Arsen terbangun saat bunyi dering telvon milik Nara berbunyi. Arsen melihat panggilan tersebut ternyata dari Axel. Ia melirik Nara sebentar, lalu membangunkannya.
"Ra bangun"
Nara terbangun dan melihat kesamping dan mendapati Arsen dengan rambut acak-acakan khas orang bangun tidur.
"kenapa kak? masi ngantuk gue, sekarang kan hari minggu juga"
Menghembuskan nafas. Arsen menatap Nara "Axel nelvon, lo harus angkat, selesaikan masalah lo sama dia secepatnya."
Tak perlu disuruh dua kali, Nara mengangguk dan mengambil hp nya dari Arsen dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo"
Lelaki diseberang tidak menjawab, hanya diam. Ia bingung harus menjawab apa.
"jawab atau gue matiin." Nara mendesak.
Lima belas menit tidak ada jawaban dari Axel, Nara bersiap akan mematikan panggilan tersebut, tapi...
"Maafin gue Ra, ayo ketemu"
Arsen lamat-lamat mendengarkan percakapan mereka. Nara belum menjawab, ia masih berpikir. Arsen mengusap rambut Nara dan mengangguk.
"Cafe depan SMA jam 2"
Nara mematikan telvon dan menatap Arsen, gapapa gue temenin, ini harus selesai secepatnya.
Mendesah.
"Gue bilang apa nanti?, gasiap gue ketemu dia lagi."
"Setidaknya lo sama dia bisa bahas hubungan kalian sekarang selanjutnya gimana, lo harus ketemu dia Ra, dia masih pacar lo terlepas semua yang udah dia lakuin ke elo."
Enam jam kemudian Nara tiba di cafe depan SMA sendirian. Nara tidak ingin Arsen ikut, Arsen memaklumi dan membiarkan Nara pergi sendiri.
Tapi baru saja Nara menduduki kursi cafe, sebuah nontifikasi line masuk ke hp Nara.
Ps; 🌥:Arsen 🌻: Nara
🌥= udah nyampe Ra?
🌻= udah kak
🌥= pap
🌻= hadeh bentar🌥=ampun cakep bener
🌥=btw ra kalo Axel jahatin lo telvon gue segera.🌻=wkkww sa ae lo, ya ok. udah ya nanti gue kabari lagi.
Arsen membaca pesan terakhir Nara tapi tidak membalas, ia berjalan ke arah parkiran segera menuju cafe tempat Nara dan Axel berada, tanpa sepengatahuan Nara tentunya.
Arsen tidak bisa membiarkan Nara berdua saja dengam Axel, terlebih mereka masih belum ada kejelasan. Jaga-jaga Arsen harus menjaga Nara walau dari jauh katanya.
20 menit meja Nara dan Axel hanya diam, tidak ada yang membuka obrolan, Nara menatap Axel, hingga akhirnya Axel membuka suara saat Nara hendak berdiri.
"Sebentar"
Nara berhenti dan menatap Axel, kembali duduk memberi waktu Axel menyiapkan diri.
Axel mendonggak, menatap Nara dalam.
"Maafin gue Ra, saking banyaknya salah gue sama lo, gue bingung mau bilang apa, gue tau dari Ichsan kalo ini semua salah paham, tapi Amara tetap ga percaya, tapi gue percaya lo Nar, maafin gue yang udah bunuh kedua orang tua lo, maafin gue yang nyakitin perasaan lo, gue gabisa bayangin gimana rasa sakit hati lo, betapa kecewany lo sama gue, maafin gue Nar, Maaf."
Axel menangis, Nara hanya diam tidak menjawab. Melihat itu Axel semakin dibuat merasa bersalah.
10 menit berlalu, Nara menghela nafas kasar.
"Gue baik-baik saja sekarang, jangan khawatir dan lo udah gue maafin."
Axel menggeleng, "Lo gabisa maafin gue secepat ini, lo bisa nampar atau neriakin gue Nar, apapun yang buat lo lega"
"Kalo gue ga maafin lo sekarang ga akan merubah apapun, sekarang jalan terbaik gue maafin lo dan berusaha berdamai sama diri sendiri, tolong lo gausah temuin gue lagi Axel, makasih udah pernah bikin gue seneng walau sebentar."
Nara berdiri, menatap Axel dari atas dan tersenyum,
"Kita selesai"
Axel menatap Nara yang perlahan berjalan ke arah pintu. Menghapus air mata yanh sedari tadi menetes, Axel benar-benar merasa bersalah pada Nara.
Axel benar-benar menyesal.
Nara memutuskannya dan meninggalkannya, dan mungkin mereka tidak akan bertemu lagi seperti biasa, Axel merasa keputusan Nara tepat, ia bahkan pantas mendapat hukuman lebih dari ini, tapi Nara tetap lah Ara kecilnya yang baik hati.
"Ara, gue baru sadar kalo gue udah jatuh cinta sama lo, gue tau ini benar-benar terlambat, dan semua hal yang udah gue lakuin sebenarnya gapantes dapet maaf dari lo, semoga lo bahagia Ra, gue bakal ngejauh pergi dari hidup lo, biar lo tenang, makasih Ra, ketulusan hati lo, semua yang udah lo lakuin ke gue. Makasih dan maaf Ra, selamat tinggal Ra, Gue benar-benar cinta lo Ara"
Axel mengirimkan pesan sambil menahan tangis.
Axel berdiri, menatap sekitar dan berjalan keluar cafe.
"Selamat tinggal Ara, gue jatuh cinta sama lo lebih dari sekedar kata I Love You, bahagia terus Ra, semoga semesta mencintai dan ngelindungin lo"
Nara membaca 2 pesan Axel sambil menangis.
Saat membuka pintu cafe, Axel melihat Nara sedang menangis dibawah pohon, gerimis perlahan turun seolah tau isi hati kedua insan yang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan bersama. Malang sekali.
Axel tersenyum menatap Nara, dan melambaikan tangannya sambil terus menangis. Nara hanya menangis tidak membalas Axel.
Akhirnya dua manusia yang berada di sisi jalan berbeda, tidak bertemu lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Sore itu, dibawah gerimis hujan, tepat jam empat sore. Nara dan Axel dipisahkan oleh semesta.