"A..aku bisa jelasin semuanya kok kak," ucap Nea tergagap.
Xavier menarik tangan Nea hingga sampai di hadapan pak Ruslan. Para murid sudah mulai masuk ke ruangannya masing-masing setelah terdengar pengumuman bahwa test akan dimulai 5 menit lagi.
"Nah ini dia. Kamu Dania Syahputri kan? Ini kartu kamu, dan sekarang semuanya masuk ke ruangan yang tertera di kartu. Jangan lupa, baca do'a sebelum mengerjakan soal dan lakukan yang terbaik," ucap Pak Ruslan.
"Baik Pak," seru mereka.
...
"Maaf, boleh ditunjukkan undangannya kak?"
"Sebentar..."
"...mana ya? Astagfirullah, kayaknya undangannya tertinggal di rumah. Aduh gimana ya?"
"Sesuai aturan, kakak tidak bisa masuk kalau tidak ada kartu undangan."
Terlihat seorang pria tinggi ber-jas hitam dengan list putih menghampiri meja penerima tamu. Kulitnya sawo matang, senyumnya manis disertai lesung pipi dan suaranya sangat khas sekali.
"Akhirnya kamu datang juga. Ayo masuk, tunggu apalagi?" Ucap pria itu tersenyum manis.
"Kartu undanganku tertinggal di rumah, jadi aku tidak bisa masuk," keluhnya.
Pria itu berbicara dengan si penerima tamu yang ia kenali. Ia terlihat sangat memesona. Alisnya yang tegas dan hidungnya yang mancung membuat raut wajahnya semakin terlihat jelas. Ia adalah tipe orang yang sangat ekspresif, tapi tidak banyak orang yang mengetahui hal itu.
"Silahkan masuk kak," sang penerima tamu mempersilahkan.
"Ini boleh masuk?" Tanya wanita itu kepada pria tinggi di hadapannya.
"Menurut kamu?" Ucap pria itu seraya mengangkat salah satu alisnya.
Kemudian wanita dan pria itu masuk dengan senyuman yang merekah diantara keduanya. Dunia serasa milik berdua, itu yang biasanya orang katakan. Namun nyatanya mereka tidak memiliki hubungan khusus apapun selain "teman". Ya, teman. Bukan sahabat ataupun pacar. Menyadari akan hal itu, Mita, orang yang lupa membawa undangan itu menghentikan langkahnya. Laki-laki yang ada di hadapannya pun ikut berhenti karenanya.
Mita berkata, "Vier, makasih untuk tadi. Aku harus ke sana."
"Sana? Kemana? Ok, gue temenin," jawab Xavier. Ya, teman Mita sedari SMP.
"Nggak usah, terima kasih banyak. Assalamu'alaikum," kata Mita mengakhiri pembicaraan sambil membalikan badannya.
...
Lima tahun telah berlalu sejak olimpiade SMP tingkat kecamatan dilaksanakan. Mita, satu-satunya siswa dari SMP Citra Bangsa yang masuk ke tingkat nasional. Itu menjadi hal yang sangat membanggakan, dan diimpikan banyak orang.
Bangga. Ya, itu adalah kata yang diucapkan semua orang kepada Mita. Tapi ia justru selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan itu. Ia terlihat sekali sangat menghindarinya.
Waktu itu, Mita dengan bangganya datang ke rumah setelah menang sebagai juara 1 olimpiade SMP tingkat nasional. Mita sudah menyembunyikan ini sejak lama dari orang tuanya. Perasaan cemas itu timbul lagi. Perasaan takut akan ekspektasi yang dipatahkan, dihancurkan dan dibuang.
Di hari senin, setelah adanya sambutan dari kepala sekolah, setelah guru-guru dan para murid mengucapakan "selamat", Mita membuka pintu rumahnya dengan perlahan. Rumah terlihat sepi.
"Assalamu'alaikum. Mama? Mama di mana?" Ucap Mita yang tidak dijawab oleh siapapun.
Mita melangkahkan kakinya ke anak tangga dan...
...
"Mit! Kesini!" Panggil teman sekelas Mita yang bernama Sasa.
"Yang lain belum datang?" Mita berbasa-basi sambil membersihkan kursi yang akan didudukinya.
"Iyaa. Oh ya, lo dateng bareng Xavier? Ada hubungan apa nih lo sama dia? Kok gak bilang-bilang?" Tanya Sasa kepo.
"Nggak. Aku kan sudah bilang, dia temanku dari SMP. Tadi dia bantuin aku masuk ke sini. Aku lupa bawa undangan," jelas Mita yang tidak mau ada kesalahpahaman.
"Temen apa temen? Lagian dia kok gak nembak lo sii? Kan udah sama-sama dewasa. Udah lulus SMA loh ini. Umur 19-20 udah termasuk dewasa lah. Seenggaknya kasih kepastian dulu. Temen gue ini kan cantiknya MashaAllah, giliran udah keduluan nanti galau. Hih," Sasa meluapkan emosinya.
"Ngomong apa sih kamu ini. Terima kasih loh atas pujian kamu tadi," senyum Mita.
...
Mita melangkahkan kakinya di anak tangga terakhir. Dilihatnya Arka (adik Mita) terlentang sendirian tanpa ada orang disekitarnya. Anak berusia kurang dari 1 tahun menangis di dekat tangga dengan mainan yang berceceran di sekitarnya. Mita menghampirinya segera, lalu dilihatnya adiknya itu sedang menangis sesenggukan. Perasaannya seketika hancur melihat adik manis yang sangat ia sayangi terlihat sangat hancur. Perasaan bangga yang tadinya menguasai hatinya seketika hempas, hilang tak tersisa.
"K..kamu kenapa? Kenapa nangis?" Tanya Mita.
"Mamaa," ucap Arka dengan sangat lugu dan disertai tangis juga.
"Mama ada dimana?" Tanya Mita yang tentunya tidak bisa dijawab oleh Arka.
Mita menggendong Arka, seraya melihat ke arah kamar Tika. Pintunya terbuka kecil, tidak ada cahaya yang keluar dari sana. Tidak biasanya lampu kamar dimatikan. Padahal hari sudah sore, dan Tika ada di dalamnya.
Mita memberanikan diri untuk membuka pintu itu. Dilihatnya seorang wanita dengan rambut yang berantakan duduk di sudut kamar. Ia adalah Tika, mamanya Mita dan Arka. Mita menyalakan lampu kamar. KAPAL PECAH, itu yang terbenak di hati Mita ketika melihatnya. Bantal dan guling berserakan, bedak, lipstik, parfum, serta benda yang biasanya tersusun rapih di meja rias berserakan di lantai. Kaca lemari, kaca rias, serta kaca kecil yang ada disana pecah, dan ada bercak darah.
"M..mama?" Ucap Mita miris dengan air mata yang sudah menggenang. Mita mendekati Tika dengan perlahan sambil menggendong Arka, tidak percaya akan semua yang ia lihat. Kemanakah perginya keluarga harmonis yang selalu dilihatnya setiap hari?
Kaki Mita melemas, padahal tinggal dua langkah lagi. Mita terjatuh, menangis dan mengulurkan tangannya ke arah Tika. Mita ingin menggapainya, namun sebagian jiwanya berkata bahwa ini tidak nyata, alias mimpi belaka.
"Mah..." Tangis Mita pecah, melihat orang yang dicintainya seperti itu.
Bersambung...
.
.
.
.
Thanks for reading 😊.
Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini ya~
Satu bintang/ suara dari kalian itu sangat berarti bagiku, terima kasih💖
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prestasi✨ [TAMAT]
Teen FictionMita Laquitta Carrissa, seorang siswi dari SMP Citra Bangsa yang mempunyai 5 orang sahabat. Awalnya, ini terlihat seperti sahabat pada umumnya. Tapi.... dibalik itu mereka semua mempunyai masalahnya tersendiri. Dan Mita adalah satu-satunya orang yan...