47. PERGI UNTUK KEMBALI

1.8K 218 27
                                    

3 hari kemudian....

Dalam jangka waktu 3 hari, jelas bukan hari-hari baik yang menghampiri. Hari Gemini kepalang buruk dari awal. Ia tidak sekolah, tidak juga keluar rumah. Seolah sekarang, Gemini lenyap sementara. Mata dan telinganya kini tertutup, apalagi untuk hal-hal yang berbau Virgo. Sudah 3 hari lamanya, Gemini tidak melihat wajah Virgo. Tidak mendengar suaranya. Dan tidak mendapatkan perhatiannya.

Rindu? Sudah pasti. Jika saja Gemini mau, ia pasti akan ke rumah sakit menemui Virgo. Memeluknya, dan meminta maaf atas semua kesakitan yang menderanya.

"Gemini mau tinggal di Bali aja sama eyang putri." Final, apa yang Gemini ucapkan di hadapan Kemala dan Arlingga adalah titik final dalam pertimbangannya.

Semalaman, Gemini memikirkan semua ini. Iya, semua rencana untuk pergi. Meninggalkan Jakarta, dan semua kenangannya.

"Kalau itu jadi keputusan kamu, om enggak bisa larang, Gemini." Arlingga berucap penuh kedamaian, laki-laki setengah baya itu berpindah duduk jadi duduk disamping Gemini.

Gemini menunduk. Menyembunyikan wajahnya yang kini sudah memerah menahan tangis.

"Jika tinggal di Jakarta hanya memberi luka, semoga tinggal di Bali memberikan kamu bahagia," ujar Arlingga membuat Gemini angkat wajah dan menoleh padanya.

Tanpa mengatakan apa-apa, Gemini menyandarkan tubuhnya di dada bidang Arlingga. Laki-laki setengah baya, yang sudah Gemini anggap seperti ayah sendiri.

"Om jaga diri baik-baik, ya? Maaf kalau selama ini Gemini banyak bikin repot," Gemini terisak, disusul dengan isakan Kemala setelahnya. "Gemini sayang Om, sama Tante. Kalian berdua udah seperti kedua orang tua Gemini sendiri. Rasanya berat Om, ninggalin Jakarta. Tapi ... Gemini harus pergi."

"Tante pasti akan kangen banget sama kamu, Gemini," ucap Kemala. Entah sejak kapan, wanita itu sudah duduk di samping Gemini. Mengapit gadis itu sambil mengusap-usap punggungnya. "Jangan lupain tante ya, sayang. Jaga kesehatan, jangan lupa untuk main kesini nanti," pesan Kemala.

Gemini mengulas senyum di kegiatan tangisannya. Ia memeluk Arlingga erat, disusul Arlingga juga yang balas memeluk gadis kecil yang sudah ia anggap putrinya sendiri itu tak kalah erat.

"Om akan pesankan tiketnya. Kemungkinan, besok kamu akan berangkat," bisik Arlingga berat. Gemini hanya mengangguk.

***

"Pasien sudah bangun dari masa komanya."

Lega, satu rasa itulah yang mendominasi Alexandre, Libra, dan Cleonara. Setelah di operasi, Virgo jatuh koma selama 3 hari. Masa dimana, kematian seolah tengah mendekat pada Virgo. Untungnya, Tuhan masih berbaik hati. Tuhan masih membiarkan Virgo untuk menghirup oksigen di dunia.

"Saya boleh masuk?" izin Alexander. Sang dokter mengangguk, tidak lama berselang laki-laki setengah baya itu menerobos masuk. Diikuti Libra dan Cleonara di belakangnya.

Langit-langit putih rumah sakit, menjadi objek paling pertama yang Virgo tangkap setelah lamanya ia menutup mata. Rasanya, mata seperti sudah bosan tertutup. Virgo tidak ingat apapun, ia hanya ingat kejadian sore itu. Kejadian dimana Gemini mendorongnya. Dan bagaimana, Gemini mendekapnya. Yang naasnya, dekapan itu untuk yang terakhir kalinya.

Virgo membuka pupil matanya lebar-lebar, saat suara sepatu pantofel bergesekan dengan lantai rumah sakit, menerpa telinganya. Dilihatnya, Alexander, Libra, dan Cleonara kini sudah berhambur mengelilingi bangsalnya.

"Kak Virgo baik-baik aja, 'kan?" Cleonara, jadi orang pertama yang melontarkan kalimat pertanyaan itu. Ia duduk di bibir kasur, memegangi lengan Virgo yang terasa panas.

VIRGO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang