24. Dua Garis

1.5K 103 5
                                    

Pukul 3 Dini Hari

”Huekkkk!”

Jungkook memicinkan matanya begitu mendengar seseorang muntah dini hari ini. Ia segera turun dari ranjang dan berjalan menuju ke depan pintu toilet.

Tok Tok Tok.

”Sayang, kamu gak apa-apa?” panggilnya dengan mata yang masih terpejam.

Kamu yang tengah menunduk setelah membasuh wajahmu di wastafel pun langsung menoleh ke arah pintu yang masih tertutup rapat.

”Aku gak apa-apa, Jung.” ujarmu lemas, namun bibirmu tiba-tiba terangkat untuk tersenyum, sangat senang mendengar Jungkook memanggil 'sayang' padamu lagi.

”Oh.” ujarnya, lalu kembali ke tempat tidur.

Senyummu pudar begitu mendengar respon Jungkook, padahal kamu berharap dia membuka pintu toilet dan melihat keadaanmu langsung.”

---

Pukul 06.28 Pagi

Kamu mengerjapkan matamu pelan lalu menengok ke sampingmu.

Tidak ada siapapun.

Kamu meraih bantal guling yang selalu dihak patenkan oleh Jungkook sebagai bantal miliknya. Kamu memeluk erat guling itu. Rasanya sekarang kamu begitu iri dengan bantal yang selalu dipeluk oleh pria itu setiap malamnya, sementara kamu diabaikan.

”Kangen.” gumammu, matamu kembali berkaca-kaca. Entah kenapa, akhir-akhir ini kamu jadi orang yang emosional.

Kamu memegangi kepalamu yang terasa berat dan pusing. Rasanya juga sangat mual.

Cklek!

Kamu berbalik menatap ke arah kamar mandi. Begitu berbalik, tatapanmu langsung bertemu dengan mata berwarna hitam kecoklatan milik Jungkook.

Jungkook hanya memakai handuk yang melilit diperutnya, dengan dada bidang yang terekspos.

Lagi dan lagi pria itu hanya diam sambil terus mengusap-usap rambutnya yang basah.

Kamu segera bangkit dari kasur untuk membantu pria itu.

”Biar aku bantu.” ujarmu hendak mengambil handuk yang dipakai Jungkook untuk mengeringkan rambutnya.

”Gak usah. Aku bisa sendiri.” ujarnya lalu berjalan melewatimu begitu saja kemudian duduk di ranjang.

Kamu mengikuti langkah pria itu kemudian duduk pula disampingnya, ”Jung. Bisa anter aku ke rumah sakit?”

Jungkook hanya memandangmu tanpa mengeluarkan sepatah katapun, namun tatapannya seolah bertanya apa yang terjadi padamu.

”Aku mual banget, lemes dan kepala aku juga suka pusing. Bisa anter aku gak?”

”Bisa pergi sendiri 'kan? Aku sibuk.”

Kamu hanya tersenyum pedih lalu mengangguk, ”Iya, aku bisa kok, Jung.”

Kamu segera beranjak dari tempat dudukmu, namun sebelum itu langkahmu terhenti. Arah pandangmu mengarah ke laci salah satu nakas.

Kamu berjalan ke arah nakas dan membuka salah satu lacinya kemudian mengeluarkan sebuah benda pipih. Jungkook hanya mengeryit bingung begitu melihatmu masuk dengan tergesa-gesa ke dalam kamar mandi.

---

Jungkook memperbaiki dasi miliknya sambil memandangani dirinya didepan cermin full body. Tatapannya kemudian beralih ke arah kamar mandi. Sudah lebih dari 20 menit namun kamu belum keluar dari kamar mandi.

”Dia gak kenapa-kenapa di dalem 'kan?” gumamnya pelan.

Cklek!

Kamu keluar dari kamar mandi dengan wajah berseri. Terlihat Jungkook hampir saja tersenyum begitu melihatmu tersenyum lebar.

”Jung, aku mau bilang sesuatu sama kamu.”

”Kalau mau bilang, yah tinggal bilang aja kali.”

”Aku hamil, Jung!” ujarmu antusias.

”Terus?”

Kamu kembali terdiam begitu mendengar respon Jungkook yang terkesan sangat cuek. Padahal dulu Jungkook yang paling tidak sabar buah cinta kalian tumbuh di dalam rahimmu.

”Aku berangkat.” ujar Jungkook memotong ucapanmu lalu berjalan keluar dari kamar.

”Jung, tunggu!” ujarmu, membuat langkah Jungkook langsung terhenti.

Kamu berjalan mendekati Jungkook. Kamu meraih tangan pria itu dan mencium punggung tangannya setelahnya meletakkan tespack itu di telapak tangan Jungkook.

Kamu hanya tersenyum getir, kamu akan tetap bertahan meski sikap Jungkook seperti itu. Setidaknya sekarang kamu tidak sendirian lagi.

---

Jungkook tengah duduk bersandar di kursi Presdir miliknya. Ia terus menerus tersenyum memandangi benda pipih yang sudah hampir 30 menit yang pegang, melihatnya tanpa bosan.

Cklek!

Taehyung membuka pintu ruangan Jungkook. Masuk tanpa permisi? itu sudah jadi kebiasaan Taehyung yang memang sedari lahir tidak memiliki sopan santun pada Jungkook, karena memang usianya yang 2 tahun lebih dewasa dari Jungkook.

Pria itu berjalan mendekati Jungkook. Sepertinya ia bingung dengan Jungkook yang sedari tadi tersenyum.

Taehyung kemudian meletakkan beberapa berkas diatas meja Jungkook.

”Kesambet setan apaan lu?” tanyanya, namun Jungkook hanya menatapnya sebentar sebelum akhirnya kembali tersenyum memandang benda pipih itu.

Pandangan Taehyung mengikuti arah pandang Jungkook. Matanya langsung membola sempurna.

”ANJ*R!!! ABIS BUNTINGIN SIAPA LU?!”

Jungkook terdengar berdecak sebal, dia kemudian meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja dan memperlihatkan homescreennya yang merupakan fotomu.

”Lah? bukannya itu foto bini lu??”

”Bukan, ini foto nenek lu.” ujar Jungkook kesal.

Taehyung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ”Sejak kapan Y/n jadi nenek gue?”

”KALAU LO TAU, KENAPA LO NANYA LAGI, BANGS*T!!!”

”Santai bro. Jadi Y/n hamil? Wah, Bentar lagi lu jadi bapak-bapak dong. Kalo gitu mulai sekarang jangan suka marah-marah.”

Jungkook hanya menghela napas lalu kembali tersenyum sambil menatap tespack milikmu yang menunjukkan dua garis merah.

”Senyumin aja terus. Ntar kering tuh gigi.”

Jungkook menghela napas pelan, ”Kangen banget gue sama dia.”

Kening Taehyung mengkerut, ”Kangen sama tespack?”

”SAMA BAPAK LU!!”

.
.
.
.
.
.
.

TBC

WANITA KESAYANGAN MAFIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang