DASA 14

50.8K 5.7K 2.2K
                                    

Banyak yang spam komen kan jadi semangat updatenya 🤍

Sore ini, Elvan duduk di tribun lapangan paling bawah. Dia ada pelatihan basket untuk turnamen minggu depan.

Tetapi, sejak tadi Elvan hanya duduk dengan tangan tertaut menumpu kening sedangkan dua sikunya menyandar di atas paha.

Drrt! Drrt! Pesan dan panggilan dari Asa tidak ia pedulikan, padahal ponselnya tergeletak tepat di samping pria berseragam basket merah itu.

Asayang : Gue lagi di tempat aborsi, lo masih punya kesempatan sampai setengah jam lagi, El.

Asayang : Elvan! Lo serius mau diemin gue?

Asayang : Elvan! Gue takut sendirian.

Dug! Dug! Duuuuggggg!

Bola basket yang sedang dimainkan oleh anak-anak basket itu menggelinding mendekati Elvan. Gavin berlari mengejar bola, dia mengambilnya dan menahan bola itu di antara lengan dan pinggang.

Tangan Elvan bergetar, punggungnya naik turun seperti seseorang yang sedang menangis. Iya, Elvan memang sedang menangis detik itu juga.

"El?" celetuk Gavin duduk di samping Elvan.

"Gue," Suara Elvan parau. "Gue udah hamilin Asa, Gav."

Deg. Kaget, Gavin sangat terkejut dengan pengakuan Elvan. Hal yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah Elvan yang menangis setelah merusak seorang gadis.

"Gue harus gimana sekarang?" Elvan terisak kecil.

"Lo sayang sama Asa?"

"Ya jelas lah, Gav. Lo nggak inget apa seberapa besar perjuangan gue buat dapetin dia?"

"Kalau gitu, lo harus tanggung jawab, El--"

"Gila lo?!" Elvan menatap Gavin dengan mata melotot. "Gue nggak mau! Gue nggak siap! Gue masih sekolah, Gav! Gue juga masih suka main basket!"

"Terus? Lo mau biarin Asa nanggung kesalahan itu sendirian apa? Lo sayang kan sama Asa? Harusnya lo juga berjuang, El. Jangan cuma mau enaknya doang. Lo udah berani ngelakuin itu, lo juga harus berani ambil konsekuensinya."

Elvan berteriak sambil mengusap wajahnya frustasi. Elvan sayang sama Asa, tapi dia terlalu takut untuk bertanggungjawab.

"Lo takut?" tanya Gavin seolah dapat membaca pikiran Elvan.

"Mama gue gimana, Gav? Gue nggak mau ngecewain dia, kalau sampai dia tau tentang ini, bisa jadi jantungnya kumat lagi, gue nggak mau liat Mama di rumah sakit lagi persis waktu Papa meninggal."

"El," Gavin memegang bahu Elvan.

"Tanggungjawab, El. Jangan kabur kayak cowok pengecut!" Gavin kembali menegaskan. "Lo seharusnya ada di sisi Asa sekarang, dia yang paling sakit di antara lo berdua."

***

Asa duduk di kursi tunggu tempat aborsi seorang diri. Tau dari mana lagi jika bukan diberitahu Elvan? Katanya, tempat ini cukup populer di kalangan anak-anak nakal sebangsa itu.

DASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang