14. Hurt

1.2K 90 1
                                    

Kamu terdiam mendengar penuturan Jeno. Pria itu kembali meletakkan tangannya di kedua pundaknya, matanya menatapmu dalam.

”Kamu mungkin lupa sama aku, kakak kandung kamu sendiri. Tapi aku yakin, kamu gak bakal lupa sama Jaemin.”

FLASHBACK PUV

”Sampai kapan kamu bakal terpuruk kayak gini? Jaemin udah pergi.”

Kamu menggeleng lalu menutup telingamu. Semakin terisak mengingat sosok Jaemin. Bukan kekasih apalagi tunangan. Sebatas sosok sahabat yang berulang kali mengungkapkan perasaannya padamu, sekaligus pelindung setelah Jeno.

”Jaemin gak ninggalin aku ... hikss ... hikss.”

”Aku cinta sama Jaemin ... hiksss.” Kamu meringkuk, tak masalah jika harus terlihat lemah dihadapan Jeno.

Jeno menepuk punggungmu pelan untuk menenangkanmu, ”Oppa udah cape jadi pengganti kamu. Tinggalin dunia mafia. Fokus sama depan kamu.”

Kamu mengangkat kepalamu lalu menatap Jeno tajam, ”GAKK!!! KALAU PELAKU PENABRAKAN JAEMIN GAK KETEMU, AKU BAKAL BUNUH ORANG-ORANG YANG PERNAH NYAKITIN DIA.”

Kamu meraih pisau lipat diatas nakas. Kamu tersenyum lalu menggores pelan pisau itu di jari-jari tanganmu. Jeno hanya menghela napas, dia sudah terbiasa dengan kelakuan anehmu.

”Aku gak mau tau, Oppa harus cari pelakunya sampai ketemu. Nyawa harus dibalas dengan nyawa.”

Sejak hari itu, kamu menghilang tanpa jejak. Jeno berusaha mencarimu, dan hanya informasi tentang kamu yang kecelakaan saja yang sampai padanya.

FLASHBACK END

Kamu memengangi kepalamu yang terasa pusing. Ingatan apa barusan? Kenapa terasa begitu nyata? Kenapa kejadian itu seperti pernah terjadi sebelumnya? Kapan? Banyak pertanyaan muncul dibenakmu.

--

Sekarang sudah pukul 4 sore. Jeno mengantarmu pulang. Kini kalian berdua sudah berada di depan rumahmu.

”Jaga diri baik-baik.”

Kamu hanya mengangguk kaku. Sebenarnya masih ragu kalau Jeno adalah saudaramu. Tapi bersama pria itu cukup membuatmu nyaman, tak ada salahnya kan?

”Aku pulang.”

Chup!

Jeno mengecup keningmu sekilas. Tubuhmu menegang. Tampar cowok ganteng halal gak?

Kamu berdecak sebal lalu turun dari mobil Jeno. Setelahnya pria itu melajukan mobilnya meninggalkan rumahmu.

Kamu hanya menghela napas lalu berbalik. Napasmu tiba-tiba tercekat. Oksigen di sekitarmu terasa menguap.

”J-Jungkook?” Tubuhmu bergetar melihat Jungkook yang ternyata sedari tadi berdiri didepan pintu. Tangan pria itu sudah didekap didepan dadanya sambil menatap tajam ke arahmu.

”Wah, bagus yah. Ternyata sekarang suka main sama cowok itu, hm?”

Kamu terdiam. Bagaimana Jungkook bisa tau kalau itu mobilnya Jeno?

Kamu menggeleng, ”Oppa cuman mau anter aku pul--”

”Oppa?” Jungkook tersenyum miris, ”Bahkan aku aja gak pernah kamu panggil kayak gitu.”

Jungkook berjalan mendekatimu. Tatapan matanya juga terlihat semakin tajam.

SRAKK!!

”Akhhh ... S-Sakit, Jung.” ringismu begitu Jungkook menarik kasar rambutmu.

”Sedekat apa kamu sama dia?” ujarnya dengan nada dingin menusuk membuat matamu berkaca-kaca.

”Ck! AKU NYURUH KAMU JAWAB, BUKAN NANGIS!!!”

”Ikut aku.” ujarnya kembali kemudian melepaskan cengkeramannya di rambutmu dan beralih menarik paksa tanganmu.

Jungkook menarikmu paksa menuju kamar. Kamu hanya bisa meringis begitu cengkraman itu terlalu kuat.

BRAKK!!

”Akhhh.” Kamu memegangi punggungmu begitu Jungkook menghempas tubuhmu begitu saja ke tembok, bahkan perlakuan Jeno di toilet tadi berhasil membuat punggungmu agak lebam.

Jungkook berjongkok dihadapan kamu yang kini terduduk di lantai sambil bersandar ditembok.

PLAKK!!

Kamu memegangi pipimu yang terasa panas. Jungkook baru saja menamparmu cukup keras hingga merobek sudut bibirmu karena memang kulitmu rentan terluka.

Tak terasa, air matamu menetes. Biar saja Jungkook kembali menamparmu, kamu hanya ingin melampiaskan rasa sakitmu.

Tamparannya memang sakit. Tapi yang lebih sakit adalah mengetahui fakta bahwa yang menamparmu barusan adalah pria yang selama ini melindungi dan menjagamu, bahkan marah pun hanya beberapa hari ini dia tunjukkan.

”Kamu memang pantas ditampar. Kamu itu gak bisa dibilangin. Apa kejadian di kampus kamu pagi itu gak bikin kamu peka kalau aku itu gak suka sama Jeno? Harus aku perjelas? Dari sekian banyaknya orang, kenapa harus Jeno? Kenapa?”

Kamu hanya terdiam. Berbicara hanya akan membuat Jungkook semakin marah.

”Punya suami, tapi dikampus masih jalan bahkan dianter pulang sama cowok lain.” Jungkook berhenti sejenak.

”Aku gak pernah ngajarin kamu jadi cewek murahan.”

Deg.

Rasanya jantungmu berhenti berdetak selama beberapa detik. Napasmu tercekat. Nada bicara Jungkook terkesan santai, namun isi perkataannya benar-benar menyakitkan.

”Jangan keluar dari kamar ini tanpa seizin dari aku. Kalau sampai kamu keluar, aku gak bisa janji gak bisa jamin kamu bakal baik-baik aja, PAHAM?!!”

Kamu mengangguk. Jungkook kemudian beranjak dari hadapanmu namun kamu langsung menahan tangannya.

”Jangan sentuh aku.” Setelahnya Jungkook menghempas tanganmu lalu keluar dari kamar.

BRAKKK!!!

Kamu terlonjak kaget begitu Jungkook menutup pintu kamar dengan keras. Kamu kembali menangis begitu merasa pria itu sudah lumayan jauh dari kamar.

”Hikss ... hiksss ... tapi Jeno kakak aku ... hiksss.”

Kamu meringkuk sambil bersandar di tembok, lalu menangis sejadi-jadinya. Entah kenapa sekarang kamu merasa benar-benar butuh Jeno. Tapi itu akan membuat Jungkook semakin marah jika tau.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

WANITA KESAYANGAN MAFIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang