim sudah duduk dikursi kemudinya. Mulai menjalankan mobil dan mereka pun segera melesat menuju bandara dipukul 1 malam ini.   

"Tuan Muda, apakah anda ke Indonesia pergi sendiri atau ditemani bodyguard?" Tanya Pak Kim memecah keheningan. Haruto menggeleng sebagai jawabannya dan pak Kim melihat itu dari kaca spion mobil. "Mau sendiri aja." Ujar Haruto kemudian menghela napas. Pak Kim mengangguk mendengarnya.

"Tapi jika seperti ini, apakah Tuan Muda sudah meminta izin kepada agensi?" Tanya Pak Kim seraya menatap Haruto dari spion mobil. Haruto kembali menggeleng kemudian memalingkan wajahnya menatap keluar mobil. 

Langit malam yang terlihat gelap. Cahaya-cahaya lampu yang banyak di sana membuat indah malam kota Seoul. Ada beberapa mobil yang juga dipakai berkendara pada malam hari sama sepertinya. 

Pak Kim menepuk dahinya melihat jawaban Haruto. Ia mengaduh pelan kemudian membatin, "Tuan Muda Watanabe memang berbuat sesuka hatinya."

---

Bandara

"Ini tiket pesawatnya, Tuan. Penerbangan pertama." Ucap manager pribadi Haruto yang menunggu di gate 13. Haruto mengangguk kemudian mengambilnya. "Terima kasih." Kata Haruto dan manager-nya mengangguk hormat. 

Haruto memang anak konglomerat. Jadi dia mempunyai asisten serta manager yang siap membantunya.

Haruto memperlihatkan datanya kearah petugas kemudian masuk kedalam pesawat.




























"Kamu yang ada didalam mimpi, tunggu sebentar. Aku akan menolongmu. Walau aku tidak tahu jika mimpi itu akan benar terjadi atau tidak."

To be continued...

---

Don't forget to click VOTE and comment! Thank you! 

Goodbye Road ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang