WYA? | Ha Yoonbin (5)

56 16 1
                                    

Happy Reading!

< 5. Why? >

Naya POV

Mataku dengan perlahan terbuka. Cahaya silau dari langit-langit ruangan menusuk mataku. Aku terdiam sebentar. Netraku menangkap banyak peralatan operasi disekelilingku. Aku mengernyit menyadari jika aku sedang berada diruang operasi. "Hah? Kok aku ada disini? Perasaan tadi masih diruang putih-putih itu bareng si Ben. Kok bisa?" Batinku keheranan. 

Sayup-sayup aku mendengar suara Bunda yang berbicara dengan Dokter. Intonasinya terdengar sangat khawatir, dan Dokter menjawab seraya menenangkannya. 

"Ibu tenang saja. Kondisinya perlahan stabil. Hasil operasi jantungnya yang kemarin-kemarin berhasil. Dan sekarang ia masih beradaptasi dengan jantung barunya, wajar jika masih agak sakit. Kondisi bekas kecelakaan juga perlahan membaik. Untung nak Yoonbin mendonorkan jantungnya kepada nak Naya. Jika tidak, mungkin nak Naya sudah tidkak bertahan dengan kondisi jantungnya yang lama." Ujar sang Dokter.

Mataku terbelalak mendengarnya. Air mataku tanpa sadar mulai mengalir. Diriku tak mempercayai apa yang tadi telingaku dengar.

Ga mungkin. Masa Yoonbin donorin jantungnya ke aku? Terus dia nya gimana?!

Dengan cepat aku bangkit dari posisi dudukku dan duduk dipinggir ranjang, melepas alat bantu pernapasanku. Aku bangkit dari kasur seraya membawa selang infus menuju Bunda yang berada didepan ruanganku.  

"Yo-yoonbin... Yoonbin donorin jantungnya buat aku?! Terus dianya gimana, bun?!" Seruku tertahan dengan air mata berjatuhan. Dokter dan Bunda menoleh kearahku  dan mereka terkejut melihatku. 

Mereka tidak menjawab. Aku menatap mereka meminta penjelasan. Tetapi tidak ada yang mau menjelaskan semuanya padaku. Akhirnya karena tidak ada yang menjelaskan semuanya padaku, aku berteriak-teriak seraya memukul-mukul dinding yang berada didekatku. 

Tidak peduli dengan tanganku yang memerah. Tidak peduli dengan Bunda yang menyuruhku untuk berhenti. Aku tidak peduli. Sama sekali tidak peduli. Yang kupedulikan hanyalah nasib Yoonbin. Mengapa hidupku dan hidupnya terasa sangat menyedihkan? Kenapa takdir begitu jahat dengan kami?

"Nay... Naya... te-tenang nak... Yoonbin sendiri yang mau donorin..." ucap Bunda gemetar. Aku menoleh kearahnya dengan tatapan sendu. "Dan akhirnya dia mati gitu?! Kenapa, Bun?! Kenapa?!" Seruku histeris. 

Air mataku mengalir deras dan tanganku kembali memukul-mukul dinding seperti orang tidak waras. Bunda memohon-mohon agar aku berhenti memukul-mukul dinding ruangan ini. "Nay... Naya sayang... tenang nak... jangan kayak gini... ntar kalo Yoonbinnya jadi sedih gara-gara kamu begini gimana? Kamu ga mau kan kalo dia sedih?" Bujuk Bunda dengan air mata mengalir. Aku terisak dan terduduk dilantai. Tak menjawab pertanyaan Bunda. 

"Naya sayang Ben. Naya sayang Ben, huhuu... hiks." Lirihku dengan air mata mengalir deras dengan rasa sesak di dada. Semua perasaan bercampur aduk menjadi satu. Membuat jantungku ---dan jantung Yoonbin--- terasa ingin meledak karenanya. Tenggorokanku tercekat. Dadaku terasa sesak. Mataku panas karena air mata yang tak kunjung berhenti. 

Bagaimana bisa?

Aku menangis dipelukan Bunda dan akhirnya tertidur.

To be continued...

---

Don't forget to click VOTE and comment! Thank you!

Goodbye Road ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang