1. Demam

102 24 0
                                    

Bang Jay, sosok itu kini sedang ketakutan, pasalnya sang Ayah sebentar lagi pulang dari kantornya, belum lagi diluar hujan deras dan Adiknya hingga kini belum sampai rumah.

"Aduh gila! Dia kan gak tau jalanan yak! Si Jihan pea!" runtuk Jay frustasi, mengacak-acak rambutnya.

Jay menelpon nomor Jihan, namun tampaknya sedang tak aktif.

"Gimana dong! Ya Tuhan.."

Jay menatap suasana di luar rumah, hujan semakin deras, ditambah angin yang lama kelamaan juga kencang.

Tanpa berfikir panjang Jay langsung mengambil jas hujan, dan payung. Ia berinisiatif mencari keberadaan Jihan 'sang Adik' agar dirinya selamat sentosa dan sejahtera, alias gak kena marah Michael 'sang ayah'.

"Nih anak, terakhir GPS nya nyala dirumah, berarti gak bawa hp!" gumamnya Jay, ditengah-tengah derasnya hujan.

Ia menenteng mantel untuk Jihan, dan juga satu payung lain di genggamannya, ya, ia rasa Jihan memang nanti akan membutuhkan itu.

Jay berjalan ke arah Utara, mengikuti jejak google maps, menelusuri seluruh komplek perumahannya yang cukup besar.

Sekiranya ada 36 gang di dalam komplek perumahan 'green hourse'.

Perumahannya memang terkenal paling besar di daerahnya, namun bukan untuk tipe rumah-rumahnya, hanya saja lahannya yang luas dan besar sehingga banyak orang memilih untuk bermukim disana.

Jay masih berusaha mencari-cari keberadaan Adiknya, meneriakkan namanya berkali kali, berharap sang Adik mendengarnya.

"Jihann..."

"Jihan..."

"JIHAN..."

"GUE PANIK ANJIR, NANTI YANG DIMARAHIN AYAH PASTI GUE!"

Gak peduli seberapa derasnya hujan, yang jelas Jay masih berharap Jihan bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Namun tiba-tiba, pandangan Jay beralih kepada sebuah pos yang tak jauh dari hadapannya. Menangkap sebuah penglihatan sosok gadis yang menurutnya sangat familiar.

Jay menemukan Jihan

Jay berlari ke-arah pos kecil di hadapannya, ia mendapati Jihan yang sudah basah kuyup, dan Koko yang masih setia berada di pelukan Jihan.

Jihan mengigil kedinginan, tangannya bergetar hebat, serta sepatu yang ia kenakan sudah basah dan rusak.

"Ya Tuhan, lo tau gak sih gue panik nyari-nyariin lo!?"

Jihan menatap Jay ketakutan, ia menunduk lemah merasa bersalah.

Namun Jay yang tak tega melihat Jihan Pun, menatap gadis itu iba. "Fine, gue gak bakal marah. Nih pake!" ucap Jay dengan nada melembut, seraya memberikan Jihan mantel yang dibawanya dari rumah.

"Pakein." ucap Jihan pelan, hampir tak bisa terdengar.

Untung Jay peka. Ia segera memasangkan mantel itu kepada Jihan.

"Udah yuk pulang, gak apa-apa, nanti sakit lu." ajak Jay, sembari menuntun Jihan kembali ke rumahnya.

Tak lupa dengan Koko, yang juga ikut serta.

Sesampainya dirumah, Jihan langsung menghangatkan tubuhnya, berendam di bak air hangat, tak lupa dengan Koko, yang kini sedang Jay mandikan dengan air hangat.

"Bisa-bisanya lu nyasar sama Adik gue Ko!" gumam Jay, seraya mengusap-usap kepala Koko dengan sabun mandi khusus kucing.

"Udah tau tuh anak bego! Gak pernah keluar rumah, lain kali gigit aja kakinya, jangan sampe keluar rumah lagi, masalahnya nanti yang kena omel gue sama Ayah!" lalu Jay beralih membilas tubuh Koko dengan air hangat, menggosok-gosokkan, spon mandi ke tubuh gembrot Koko.

Jihan's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang