Shella berlari dengan tergesa-gesa untuk memberi tahu kepada temannya, tentang kabar yang ia dapat.
"Bagaimana kalau terjadi apa-apa padanya? Apa dia diculik? Dirampok? Atau bahkan kecelakaan? Bagaimana ini?" Alin panik.
"Kita gak boleh panik dulu, coba telpon ke nomornya," saran Mita.
Alin menelpon Syifa, namun....... nomornya tidak aktif. Mereka semakin panik, namun tetap mencoba untuk berpikir positif. Alin mencoba untuk menelpon orang tua Syifa, tapi tidak kunjung diangkat.
"Gak diangkat," ucap Alin dengan suara parau menahan tangis.
"Mungkin dia ada keperluan mendadak, jadi gak bisa masuk sekolah," ucap Clara mencoba untuk menenangkan Alin.
"Tapi masa gak ngabarin guru? Atau izin gitu. Syifa bukan orang yang kayak gitu. Gue tau banget Syifa. Kalau pun orang tuanya harus pergi ke luar negeri, dia lebih memilih untuk sekolah. Apalagi ini hari terakhir ulangan," sangkal Alin.
"Daripada kita menduga yang tidak-tidak, lebih baik kalau kita pergi ke rumahnya," saran Alfizan.
Mereka mengangguk dengan yakin dan menaiki bus sekolah yang masih ada menuju rumah Syifa.
Sesampainya di sana, Alin mencoba untuk membuka rumah Syifa, namun dikunci. Alin menghela napasnya berkali-kali dan mencoba untuk berpikir positif lagi.
Tetangga yang melihat sekumpulan remaja di samping rumahnya pun menegur mereka.
"Lagi ngapain kalian?" Tanya seorang ibu-ibu.
"Bu, Syifanya lagi pergi ya?" Tanya Alfizan.
"Bukannya dia masih di sekolah? Tadi pagi dia pergi sekolah sesudah orang tuanya berangkat kerja. Kalian teman sekolahnya Syifa ya?" Jelas ibu itu.
"Iya bu, dan hari ini dia tidak masuk sekolah. Oleh karena itu kami datang ke rumahnya," jawab Shella.
"Masa sih? Tadi pagi dia pamitan ke ibu, katanya mau berangkat sekolah. Gak mungkin dia bolos. Coba ibu telpon dia ya," ucap ibu itu tak percaya.
"Tadi kami sudah telpon dia, tapi nomornya tidak aktif. Kalau orang tuanya..." ucap Shella terpotong.
Handphone Alin berdering, tertulis nama ibunya Syifa di layar. Alin langsung mengangkat telponnya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Halo tante," buka Alin.
"Iya Lin, ada apa? Tante baru buka HP, jadi tidak angkat panggilan kamu," jelas tante Tira (ibunya Syifa).
"Syifanya ada gak tan? Soalnya dia gak masuk sekolah tadi," ucap Alin memastikan.
"Gak masuk sekolah? Dia gak sama tante kok. Tunggu dulu ya Lin, ada telpon masuk. Nanti tante kabarin lagi," tante Tira mengakhiri pembicaraan mereka.
Shella, Mita, Clara, Alfizan, dan ibu tetangga menatap Alin dengan tatapan penasaran. Alin tak kunjung membuka mulutnya, dan jatuh tersungkur di depan mereka.
...
Alin membuka matanya perlahan-lahan, dan ia mendapati temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Alin sudah sadar!" Ucap Clara senang.
Alin mencoba untuk bangun, tapi kepalanya masih terasa pusing dan penglihatannya kabur.
"Tiduran dulu aja Lin, kalo masih pusing jangan dipaksain," ucap Mita cemas.
"Ini diminum dulu tehnya ya, anggap aja kayak rumah sendiri," ucap ibu tetangga ramah.
"Iya Bu, terima kasih," ucap Alin.
"Gue ke luar dulu ya, kasihan si Alfizan sendirian," izin Clara.
"Syifa... tante Tira... gak tau dia ada dimana," lirih Alin.
Mereka semua berwajah murung. Namun Alin menyambung ucapannya lagi, " tapi tadi... tante Tira dapat telpon dari seseorang. Mungkin dia Syifa."
Ibu tetangga langsung mengambil handphonenya dan memanggil tante Tira.
"Halo Tira, apa sudah ada kabar tentang Syifa?" Tanyanya.
"Bu, boleh saya minta tolong? Tolong bawakan dompet saya di dalam lemari. Warna dompetnya putih. Dan kunci rumahnya ada di dalam sepatu. Tolong bawakan itu ke rumah sakit Bina Pertama ya Bu, secepatnya. Saya mohon, cuma ibu yang bisa saya mintai tolong," pinta tante Tira.
"Iya Tir, ibu akan secepatnya ke sana," tutup ibu tetangga.
Ibu tetangga berkata kalau ia harus bergegas pergi ke rumah sakit dan menyuruh Shella, Mita, Alin, Clara, dan Alfizan untuk kembali ke rumah.
"Tapi Bu, kami juga ingin menjenguk Syifa," ucap Shella.
"Kalian pulang saja dahulu. Lihat, kalian saja masih pakai baju sekolah. Mana mungkin kalian diperbolehkan masuk ke rumah sakit, lagi pula orang tua kalian pasti akan cemas. Kalau ingin menjenguk nanti saja. Cepat kalian pulang," perintah ibu tetangga.
Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan wajah murung dan perasaan khawatir.
Di rumah, Clara tidak ada henti-hentinya menatap layar handphone. Dia tidak mau ketinggalan info sebentar saja mengenai Syifa. Begitu juga Mita, Shella, Alin, dan Alfizan.
Hari sudah malam, namun tak ada kabar apapun mengenai Syifa.
"Ting!" Suara notifikasi berasal dari handphone Alin, yang dikirim oleh tante Tira.
-Keadaan Syifa sudah membaik walaupun dia belum kunjung sadar. Jadi tidak usah khawatir lagi ya. Tante minta do'a yang terbaik untuk Syifa, ke kamu dan yang lainnya.-
Alin bergegas membagikan pesan ini ke teman-temannya, dan mereka semua lega. Mereka berniat untuk menjenguk Syifa esok hari.
Bersambung......
.
.
.
.
Thanks for reading😊.
Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini ya~
Satu vote dari kalian itu sangat berarti bagiku, terima kasih✨
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prestasi✨ [TAMAT]
Ficção AdolescenteMita Laquitta Carrissa, seorang siswi dari SMP Citra Bangsa yang mempunyai 5 orang sahabat. Awalnya, ini terlihat seperti sahabat pada umumnya. Tapi.... dibalik itu mereka semua mempunyai masalahnya tersendiri. Dan Mita adalah satu-satunya orang yan...