Sepulang sekolah, Jihan lari buru-buru keluar dari kelasnya. Ia sampai melupakan jadwal piketnya hari ini.
"Sialan Jihan, gue masa piket sendirian." umpat Yedam, yang harus terpaksa mengerjakan piket kelas sendirian.
Masalahnya jadwal piket kelas XI IPS 1 terbagi menjadi 2. Sebelum mulai kelas, dan sesudah kelas berakhir. Kebetulan Jihan dan Yedam kedapatan jadwal piket setelah kelas berakhir.
Jihan berlari menghampiri Haruto, yang terlihat sedang berjalan santai, dengan airpods yang menyumpal kedua telinganya.
"HARUTOOOOOOOO...." teriak Jihan, seraya menghampiri Haruto
Haruto yang mendengar samar-samar suara Jihan pun menghentikan langkahnya, lalu menatap Jihan heran.
"Ini mau balikin jaket Kak Hyunjin, aku nitip ya." ucap Jihan, seraya menyerahkan jaket berwarna hitam kepada Haruto.
Haruto meraih jaket pemberian Jihan, seraya mengganguk kecil. "YA."
"Hari ini kamu kerja?"
Haruto mengganguk lagi.
"Oh, aku suka banget sama matcha latte di kafe kamu, boleh ikut gak?" tanya Jihan, dengan ekspresi penuh harap.
"Gak!" tolak Haruto, lalu segera melanjutkan langkahnya meninggalkan Jihan.
Jihan yang melihat kepergian Haruto pun hanya bisa mendengus kesal, padahal ia ingin minum matcha latte di kafe tempat Haruto kerja.
"EH GILA! ENAK AJA LO MAU KABUR! GANTIAN NIH PIKET!" Yedam menarik tas ransel yang gadis itu kenakan, sehingga otomatis langkahnya menjadi terhenti akibat tarikan Yedam.
"Aduh, emang aku sekarang piket ya?" Alibi Jihan memasang ekspresi pura-pura lupa.
"Lupa beneran mampus lu!"
"Jahat banget kamu Yedam!"
"Bodo amat, sana lu nge-pel, gue udah nyapu." suruh Yedam, dengan terpaksa Jihan berjalan menuju kelas untuk menjalani kewajiban piketnya itu.
"Huft, mana sendiri lagi!" gumamnya pelan.
Jihan mengambil sepasang peralatan mengepel di dalam ruangan atribut kebersihan. Sekolahannya memang sangat antimainstream, punya ruangan sendiri khusus untuk meletakkan semua alat-alat kebersihan.
Alasannya cukup kompleks yaitu, agar tak saling war antar kelas hanya gara-gara masalah cipet-mencipet peralatan kebersihan.
Mula-mula ia membersihkan pel-pelan dengan air kran, lalu menuangkan sebungkus so kli* lantai, agar ruangan kelas menjadi wangi.
"Jangan begitu bodoh meres nya, gak bisa meres lu ya!" protes Yedam, yang tiba-tiba muncul di belakang Jihan.
"Lho kamu bukannya udah pulang?"
Yedam menggeleng, lalu merebut pel-pelan yang sedang Jihan pegang dan beralih untuk memerasnya secara tepat, dan benar.
"Cewek-cewek kok gak bisa meres. Nih kayak gini meres tuh." Yedam mempraktikan tahapan-tahapan memeras pel-pelan, yang jujur, agak membuat Jihan kagum.
"Kamu suka bantu Mama kamu ya dirumah?"
"Iyalah, nakal-nakal gini gue masih jadi babu kalo dirumah."
Jihan menahan tawanya, ia sedikit terkejut mendengar pernyataan dari Yedam.
"Bagus dong Yedam, berarti nanti kalo kamu nikah terus istri kamu kerja, kamu bisa gantiin dia buat ngurus rumah tangga." cerocos Jihan, yang membuat Yedam melotot kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jihan's Story
FanficJihan Natalia, panggilannya Jihan. Babu nya Koko, alias kucing hitam miliknya, tapi mengapa namanya harus 'Koko'? kenapa gak ada yang lain ya? Suatu hari Jihan sedang jalan-jalan dengan Koko, majikan kesayangannya itu. Tiba-tiba turun hujan, sehingg...