Benda panjang itu terus bergerak, menggesek bidang mulus di depannya hingga memicu decitan beruntun.
Jemari lentiknya sesekali terulur, menghapus bercak hitam yang mulai mengotori papan putih.
Asa, salah menghitung lagi.
Gadis berambut panjang yang diikat menyerupai ekor kuda itu menghapus sebagian jawaban yang kurang tepat, lalu menggantinya dengan angka yang lebih akurat.
Gadis itu, Andhira Dasa Tanaka, dia tersenyum simpul begitu selesai memecahkan soal matematika di depannya.
Asa undur diri dari papan tulis, membiarkan Pak Selamat memeriksa jawabannya. Bisikan beberapa orang mulai terdengar, diikuti tatapan tak menyenangkan dari teman-temannya.
"Gila ya, nggak jago matematika tapi ikut olimpiade matematika."
"Ya lo tau sendiri lah, bokapnya kan donatur terhormat di sini. Masa bikin anaknya ikut olimpiade meskipun dia bego aja gak bisa?"
"Iuh, bakat orang dalam."
"Padahal harusnya Aurel yang maju olimpiade, kenapa jadi dia sih? Bakalan kacau deh sekolah kita."
"Mending diem lo pada, ntar orangnya denger malah kita yang dibunuh haha."
Asa mendaratkan pantatnya ke bangku ujung dekat jendela, dan saat itu juga sindiran demi sindiran mulai mereda.
Netranya mengerling ke arah Aurel yang sedang menulis ulang tulisan di papan tulis. Jawaban Asa ada sedikit ralat dari Pak Selamat, memang sudah benar, hanya saja kurang sempurna.
Sebodoh itu Asa, pantas saja teman-temannya menggunjing betapa beruntungnya gadis itu yang dapat dengan mudah memasuki tim olimpiade tanpa seleksi.
Bel tanda istirahat terdengar, Pak Selamat pun membereskan bukunya dan bersiap-siap untuk pergi ke ruang guru.
"Asa, tolong nanti sepulang sekolah ke ruangan saya ya? Ada formulir yang harus kamu isi."
Asa refleks berdiri. "Baik, Pak!" jawabnya singkat sembari mengangguk sopan.
Begitu Pak Selamat keluar dari kelas, semua murid mulai riuh. Beberapa anak langsung menggibah bersama teman sebangkunya, atau menggelar konser dadakan di belakang kelas.
Lantunan Selamat Pengantin Baru yang pernah dinyanyikan Upin Ipin itu terdengar bersahut-sahutan di belakang kelas.
"Selamat, selamat, selamat, udah keluar...," Bising ukulele dan pukulan meja memeriahkan suasana.
Di dalam kelas XII S-1 itu, sepertinya hanya Asa yang berdiam diri.
Di saat teman-temannya sibuk bermain bersama yang lain, Asa justru kembali mempelajari materi tadi. Tangannya terus bergerak menulis soal dan jawaban.
Pantulan sinar pagi yang menembus melalui kaca jendela samping itu, berhasil memancar di wajahnya. Membuat iris cokelat terangnya terlihat lebih terang lagi.
Set! Sebuah pesawat kertas mendarat di meja kosong yang berada tepat di samping Asa. Gadis itu sontak menoleh, tangannya bergerak mengambil pesawat kertas tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASA (END)
Romance[COMPLETED] PART MASIH LENGKAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ⚠️ R-16, Selfharm, Sex, Drunk, Violence, Suicide (Harap bijak dalam membaca) Dasa, jika dibaca dari belakang maka kamu akan melihat kata a sad. Iya, sebuah kesedihan. Andhira Dasa Tanaka ad...