Akhir (Ep. 15)

43 6 0
                                    

"Kapas....
Lembut, putih dan banyak yang memerlukannya.
Tapi, itu hanyalah sesaat.
Suatu saat, akan berubah.
Yang halus akan menjadi kasar.
Yang putih akan menjadi kotor.
Dan yang sudah tidak diperlukan akan dibuang.
Aku tak ingin menjadi sepertinya...
Yang dibuang begitu saja jika sudah tidak dapat manfaatnya.
Tapi aku juga ingin menjadi sepertinya,
Menjadi sesuatu yang berguna bagi orang lain."

"Widiiiiih, keren banget lo. Bikinin gue kayak gitu juga dong," puji Alfizan kepada Nea.

"Terima kasih kak. Mungkin lain waktu saya bisa buatkan satu untuk kakak," ucap Nea.

"Wah boleh tuh. Tapi lo kok gak belajar? Kan sebentar lagi masuk pelajaran kedua."

"Di sekolah itu bukan waktunya lagi untuk belajar. Di rumahlah tempat belajar saat ulangan," jawab Nea.

"Kakak sama adik gak beda jauh ya," Alfizan tersenyum tipis.

Nea adalah adik dari sahabat kecil Alfizan. Dania atau kerap dipanggil Nea, adalah anak yang manis dan penurut. Dahulu, ketika Alfizan sedang bermain dengan kakaknya, Nea selalu mengikuti mereka. Dan setiap kakaknya menyuruhnya membelikan sesuatu, dia berlari sekencang mungkin untuk menepatinya. Pernah suatu hari, Nea ingin membelikan sesuatu untuk kakaknya. Dia berlari dan terjatuh, namun Nea kembali bangkit dan berkata dengan mata yang berkaca-kaca, "Aku gak apa-apa kok kak. Aku mau beliin yang kakak suruh, jangan larang aku dan menyuruhku untuk pulang ke rumah."

"Panggilan kepada Dania Syahputri kelas VII A, diharapkan untuk menemui Bu Rita di ruang guru. Sekali lagi, panggilan kepada..." Ucap seorang guru melalui speaker yang diulang sebanyak dua kali.

Nea segera menuju ke ruang guru, sedangkan guru yang mengawas di kelasnya datang ke ruangannya. Guru itu menyuruh para siswa untuk menaruh tasnya di depan. Dan juga menyuruh dua orang siswa untuk membagikan kertas soal dan LJK-nya (Lembar Jawaban Komputer).

Mita yang baru saja mendapat kertas soal tersebut pun tersenyum dan bergumam, "Wah, soalnya gampang banget. Semua yang aku pelajari tadi malam keluar semua. Semoga aja aku bisa dapat nilai seratus, aamiiin."

Sedangkan Alfizan berbanding balik dengan Mita. Dia bergumam, "WTH! Soal apa ini?! Kenapa beda semua dari yang gue pelajarin?! Mati gue....."

Ujian berlangsung dengan damai. Ada yang mengerjakannya dengan santai dan tersenyum. Ada yang menggaruk-garuk kepalanya hingga berkali-kali. Dan ada juga yang menggunakan mantra legend, yaitu "tang ting tung", maka jawaban yang tertunjuk itulah yang dipilih. (Kalian team yang mana nih?)

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.03. Bel berbunyi menandakan waktu ulangan telah berakhir. Para murid berteriak kegirangan. Pengawas mengizinkan para murid untuk mengumpulkan kertasnya dan pulang.

"Mitaaaaaa!" Panggil Syifa.

"Iyaa," jawab Mita yang di belakangnya terdapat Alfizan.

"Yang lainnya mana nih? Kangen banget gue sama kalian," ucap Syifa.

"Itu Clara, Alin, dan Shella," tunjuk Mita ke arah jarum jam angka satu.

Clara, Alin, dan Shella menghampiri Mita yang sedang menunjuk-nunjuk mereka.

"Ra, Lin, Shell!" Syifa memeluk mereka bertiga dengan erat.

"Lo kenapa sih? Baru aja gak ketemu beberapa jam yang lalu," Shella bingung.

"Lagi pengen meluk kalian aja. Oh iya, kita makan-makan yuk. Gue traktir deh," ajak Syifa.

"Tumben banget lo, lagi sakit ya?" Canda Alfizan.

Mereka menerima ajakan Syifa dan makan-makan di kafe yang tidak jauh dari sekolah. Mereka saling berbagi cerita dan juga mengambil gambar/ selfie. Syifa sangat antusias sekali ketika mencoba filter emoji yang terdapat di handphone Clara.

"Filter yang ini bagus nih, pake yang ini aja. Aestetic-aestetic gitu," usul Syifa.

"Boleh," jawab Mita.

"Kalo gue sih gak masalah pake yang mana aja, kan gue cantik," ucap Shella percaya diri.

"Yeeeeeu," ucap Clara, Syifa, Alin, Mita dan Alfizan berbarengan.

...

Selama beberapa hari, mereka melakukan kegiatan seperti biasanya. Melaksanakan ulangan/ ujian, makan, bersenda gurau, dan pulang. Terus berulang-ulang seperti itu, hingga penilaian awal semester usai.

"Wah, pas banget nih kalian lagi pada ngumpul. Padahal aku baru mau nyamperin kalian satu-persatu. Aku bikin kue kering buat kalian," ucap Shella kepada Mita, Alfizan, Clara, dan Alin yang sedang duduk di bawah pohon.

"Mau dong, mana?" Tagih Alin.

Shella memberikan bungkusan berisi kue kering kepada masing-masing dari mereka. Namun bungkusannya tersisa satu, ia pun baru menyadari kalau Syifa tak ada di sana.

"Tunggu, Syifa dimana?" Tanya Shella.

"Gak tau, dari tadi belum kelihatan. Masa sih belum keluar juga?" Jelas Alin.

"Di antara kita gak ada yang sekelas dengan Syifa sih, jadinya gak ada yang tau," ucap Clara.

"Apa dia gak masuk?" Tebak Alfizan.

"Tadi pagi aku masih chat-an sama dia kok sebelum berangkat sekolah," sangkal Alin.

Shella berlari menuju ke kelas Syifa. Dia mencari Syifa di kelas, namun tak ia dapati. Shella pun bertanya kepada seseorang yang masih berada di dalam kelas.

"Maaf kak, numpang nanya. Siswi yang bernama Xabella Syifa Ananda hari ini masuk gak ya?" Tanya Syifa kepada kakak kelas yang ada di sana.

"Oh, Syifa? Dia gak masuk, tapi tidak ada yang tahu kenapa. Padahal dia selalu datang pertama, dia anak yang rajin. Tidak mungkin dia bolos," jelas kakak kelas yang duduk sebangku dengan Syifa.

"Begitu ya kak, terima kasih infonya," tutup Shella.

Shella berlari menghampiri teman-temannya dan memberi tahu kabar yang baru ia dapat. Raut wajah mereka langsung berubah. Mereka khawatir terjadi sesuatu yang buruk kepada Syifa.

Bersambung.......

.

.

.

.

Thanks for reading 😊.

Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini ya~

Satu vote dari kalian itu sangat berarti bagiku, terima kasih✨

My Prestasi✨ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang