"Dengan berat hati saya harus mengatakan, bahwa pasien bernama Gemini harus mengalami keguguran."
Ada waktunya, dimana semua harapan yang Virgo susun dengan rapih, hancur lebur begitu saja. Seperti layaknya puzzle yang awalnya tersusun rapih, kini tiba-tiba saja ... bongkahan itu hancur berantakan. Virgo benar-benar merasa, bahwa ia tengah dijatuhkan ke dalam palung tak berdasar. Ketakutan Gemini di sepanjang jalan, benar kejadian.
"Bagaimana bisa itu terjadi, Dok? Bukankah Gemini baru menginjak masa kandungan trimester pertama? Yang dimana, janin Gemini masih kecil." Virgo berusaha membantah. Ia masih belum terima dengan kenyataan ini.
"Iya benar, Gemini masih menginjak trimester awal. Tapi faktor keguguran bisa disebabkan oleh, posisi saat Gemini jatuh. Saya menduga, bahwa Gemini jatuh dengan posisi menghantam kuat ubin, begitu juga dengan panggulnya. Apalagi, hamil di usia semuda Gemini, sangat rentan terjadi keguguran." Sang dokter kembali menjelaskan. Virgo terdiam.
Laki-laki itu merasakan, dadanya berdenyut nyeri. Ia takut, takut jika Gemini sudah siuman akankah gadis itu mau menerima kenyataan?
"Kalau begitu, saya permisi. Terima kasih, Dok." Virgo beranjak, melerai bokong yang bersentuhan dengan kursi lalu pergi meninggalkan ruangan dokter tersebut.
Virgo menyeret langkahnya dengan setengah benteng pertahanan yang tersisa. Laki-laki itu masuk ke salah satu ruangan, dimana Gemini ada di dalamnya. Suara monitor pendeteksi jantung berbunyi normal menjadi irama penyambutan untuk Virgo. Dilihatnya, Gemini tengah berbaring sembari memejamkan mata. Ada selang infus yang tertancap di punggung tangannya.
Perlahan melangkah, Virgo berhasil mendaratkan tubuhnya di samping tubuh Gemini. Ia mengangkat tangan, mengusap penuh sayang pucuk rambut serta wajah pucat itu bergantian. Merasa terganggu dengan gerakan Virgo, Gemini yang rupanya sudah siuman sedari tadi itu, perlahan membuka mata.
Virgo terkejut, laki-laki itu kontan menatap Gemini sedikit bingung. Gemini tersenyum, tidak bisa bohong matanya terlihat sembab dan menyipit. Ia habis menangis hebat karena kesakitan, Virgo tidak tahu seberapa sakitnya. Namun yang Virgo tahu, Gemini menderita tadi. Namun sepertinya, sekarang juga ia akan menderita setelah mendengar kabar duka ini.
"Virgo...." Gadis itu bika suara, terdengar serak bahkan hampir tidak terdengar.
"Iya Gemini?" sahut Virgo. Mati-matian ia tetap berusaha biasa saja. Ia tak mau menunjukkan kesedihannya di depan Gemini.
"Igo, kandungan aku baik-baik aja, 'kan?" tanyanya sembari memegangi baju Virgo.
Inilah, pertanyaan yang Virgo tidak harapkan keluar dari mulut Gemini. Namun, akhirnya keluar juga. Mungkin, mengatakan hal yang sebenarnya jadi jalan aman untuk Virgo.
Sambil menghembuskan napasnya kasar, Virgo mulai membuka suara, "Gemini sepertinya semesta belum berpihak pada kita. Saya harap kamu bisa menerima kenyataan ini bah-"
"NGGAK!!!" Gemini memotong, gadis itu memekik sebari memukul dada Virgo. Sepertinya, tanpa harus Virgo lanjutkan Gemini sudah tahu. "Nggak mungkin Igo, nggak!!! Hiks...."
"Nggak mungkin!!"
"Aku nggak mungkin keguguran!!"
Gemini hilang kendali, ia menjerit, memukul dada Virgo dengan brutal lalu menangis kencang. Gadis itu benar-benar tidak bisa menerima kenyataan kejam seperti ini.
"NGGAK MUNGKIN VIRGO!! HIKS!!"
Virgo langsung memeluk Gemini, menenangkan gadis itu sebisa mungkin. Walaupun pada nyatanya, semua rasa sakit di dalam diri Gemini kini tengah membuncah, semua air mata tumpah ruah tanpa bisa ia tadah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRGO [SELESAI]
Fiksi RemajaTentang Virgo Rolinkus Lugo, dan Gemini Ralinka adalah dunianya. *** Virgo itu posesif, begitulah caranya mencintai Gemini. Virgo itu over protektif, begitulah caranya menjaga Gemini. Virgo dan Gemini saling mencintai, tapi mereka lupa, bahwa keyaki...