Die | Park Jihoon (2)

99 14 11
                                    

Happy Reading!

< 2. Childish >

Jihan POV 

"Ibuuu~ minta duit~" ucap Jihoon yang baru saja sampai dirumah. Ibu yang duduk disampingku menoleh. Mendapati putranya sedang menatapnya dengan senyum lebar.

Aku ikut menoleh, kemudian menyadari bahwa terdapat memar keunguan dibalik lengan baju Jihoon. 

Tidak ada yang menyadarinya, kecuali aku. Jihoon pandai menyembunyikan lukanya. 

"Pantesan tangan aku sakit daritadi. Ternyata Jihoon toh yang ngirim 'sinyal' sakitnya?" Batinku kemudian mengangguk-angguk. 

Jihoon melirikku takut, kemudian ia berubah menatap ibu dengan cengiran khasnya. "How much?" Tanya ibu menggunakan bahasa Inggris. "Sejuta, hehe." jawab Jihoon cepat seraya cengengesan macam anak bocah.

Ibu terkejut mendengar jawaban Jihoon. Karena tidak biasanya Jihoon meminta segitu banyaknya. Menghela napas sebentar, kemudian bertanya, "for what, Hoon?"

Jihoon tidak menjawab. Senyum lebarnya menghilang. Ia menunduk menatap lantai.

Aku merasakan bahwa batinnya sedang sedih serta tertekan. Tersenyum kecil kemudian tubuhku bangkit dari sofa dan mendekatinya. 

Kutatap wajah kembaranku itu yang terlihat berkabut. Bibirnya menekuk kebawah. Matanya berkaca-kaca. 

"Jihoon my twin. Kenapa?" Tanyaku lembut. Padahal sebenarnya aku ingin menertawakan kelakuannya ini yang terlihat begitu dramatis. Jihoon mengangkat wajahnya yang berkabut kemudian menatapku lamat-lamat. Raut wajahnya terlihat begitu sedih. Matanya seperti mengirim sebuah perasaan sesak yang ia rasakan. 

Tiba-tiba Jihoon memelukku dan menangis terisak. Ia membiarkan air matanya mengalir dengan deras dan membuang rasa gengsinya yang besar agar bisa memelukku. Aku terkejut karena ia memelukku, bibirku menyunggingkan senyum tipis kemudian balas memeluknya. 

"Hiks... hiks... Jihan... huhuhu..." isaknya yang membuat hatiku terasa pilu mendengarnya. Sedih. 







































































"Jiunie kenapa?" Tanyaku dengan lembut sekali lagi.













































Ya, karena aku tahu, bahwa Jihoon telah berubah menjadi Jiunie,





































































namanya ketika penyakit little space-nya kambuh. 

---

"Bu, Jihoon masih jadi Jiunie?" Tanyaku seraya menggenggam dua es krim cone rasa coklat kesukaan Jiunie yang baru saja ku beli. Ibu yang duduk disofa sembari melamun pun tersentak kaget. Menoleh kearahku kemudian mengangguk. 

"Iya. Dia masih jadi kayak anak bocah gitu. Sebenernya Jihoon kenapa?" Tanya ibu sedih seraya menatap pintu kamar Jihoon yang tertutup.

Aku terdiam sebentar, kemudian menghela napas. Dengan cepat aku menaruh es krim di lemari es dan duduk disofa panjang samping ibu.

Goodbye Road ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang