24. Lo lucu

77 7 3
                                    

"you make me better" kata Nara sambil tersenyum lebar.

Arsen tertawa, dan mengacak puncak kepala Nara, "lo lucu juga ternyata". Nara mendengus dan berkata "gue serius, kayaknya cuman elo deh yang peduli sama gue".

Arsen terdiam, diamnya juga membuat Nara ikutan diam, sup selesai dimasak, dalam keheningan mereka berdua makan dengan pikiran masing-masing.

"Nar"

"Kak"

Eh? "lo duluan" ucap mereka serentak yang akhirnya membuat mereka tertawa, "ish kenapa canggung gini sih" ujar Nara.

Arsen akhirnya memberikan pertanyaaan duluan "Orang tua lo mana?" tanya Arsen dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan.

Nara tersentak, Arsen yang melihat perubahan ekspresi Nara  mendadak merasa bersalah.

"kalo lo gamau kasih tau gapapa sans" Nara tersenyum dan menjawab "orang tua gue udah lama meninggal, karena kecelakaan, ditabrak temen gue"

"hah? temen lo? siapa?"

"karna lo udah baik sama gue, gue bakal kasih tau cuman lo harus janji gak kasih tau ini ke siapa-siapa" tegas Nara, Arsen mengangguk.

"jadi siapa?" tanya Arsen,

"Axel"

🌥🌥🌥

Nara berjalan menyusuri koridor sekolah dengan santai, walau hatinya begitu sakit dia tetap berusaha kuat dan tegar agar orang-orang yang membencinya tidak merasa menang.

Memasuki kelas, ternyata tidak ada bedanya, teman-teman sekelasnya menatap Nara risih, tapi masih ada beberapa orang baik yang mempersilahkan Nara duduk dengannya.

Nara mendengarkan musik tidak peduli dengan gunjingan teman satu kelasnya.

Bel tanda jam pelajaran pertama dimulai, tapi sudah 25 menit berlalu tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas Nara.

Nara berdiri dan beranjak meninggalkan kelas, orang-orang mulai bercerita heboh perihal Nara yang ternyata simpanan om-om. Amara tersenyum senang. Akhirnya Nara menderita.

Nara berjalan menyusuri koridor sambil mendengarkan Lagu IU yang berjudul "Love Poem". Ia berjalan menuju ke perpustakaan, terlalu lelah jika harus memperhatikan pembelajaran saat kondisinya sedang tidak baik-baik saja.

Tepat disudut perpustakaan Nara duduk menyandar pada kursi. Memejamkan mata, tapi tidak tidur.

Ia memikirkan apa yang harus dilakukannya, tidak mungkin terus-terusan menumpang hidup pada orang asing. Tidak asing bagi Nara, tapi Arsen?

Walau dia belum siap bertemu kedua orang tua angkatnya. Nara sudah benar-benar tidak tahan tinggal dirumah itu.

Nara tidak heran lagi kenapa dia mendapat perlakuan berbeda dari adik-adiknya. Dia akan tetap merahasiakan ini dari kedua orang tua angkatnya, Nara takut jika mereka tau bahwa Nara sudah tau kebenarannya, mereka akan menyingkirkan Nara karna takut harta warisan direbut Nara lagi.

Nara mendesah, ia tidak mungkin menyusahkan Arsen terus, Nara berpikir jika ada baiknya dia mencari pekerjaan agar tidak menyusahkan Arsen.

Bel pulang berbunyi. Nara memutuskan  pulang ke apartement Arsen. Arsen sudah memberi tau Nara kata sandi apart nya. Membuka pintu Nara lansung ke dapur mengambil segelas air dan minum.

"Lo udah pulang?" Nara tersentak dan menoleh kebelakang "Anjir lo, kaget gue" marah Nara.

"hehe" jawab Arsen cengegesan.

"Udah jelas gue disini masi nanya lagi, gue gebukin juga lo" balas Nara sambil berdiri membuka kulkas.

"Lo mau makan apa hari ini?" Tanya Nara sambil mengeluarkan beberapa telur dan sayuran.

"Hmm omelet aja deh" Nara mengangguk dan mulai memasak. Arsen duduk memperhatikan Nara, Nara yang merasa diperhatikan menoleh kebelakang "Lo ngapain si?"

"Ga ngapa-ngapain, lo cocok juga jadi pembantu" celetuk Axel, Nara mengehela nafas dan mulai teringat ide nya beberapa jam yang lalu.

"Btw lo ada kerjaan buat gue, apa aja deh yang penting halal"

"Kerja di cafe gue aja, gimana?" tanya Axel sambil memakan omelet yang selesai Nara masak.

Nara berpikir sebentar lalu mengangguk, "hm boleh, tapi gaji gue berapa?"

"si anjir kerja aja belom udah ngomongin gaji, tapi biasanya karyawan di cafe gue gaji 2jutaan sebulan" Nara mengangguk mendengar penjelasan Arsen.

"Eh kak, kayaknya gue pulang sekarang deh, gamungkin gue tinggal sama lo terus, tapi gue masuk kerja minggu besok ya?"

"Oke, ayo gue anter pulang"

KINARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang