Nara pulang kerumah setelah diantar Arsen, membuka pintu Nara mendapati kedua orang dan adiknya sedang makan bersama. Sepertinya ini hari ulang tahun Ayah angkat Nara.
Nara melewati mereka tanpa berkata sepatah katapun, orang tua angkatnya juga seperti tidak peduli Nara tidak pulang dan darimana.
"huft" Nara mendesah sambil menyusun bajunya kedalam koper. Tadi ia dan Arsen sepakat Nara akan tinggal di apartemen Arsen hingga Nara punya uang untuk mencari tempat tinggal sendiri.
Arsen sudah tau semua yang terjadi pada Nara. Harusnya Nara tidak menceritakan semuanya pada Arsen, tapi Nara tidak punya tempat lagi untung mengadu, ia tidak sanggup menahan semuanya sendirian.
Ia sudah benar-benar lelah tinggal dirumah ini, Nara tidak peduli lagi pada warisan yang ditinggalkan kedua orang tuanya untuknya. Selama ini pun Nara hanya diberi uang saku yang benar-benar pas-pasan. Hingga untuk membeli novel saja Nara harus berpuasa 7 hari.
Meninggalkan secarik kertas diatas tempat tidurnya, Nara berjalan keluar rumah saat semua anggota keluarga ini sudah tertidur, didepan Arsen sudah menjemputnya.
"Udah?"
Nara tersenyum mengangguk menjawab pertanyaaan Arsen.
Arsen membantu mengangkat koper Nara dan berlalu meninggalkan rumah tersebut, akhirnya Nara merasa bebas, satu bebannya sudah ia tinggalkan. Tetapi besok Nara tidak tau apa yang akan terjadi.
🌥🌥🌥
Arsen tidak berangkat bersama Nara walau mereka tinggal diruangan yang sama. Arsen tidak mau orang-orang semakin bergosip tentang Nara.
"Maafin gue, lo berangkat sendiri gapapa?"
Nara mengangguk menjawab pertanyaaan Arsen, Nara berangkat dengan gojek yang dipesan Arsen, dan Arsen berangkat dengan mobilnya.
Sesampainya disekolah Nara lansung menuju ke kelas dan mendapati Amara dan sirkel barunya sedang duduk dikursi tempat Nara duduk. Tidak mau cari ribut Nara memilih kursi lain dan duduk dipojok kanan belakang bersama Adnan teman sekelasnya yang terkenal pendiam.
"Adnan gue duduk disini gapapa?" tanya Nara sambil memandangi Adnan yang sedang tertidur pulas diatas mejanya.
"gapapa, asal lo ga ribut aja, gue mau tidur"
Nara tersenyum dan mengangguk, walau Adnan tidak bisa melihat karna Adnan sedang memejamkan mata.
Pelajaran pertama dimulai, Nara yang melihat Adnan tertidur juga ikut memejamkan mata. Amara menoleh melihat Nara dan mengadukan Nara pada guru.
"bu maaf, Nara sama Adnan dari tadi tidur, mereka tidak memperhatikan pelajaran yang ibu jelaskan" adunya.
Guru matematika tersebut lansung menghampiri Nara dan Adnan memarahi mereka dan memberikan hukuman membersihkan gudang belakang sekolah.
Adnan melewati Amara santai sedang Nara berbisik "Gini cara lo jatuhin lawan? Kekanakan bitch", bola mata Amara membesar dan bersiap ingin menarik rambut Nara tapi untung saja Nara dipanggil guru untuk cepat-cepat meninggalkan kelas sehingga Amara lengah dan Nara sudah tiba di pintu kelas, Nara berbalik dan tersenyum remeh pada Amara.
Nara menggerutu "sialan lo Amara, lo pikir selama ini gue diem-diem aja karna takut apa?!! Setan lo" Adnan tertawa dan hal itu sontak membuat Nara terkejut, pasalnya lelaki bernama Adnan Kanawut tersebut terkenal jarang berbicara pada teman sekelasnya apalagi tersenyum.
"Njir merinding gue lihat lo senyum" ucap Nara lalu mengambil pel dari tangan Adnan.
"Gue yakin lo ga kayak yang mereka gosipin itu" ucap Adnan tiba-tiba, Nara menoleh "ga nyangka gue lo bisa ngajakin orang ngomong juga ternyata". Adnan terkekeh "lo pikir gue bisu apa? Makanya lo tuh harus peka sama kondisi sekitar lo", Nara hanya diam tidak membalas, iya merasa bersyukur setidaknya satu teman sekelasnya percaya padanya, bahkan tanpa meminta penjelasan dari Nara dulu.
Adnan selesai begitupun dengan Nara, Adnan menawari Nara untuk makan dikantin dulu sebelum masuk kekelas, Nara setuju dan sekarang mereka berada dikantin, didalam kantin khusus kelas 12 tersebut Nara dan Adnan hanya berdua, sekarang masih jam pbm jadi Adnan mengajak Nara ke kantin kelas 12 saja karna ingin makan nasi goreng mbak Tuti.
"Mbak nasi goreng dua biasa" ucap Nara, Adnan menaikkan kedua alisnya lalu bertanya "Biasa? Lo sering makan dikantin kelas 12?", Nara mengangguk, Adnan geleng-geleng kepala, syukurlah tidak ada kakel yang melabrak Nara karna makan dikantin khusus kelas 12, mungkin karna dia pacar Axel kali batin Adnan.
Jam istirahat berbunyi begitupun dengan nasi goreng yang sudah siap dihidangkan. Nara makan dengan santai begitupun dengan Adnan, bisik-bisik manusia kurang kerjaan mulai terdengar, Adnan mengambil airpod dan memasangkannya ketelinga Nara, satu lagi untuknya.
Adnan memutar lagu Tatiana Manois berjudul "Like You" Nara tersenyum mendengar lirik lagu tersebut, seolah-olah Adnan memberikan Nara semangat secara tidak lansung.
"Terimakasih" Adnan menatap Nara dan tersenyum, selang beberapa detik tiba-tiba Nara disiram dengan jus tepat diatas kepalanya, Adnan terkejut begitupun Nara.
Nara benar-benar marah, Nara menjambak rambut kakel bernama siska tersebut, menendang perutnya dan mengambil es teh Adnan lalu menyiramkannya ke wajah kakel yang notabenenya anak ketua komite SMA Garuda.
Adnan tertawa ngakak, seluruh isi kantin menatap Nara dan Adnan bergantian, sedangkan Siska kesakitan dan dibantu kedua temannya berdiri.
"Berani ya lo sama gue" Teriak Siska sambil menahan sakit di perut dan rambutnya, Nara tertawa "Lo ada masalah apa sama gue? Lo pikir lo siapa ha? Gue kenal lo aja enggak, sialan lo, maju sini lo pikir gue takut ha? Kalo perlu tiga lawan satu ayo gue jabanin" sontak seisi kantin merinding melihat Nara, ternyata gadis yang dibully satu sskolah tersebut bukan sembarang gadis, melihat bagaimana ekspresi marah dan saat Nara menjambak dan menendang Siska membuat beberapa siswi disana harus pikir dua kali jika akan cari masalah dengan Nara.
Saat Nara bersiap ingin menyerang Siska lagi, Adnan menarik tangan Nara meninggalkan kantin setelah membayar nasi gorengnya, Siska berteriak karna malu sudah dikalahkan oleh adik kelasnya sendiri, Siska berlari keluar kantin diikuti kedua temannya, beberapa siswa disana tertawa mengejek Siska, sedangkan untuk siswi kelas 12 yang benci Siska merasa senang melihat kekalahan Siska.
"Gayangka gue, Nara bar-bar juga ternyata" Ucap salah satu siswa kelas 12 teman sekelas Axel.
Axel menganguk setuju, diikuti beberapa siswa yang mendengar ucapan pria tersebut.