13. KAMBUH

78 16 0
                                    

Saat ini Ana sedang berada di dalam kamarnya dengan keadaan dia yang masihmencoba untuk tidur siang, tapi ia tidak bisa tidur karena sedari tadi kepalanya kembali pusing dan penglihatannya yang tidak bisa terlihat dengan jelas

Ia pun dengan perlahan mendudukan dirinya di tepi ranjang, sambil memegang kepalanya yang semakin menjadi, dan menutup hidungnya yang kembali mengeluarkan darah

"Jangan sekarang, jangan sekarang. Pliss!" gumamnya sambil menekan - nekan kepalanya dan mengusap hidungnya dengan kasar

"Akkhhh!" Ana pun merintih kesakitan dengan gerakan lamban ia mengambil ponselnya yang berada diatas nakas, dan mencoba menghubungi seseorang walau penglihatan nya yang semakin buram, yanga saat ini ia lihat adalah bentuk kamarnya yang berputar

Ia ingin mendengar suara seseorang yang mungkin untuk terakhir kalinya. saat sambungan terhubung, saat Ana ingin bersuara orang di seberang sana terlebih dulu bersuara

"Ga usah hubungin gue!" bentaknya di seberang sana

"A-Al, kamu bi-bisa anterin a-aku ke r-rumah s-sakit" ucap Ana pelan

"Ga!" jawabnya cepat, pupus sudah harapan Ana

"Aku sakit Al" ujar Ana lemah

"Bukan urusan gue"

"Dan juga gue lebih bersyukur kalau lo cepet mati" kata nya pedas, mampu membuat ulu hati Ana yang terdalam retak

"Tap-" belum sempat Ana berucap, sambungan telepon pun terdengar

Tut

Sambungngan telepon pun terputus

Ana mencoba kembali menghubungi seseorang

"Hallo" suara seseorang pun terdengar

"Jemput gue di rumah sekarang!" ucapnya pelan

Tut

Sambungan telepon pun terputus

****

"Ana!" teriak Dion sambil berlari kearah Ana yang tergeletak di lantai kamar dengan wajah pucat pasi dengan darah yang terus mengalir dari kedua hidungnya.

Dengan cekatan Dion mengambil tisu yang berada di atas nakas dengan semrawutan, saat ini isi dalam fikirannya hanya satu keadaan ana. Dion pun menggendong Ana ala bridal style dan berlari menuju mobil untuk menuju rumah sakit

Dion mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, Dion seperti orang kesetanan saat ini fikirannya depenuhi oleh rasa marah, sedih, khawatir, kecewa, takut. Tetapi, rasa yang paling mendominasi adalah rasa khawatir nya kepada Ana

"Sial!" umpatan Dion pun keluar juga karena kesal, saat lampu merah menghentikan perjalanannya apa lagi keaadaan Ana yang semakin memburuk. Dengan kesal Dion menekan gass nya menerobos lampu merah di depannya, ia bisa melihat dari kaca spion ada dua mobil polisi berusaha mengejar nya

"Cih! coba saja!" Dion semakin menekan gas nya, mobilnya pun melaju dengan kecepatan semakin cepat. Karena saat ini mobil yang dibawa nya adalah mobil kesayangan nya, yang setiap ada pertandingan balap mobil ia selalu memakai mobil yang sudah di modifikasi ini.

Sampainya di rumah sakit dengan cepat Dion kembali menggendong Ana, membawa nya masuk ke dalam rumah sakit

"Susterr!"

"Suster!"

"Suster!" teriak Dion

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya seorang suster yang menghampiri nya dengan ramah

Overlook [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang