DASA 18

53.6K 6.2K 3.4K
                                    

Sudah ke sekian kalinya ponsel Asa bergetar lantaran Elvan terus mengirim pesan dan menelponnya.

Ponsel dengan case rose gold itu ia telungkupkan sehingga pengaturannya berubah menjadi mode silent.

Asa membiarkan Elvan terus menelponnya semalaman sampai ponsel itu kehabisan daya. Asa hanya sedang bimbang, dia masih tidak menyangka jika respon Papanya akan seperti itu.

Seharusnya Asa mencoba mengerti Papanya sejak dulu. Jika komunikasi mereka baik, apa mungkin Asa tidak akan menjadi seperti ini?

Tetapi semuanya sudah terjadi, Asa cukup bersyukur memiliki Papa seperti Liam. Ternyata di balik sikap kasarnya, beliau menyimpan beribu kasih sayang yang tidak pernah Asa lihat.

Asa bangkit dari kasurnya, dia keluar kamar dan tidak mendapati Papanya di dalam rumah. Sepertinya sudah berangkat kerja?

Asa bingung mau melakukan apa sekarang. Biasanya, Papanya akan menyuruh gadis itu belajar dan bimbel meskipun di akhir pekan. Tapi sekarang, beliau malah menyuruh Asa beristirahat total.

Rasanya aneh, dan nyaman. Hehee.

Asa duduk di sofa ruang tengah, ia menyalakan televisi untuk membunuh rasa bosan.

"Saham Perusahaan Ekstraktif Pertambangan ternama kini merosot turun drastis hingga mencapai 9,59 persen, dan dapat dipastikan akan terus menurun...,"

Asa berdiri begitu melihat perusahaan Papanya terpampang nyata di televisi. Meski disensor, Asa masih dapat mengenalinya dengan jelas.

"Scandal Sang Direktur yang ternyata menyembunyikan anak haram di rumahnya membuat beberapa investor mengundurkan diri, citra Perusahaan kini mulai dipertanyakan...,"

Asa membekap bibirnya, remot kontrol yang ia bawa mulai terjatuh ke kolong meja. Hanya karena dirinya, kini perusahaan Papanya mulai terancam! Bagaimana bisa? Sebesar itu pengaruh Asa terhadap perusahaan? Jadi, karena itu Papa Liam selalu menyembunyikannya?

Detik yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Beberapa orang berdemo di depan perusahaan Liam karena penurunan saham, beberapa wartawan juga siaga di sana untuk meliput berita eksklusif.

Perusahaan Laim tampak kacau, apa lagi karena mencuatnya kabar bahwa Asa sedang hamil. Citranya semakin buruk karena Damar, papa Liam sendiri mengungkap bahwa Liam juga merupakan anak haram.

Telpon dari berbagai sumber terus berdering, Liam duduk dengan menumpukan keningnya di kepalan tangan. Di atas meja kerjanya terdapat banyak kertas berhamburan tidak teratur.

Tok! Tok! Pintu kaca ruangan Liam diketuk.

"Masuk!" ucap Liam masih di posisi yang sama.

Sani, sekretaris Liam itu memasuki ruangan Liam. "Pak, saya melihat Asa di loby."

"Apa?!" Liam membelalakan mata dan sontak bergegas turun ke lobi.

Di sana, di dekat dua pintu kaca utama, Asa berdiri di depan banyak wartawan yang sedang menyerbunya dengan berbagai macam pertanyaan menyakitkan.

"Benarkah Anda sedang hamil?"

"Siapa ayahnya? Bukankah Anda masih SMA?"

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang