15. Khawatir

1.2K 94 1
                                    

Pukul 08.43 Malam.

Kamu tengah duduk diranjang sambil memengangi perutmu, terasa melilit. Beberapa kali kamu meringis karena merasakan sakit.

”Akhh ... Laper banget.”

Kamu menghela napas sejenak, ”Apa Jungkook ada diluar? pengen keluar cari makan. Tapi ... kalau ketahuan sama Jungkook kalau aku keluar kamar ... akhhhh ... lebih baik aku mati kelaparan.”

Wajar jika kamu lapar. Terakhir makan kemarin pagi sebelum berangkat ke kampus. Tadi pagi kamu tidak sarapan, dikampus juga kamu tidak jajan. Bagaimana mau jajan? Kartu kredit saja di blokir oleh Jungkook. Tidak mungkin juga kamu harus meminta pada Jeno 'kan?

”Awww.” Kamu berbaring diranjang sambil melingkuk memegangi perutmu.

Perutmu semakin terasa melilit. Tapi mau bagaimana lagi? melanggar perintah Jungkook benar-benar akan membuatmu semakin berada dalam masalah yang besar.

Cklek!

Kamu segera duduk lalu bersandar diranjang begitu mendengar pintu kamarmu dibuka. Kamu hanya bisa menyentuh perutmu sambil meringis pelan. Kepalamu pun hanya bisa menatap ke arah bawah. Benar, menunduk lebih baik.

”Makan.” ujarnya dingin sambil meletakkan nampan berisi makanan kesukaanmu juga segelas susu dan air putih.

”M-Makasih.”

Jungkook tak menggubris. Dia segera berbalik melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar.

Grep!

Langkah Jungkook terhenti begitu merasakan sesuatu tengah memeluknya dari belakang.

”Maaf, Jung ... hiksss.”

Jungkook hanya menghela napas, ”Lepas.”

Kamu menggeleng. Jungkook berdecak sebal kemudian melepas paksa pelukanmu hingga kamu jatuh tersungkur di lantai.

Kamu hanya bisa menatap punggung Jungkook yang semakin menjauh. Kamu memegangi di bagian atas dadamu, rasanya sesak.

Kamu berbalik menatap makanan yang dibawakan oleh Jungkook, tadi kamu begitu lapar. Tapi sekarang ... rasanya nafsu makan itu sudah hilang.

Kamu berjalan menuju ke arah balkon, sekedar menenangkan diri. Kamu menghela napas kecewa, ternyata malam ini mendung. Padahal kamu sangat berharap bisa melihat bulan atau bintang malam ini.

”Aku cape dicuekin kayak gini terus.”

Kamu kembali meneteskan air matamu, matamu sudah sembab akibat terlalu sering menangis hari ini.

Kamu duduk menyenderkan kepalamu diambang pintu menuju balkon.

”Apa mungkin, Jungkook masih peduli kalau kondisi aku drop?” Kamu kembali memegangi perutmu dan meringis pelan.

---

Pukul 06.49 Pagi

Jungkook tengah duduk di meja makan sambil sesekali melirik ke arah kamar yang menjadi milik kalian berdua.

Jungkook memang semalam tidak tidur di kamar kalian. Dia memilih untuk tidur di kamar tamu.

”Dia udah bangun belum yah?” Jungkook bergumam sendiri.

Dia berbohong jika dia tidak perduli padamu. Dia hanya memberi pelajaran padamu agar kamu tidak lagi melawan perkataannya.

Jungkook menyelesaikan sarapannya lalu berjalan menuju kamar kalian. Dia harus cepat-cepat mengecek mu karena harus berangkat pagi ke kantornya hari ini.

Cklek!

Jungkook membuka pintu kamar namun tak menemukan mu didalam sana, ”Ck! pasti dia udah berangkat lebih awal biar gak ketahuan.”

Jungkook berjalan menuju nakas begitu melihat makanan yang dibuatnya semalam masih belum tersentuh.

”Bener-bener yah. Dibuatin makanan, bukannya dimakan malah dibiarin basi aja kayak gini.”

Jungkook melangkahkan kakinya keluar, namun atensinya terhenti begitu melihatmu tidur sambil bersandar di ambang pintu balkon.

Pria itu hanya menggelengkan kepalanya lalu berjalan ke arahmu. Dia kemudian Jongkok dihadapanmu, setelahnya menepuk-nepuk pelan lenganmu. Dia hendak menepuk pelan pipimu, tapi sepertinya pipimu agak lebam karena tamparannya kemarin.

”Y/n, bangun.”

BRUKK!!

Jungkook dengan cekatan menangkap tubuhmu begitu kamu hampir terjatuh kelantai.

”Y/n?” Tak ada respon darimu.

”Sayang, hey. bangun. Jangan buat aku khawatir.” Tak ada lagi respon darimu membuat Jungkook jadi panik.

Jungkook mengangkat tubuhmu menuju ke kasur dan merebahkan tubuhmu. Dia kemudian merogoh saku depannya lalu mengambil ponselnya dan menghubungi dokter kepercayaannya.

Setelah menghubungi dokter, Jungkook langsung membelai pelan rambutmu, raut wajahnya terus memancarkan kekhawatiran, ”Kamu kenapa lagi sih?”

.
.
.
.
.
.
.

TBC

WANITA KESAYANGAN MAFIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang