11: Masa lalu

6.2K 354 1
                                    

"Minum dulu" ucap Kenneth sambil menyodorkan satu gelas air mineral

Shasa menggeleng dan menutup mulut nya rapat-rapat "Shasa pengen nya minum yang tadi..Hhhi enak bikin pusing"

"Nggak boleh"

Shasa menatap Kenneth dengan ekspresi marah "Kenapa nggak boleh!"

Kenneth menangkup wajah Shasa, rasanya dia ingin sekali memakan gadis itu saking gemasnya

"Karena nggak baik kalau diminum sama kamu" kata Kenneth setelah mengecup bibir merah itu

"Hih dasar Ken, maunya cium-cium tapi larang-larang terus. Sebell!!"

Kenneth menatap datar shasa "Tidak ada bantahan aleasha."

"Marah marah aja terus, dasar Ken jelek'nyebelin!!"

Cukup. Seharusnya gadis itu yang terlihat menyebalkan sekarang

Kenneth meneguk air yang dipegangnya lalu menyalurkan nya pada Shasa lewat ciuman. Gadis itu berontak hingga tersedak

"Ken!!" Pekik Shasa

"Why? Sekali-kali kamu harus dikasih pelajaran!" Niat Kenneth hanya ingin bercanda namun tanpa diduga Shasa malah menangis oleh hal itu

"Ternyata bener kata nenek sihir itu..hiks Ken pasti nggak sayang lagi sama aku karena aku nggak punya Mamah kan?"

Shasa memang sudah ingin menangis sejak saat siang tadi. dia bingung siapa ibunya? Kenapa hanya Shasa yang tidak punya ibu? Ternyata benar lebih baik tidak tahu apapun daripada harus mengetahui tapi membuat kita menjadi sangat tidak nyaman

Shasa menangis semakin keras, ucapan dan hinaan emely berputar layaknya kaset rusak yang memusingkan

"S-shasa tahu kalau sekarang Shasa udah nggak pantes buat ken--"

Kenneth mendekap erat tubuh Shasa yang bergetar hebat. "Aku cuma mau kamu dan nggak ada yang lain. Jangan berpikiran apapun yang membuat kamu sedih, kamu cuman harus pikirin aku"

"Aleasha, kamu tidak mungkin lahir dari Richard William. Kamu mempunyai ibu bahkan semua orang yang ada di dunia ini tidak ada yang tidak memiliki ibu. Hanya saja, tidak semua ibu mereka berada disisinya. Tapi bukan berarti tidak bersama ibu kamu tidak mempunyai dia, Kamu salah besar sayang. Yang hanya perlu kamu ingat bahwa tidak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya" Jelas Kenneth panjang lebar

"T-api Shasa nggak pernah tahu siapa ibu Shasa" jawab gadis itu

Bahkan jika memang sudah meninggal, mungkin ada satu lembar foto yang bisa membuatnya tenang. Tapi selama ini untuk mengetahui siapa nama ibu nya dan bagaimana garis wajahnya saja ia tidak tahu

"Apa yang pengen kamu tahu. Tanyakan apa ingin kamu tanyakan sekarang. Tidak ada lain kali"

Shasa Melonggarkan pelukannya "Siapa nama ibu Shasa"

"Victoria"

Harusnya kalian tahu, jika allard membuat sekolah itu bukan semata-mata hanya ingin membangun saja. Tapi janjinya dengan ibu Shasa, wanita dicintainya. Membuat dia membangun Victoria high school

"Apa ibu Shasa udah meninggal?"

"Belum"

Shasa menatap Kenneth dengan air mata bercucuran "Apa Ken pernah ketemu sama dia?"

"Ya"

"Kenapa Shasa yang anaknya nggak pernah hiks.." gadis itu kembali menangis histeris

"Sekarang giliran aku yang tanya. Apa kamu memang sudah siap bertemu dengan dia? Aleasha kamu tidak kecewa ditinggalkan oleh dia bahkan disaat kulit kamu masih Semerah itu"

"Tidak ada yang menyayangi kamu, sebesar diriku. Jadi stop pikirkan ibu kamu dan bersikap seperti memang kamu masih membutuhkan aku!" Lanjut Kenneth

Shasa terdiam, Ucapan kenneth seolah menamparnya. Dia harusnya sadar bahwa tidak ada yang lebih berharga dari Kenneth yang dibutuhkan hanya Kenneth dan Kenneth

Shasa mencium Kenneth hingga cowok itu terbaring karena tak siap dengan serangan tiba-tiba pacarnya

Shasa menarik sudut bibirnya menyeringai "Bener. Aku cuma butuh Ken and always Ken!"

Kenneth terkejut namun hanya sebentar sebelum cowok itu membalikkan keadaan, hingga menjadi Shasa yang dibawah "Kamu percaya sama aku kan?"

Shasa mengalungkan tangannya ke leher Kenneth sebelum menggerling dengan nakal. "Shasa selalu percaya sama ken"

Kenneth tersenyum dan kembali mempertemukan bibirnya namun kali ini lebih panas dan bergairah

****

"Gee. Melihatnya membuat rasa bersalah itu kian bertambah"

"Richard, aku pun merasa seperti itu tapi, bukannya Vee lebih jahat dari kita hingga mengabaikan Putri semanis Shasa"

Grace dan Richard sedang mengobrol lewat telepon, untuk membahas masalah masa lalu yang tidak pernah ada ujungnya

"Kamu tahu R, Memaksakan perasaan seseorang itu ternyata memang sudah sakit dari dulu. Aku pernah berpikir saat orang-orang berkata bahwa cinta akan hadir karena terbiasa, aku pasti akan membuat Allard jatuh cinta lalu bahagia bersama putra kita--"

Grace mengusap air matanya "Namun nyatanya, Itu adalah khayalan termanis yang pernah aku bayangkan. Seperti nya R, waktu sembilan belas tahun sudah cukup untuk aku hidup bersama dia. Lagipula aku sudah tidak khawatir tentang Kenneth, dia sudah tumbuh menjadi anak yang tampan dan mempunyai pendamping hidup secantik Shasa"

"Kenapa kamu berhenti disini Garceea?" Tanya Richard diseberang

Sebenarnya ia ingin berhenti sejak dia melahirkan Kenneth. Karena sikap Allard semakin dingin tak tersentuh membuat dia sudah sadar diri sejak saat itu, dia bersyukur Allard hanya mencuekinya tidak dengan putranya

Namun ia selalu berpikir ulang, bagaimana Kenneth hidup bersama Allard tanpa kasih sayang dari orangtua yang lengkap dan itu semua terbukti dari sifat Kenneth yang menuruni suaminya membuat ia harus tetap stay walau rasanya sangat menyakitkan

"Masalahnya aku sudah kalah, karena Allard kembali pada Victoria!"

"A-pa?" Richard tampak terkejut

"Gee, apa suami kamu tidak memikirkan anaknya. Bagaimana jika Kenneth dan alea tahu. Demi apapun mereka sangat tidak tahu diri dan egois!" Cerca Richard tidak habis'fikir

"Mereka bakalan aku bawa R, kamu jangan khawatir dan percaya kan putrimu pada aku dan putraku"

"Aku hanya tidak habis pikir. Tapi aku sedikit menyesal oleh sikap kurang ajar Kenneth pada ku Gee!"

Grace terkekeh ditengah air matanya yang mengalir "Aku ingin istirahat dulu ya kalau begitu"

"Hm, aku juga ingin kembali lanjut bekerja"

"Aku tutup"

Tanpa menunggu jawaban Richard dia segera mematikan sambungan telepon nya

Grace menutup mulutnya menahan jeritan, hatinya yang hancur kini semakin hancur. Tiba-tiba pintu kamar terbuka menampilkan Allard dengan setelan formalnya. Pria itu berjalan menuju kamar mandi tanpa menghiraukan keberadaan nya yang kini sedang menangis tanpa suara

"Al"

Allard yang hendak membuka pintu toilet menoleh pada istrinya

Dengan wajah sembab Grace berkata "Ayo bercerai"

****

KENNETH [Possesive boyfriend]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang