Nara berjalan dengan semangat menyusuri kompleks perumahannya, Nara akan membeli lontong di salah satu rumah tetangganya, sepanjang perjalanan orang-orang yang kebetulan sedang marathon menyapanya dan Nara membalas dengan ramah.
"Bu lontong 3 yaa!"
"Kok cuman 3 nak? anggota rumah kan ada 4?" Tanya ibu-ibu tersebut basa-basi padahal itu sebenernya menyakiti perasaan Nara.
"Emm itu buk Nara lagi diet hehehe" jawab Nara sambil tersenyum.
Selesai beli lontong Nara kembali berjalan pulang, Nara sangat malas sebenarnya keluar rumah apalagi kalo hari libur, bagi Nara kamarnya adalah istananya.
Sampai dirumah Nara meletakkan lontong di atas meja makan lalu beranjak ke kamarnya.
Selalu begitu.
Kadang Nara berfikir dia seperti orang asing yang kebetulan diizinkan tinggal di tempat tersebut.
Membuka pintu kamar, Nara terkejut saat melihat seorang laki-laki sedang duduk manis di kamarnya.
"Sialan apa yang kau lakukan disini?" Teriak Nara refleks karna terkejut.
Axel yang mendengar Nara berteriak langsung lari mentup pintu dan menutup mulut Nara.
"Kenapa? Aku rindu padamu apa salahnya?" Jawab Axel santai.
"Bajingan kau masuk ke kamar ku lewat mana?, Bagaimana kalau ada yang melihat? Kau ingin aku dibunuh hidup-hidup oleh warga komplek sini? Atau kau mau kita dinikahkan besok" cerocos Nara yang membuat Axel tergelak dan mencium puncak kepala Nara.
Nara membeku, aliran darah nya berhenti, nafasnya tercekat.
Sialan kau Axel!
"Kau terlalu berlebihan sayang, aku sudah biasa memanjat jendela, dan kau tidak perlu meragukan kemampuanku"
"APA JADI KAU SERING MEMANJAT JENDELA? KAMAR GADIS MANA LAGI YANG PERNAH KAU MASUKI SIALAN!" teriak Nara menggebu-gebu dan membuat Axel kembali tergelak.
"Waw pacarku cemburu ternyata" Nara memutar bola matanya malas dan duduk di kursi meja belajarnya, "kau salah paham sayang, aku sering memanjat jendela kamarku saat pulang larut bukan gadis lain, kau gadis pertama yang pernah ku panjat" ungkap Axel serius.
"Kau memang bajingan" Nara dan Axel sama-sama tertawa mentertawakan betapa anehnya hubungan mereka.
Mereka tidak sadar, ini adalah awal kebahagiaan dan keterpurukan untuk hidup Nara, Axel dan hatinya.