"Selamat pagi, Gemini."
Suara serak yang begitu memikat serta embusan napas dingin itu menyapa telinga Gemini. Pelan-pelan gadis itu membuka matanya, mendapati Virgo tengah membaringkan tubuh disampingnya dengan tangan melengkung yang hinggap di pinggang ramping milik Gemini.
Gemini yang masih terbungkus oleh selimut tebal, hanya mampu menatap Virgo tanpa mengatakan satu patah katapun. Semalaman panjang Gemini hanya mampu menangis, merutuki dirinya sendiri karena terlalu terbawa oleh nafsu. Gemini masih ingat kejadian penuh dosa semalam. Sangat, amat ingat. Ia dan Virgo benar-benar sudah melewati batas.
"Ada apa Gemini?" Virgo bertanya saat melihat gadis itu meneteskan air mata. Buru-buru Virgo menyekanya.
"Virgo, kita udah melewati batas. Itu semua gara-gara aku," sesal Gemini. Seribu kali pun Gemini menyesali semua ini, tetap saja semua yang ia jaga selama ini tidak akan kembali, 'kan?
Gemini yang bodoh, ia bodoh karena kekeuh ingin menjadi milik Virgo selamanya dan seutuhnya. Virgo tidak akan menyentuhnya jika Gemini tidak bersikap seolah-olah mempersilahkan Virgo masuk. Namun ... ini semua sudah terjadi.
Gemini terisak, ia menaikkan selimutnya hingga menutupi sebagian wajahnya. Gadis itu sadar, bahwa semalaman ia tak memakai sehelai benangpun. Karena Virgo sudah menanggalkan pakaiannya. Semua Virgo lakukan atas persetujuan dari Gemini juga, malam panjang itu mereka melakukan karena sama-sama ingin.
"Semua ini gara-gara aku," Gemini terisak semakin menjadi. Tubuhnya meringkik, semuanya terasa sakit. Area tubuhnya bawahnya seperti kebas. Gemini benar-benar merasa menjadi gadis paling tidak punya harga diri.
Bahkan, sekarang ia sudah tak pantas disebut seorang gadis. Mahkota berharga yang sudah ia jaga selama 17 tahun ini, sudah Gemini serahkan pada Virgo. Sekarang Gemini hanyalah seorang mantan gadis. Mantan gadis yang memiliki pemikiran pendek dan sempit, yang menganggap cinta di atas segala-galanya. Tanpa Gemini sadari, ini awal dari kehancuran hidupnya.
"Jangan menangis Gemini, ini bukan salah kamu. Saya juga ikut andil dalam kesalahan ini." Virgo mendekap Gemini, menyimpan dagunya di pucuk rambut gadis itu.
"Saya berjanji Gemini, saya akan menikahi kamu secepatnya," tambah Virgo.
Sebenarnya, tanpa Virgo katakan, Gemini yakin bahwa laki-laki itu akan menikahinya. Namun, ini bukan perihal tanggung jawab. Tapi ini masalah bagaimana Gemini dan Virgo bisa menjalani hidup nantinya, sementara keduanya selalu disambangi masalah demi masalah yang seolah-olah membentang jarak antara keduanya.
Akankah Gemini dan Virgo sanggup? Melewati kerasnya dunia rumah tangga di usia semuda itu?
"Saya akan menjaga kamu, saya tidak akan membiarkan kamu jadi milik orang lain. Jangan menangis Gemini, jangan buat saya merasa bersalah."
Gemini berhenti menangis, pelan-pelan ia mendongakkan kepalanya menatap wajah sendu Virgo yang juga menatapnya. Tidak ada kata terucap, keduanya hanya mampu saling menatap. Seolah memang benar, tidak hanya mahkota Gemini yang sudah hilang, namun sekarang kosakata dalam pita suaranya juga ikut menghilang.
"Jangan menangis lagi, ya?" Gemini mengangguk lemah, kembali memeluk Virgo dan membenamkan wajahnya di depan jakun laki-laki itu.
Beberapa menit waktu berjalan membiarkan posisi sedikit intim itu berlangsung. Wangi parfum Virgo menusuk hidung Gemini, tidak usah ditanya pasti laki-laki itu sudah mandi terlebih dahulu. Terlihat dari penampilannya yang sudah rapih dan badannya yang harum.
"Mandilah Gemini, bersihkan badan kamu. Saya sudah membeli baju, dan makanan," suruh Virgo berusaha melerai pelukannya pelan. Namun Gemini seolah tidak ingin pisah walaupun satu jengkal pun dari Virgo.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRGO [SELESAI]
Fiksi RemajaTentang Virgo Rolinkus Lugo, dan Gemini Ralinka adalah dunianya. *** Virgo itu posesif, begitulah caranya mencintai Gemini. Virgo itu over protektif, begitulah caranya menjaga Gemini. Virgo dan Gemini saling mencintai, tapi mereka lupa, bahwa keyaki...