Rumah ini kembali sunyi. Mereka sudah pulang ke rumah masing-masing. Arka, yaitu adik Mita sudah tertidur pulas. Wajahnya yang polos nan lugu itu membuat siapapun tak tega membangunkannya. Tika (mama Mita) juga sudah tertidur pulas di samping Arka. Ya, mereka tertidur di ruang tamu.
Mita memandangi ruangan itu. Rasanya tenang sekali. Bahkan sampai membuat mata Mita berbinar-binar. Disaat sunyi seperti ini, rasanya ingin menumpahkan semua beban yang dipikul selama ini. Tapi Mita tidak memilih pilihan itu. Mita bangkit dari duduknya dan menuju kamar mama dan papanya.
Ketika dibukanya kamar itu, Mita melihat beberapa peralatan bayi (seperti bedak, lotion, dll.) terjatuh di lantai.
"Sejak kapan ini menjadi seperti ini?" Gumam Mita.
Mita membereskannya dan mengembalikannya ke tempat semula. Mita membersihkan tangannya yang penuh bedak dengan menepuk-nepukkannya ke tangan satunya. Setelah itu dia menghela napas yang panjang. Diambilnya sapu dan serokan untuk membersihkan kotoran yang tersisa.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar, tapi tidak ada yang membukakannya. Mita segera keluar dari ruangan itu, dan membuka pintu rumahnya. Dilihatnya Cahya (papa Mita) yang terlihat lelah. Mungkin dia sedang banyak pekerjaan.
"Papa udah pulang?" Ucap Mita basa-basi sambil mencium tangan papanya.
Cahya masuk ke dalam rumah. Dia duduk di sofa berwarna coklat keemasan, sambil menyandarkan lehernya disana. Mita menawarkan untuk membuatkannya minuman, Cahya pun menerimanya dengan senang hati.
Cahya melihat Tika yang sedang tertidur di sebelah kirinya yang berjarak 3 meter. Dilihatnya wajah yang begitu polos. Natural, tanpa polesan sedikitpun. Dan juga tanpa mimik wajah yang dibuat-buat. Namun itu yang membuat Tika semakin memesona.
"Ini pah tehnya," ucap Mita, menaruh cangkir di meja yang ada di depan Cahya.
"Makasih sayang," balas Cahya dengan senyuman.
Mita duduk di samping Cahya, lalu berkata, "pah, tadi kenapa papa ngetuk pintu dulu? Kan ini rumah papa. Biasanya juga papa langsung masuk."
"Sengaja. Biar surprise!" Canda Cahya.
"Aku kira ada tamu. Baru saja aku mau bilang kalau mama sedang tidur, ternyata papa yang jadi tamunya," jelas Mita.
Cahya tersenyum, Mita pun juga.
...
Pukul 22.02 di rumah Mita,
Mita masih terbangun, sedangkan yang lain (mungkin) sudah tidur di kamarnya. Saat ini sudah cukup sunyi, bahkan Mita bisa mendengar suara jarum jam dinding di kamarnya.
Mita sudah membaringkan badannya di kasur, namun matanya masih terbuka. Dilihatnya dinding-dinding langit kamarnya. Terlihat sepi. Terlalu polos. Seketika muncul ide di dalam otaknya. Mita bangun dari ranjangnya, dan mengambil buku, pensil, serta penghapus dari meja belajarnya. Mita kembali ke ranjangnya. Dituangkannya ide-ide itu ke dalam buku catatan kecilnya, sebelum ia melupakannya.
"Hmmmm, kira-kira harganya berapa ya?" Gumam Mita.
Mita berencana untuk menghias kamarnya. Dia mengambil kembali handphonenya yang ditaruh di atas lemari, yang tentunya jauh dari ranjang. Mita sengaja menaruhnya jauh dari tempat tidur, untuk menghindari radiasi yang masuk ke dalam dirinya ketika tidur. Ibu jari sebelah kanannya mulai menyentuh layar handphone. Mita membuka aplikasi google, dan mulai mengetik nama barang yang ingin dia beli. Dilihatnya harga barang tersebut, dan dicatatnya di buku kecil itu.
"CKLEK," suara pintu kamar Mita yang terbuka.
"Eh, sayang belum tidur? Maaf mama ga ketuk pintu dulu. Mama kira kamu sudah tidur," ucap Tika.
"Iya gapapa mah. Aku belum bisa tidur, jadi aku nulis-nulis aja. Mama mau nyari apa?" Ucap Mita.
"Nggak kok, mama mau ngecek kamu aja. Jangan malam-malam ya tidurnya, besok masuk sekolah loh," jawab Tika.
"Iya mah, ini sebentar lagi mau tidur," ucap Mita.
...
Jam menunjukkan pukul 05.25, Mita dan Cahya sudah ada di ruang makan. Mereka duduk di kursi makan, sambil menyantap makanan yang telah dibuat Tika. Tika tidak ikut makan dengan mereka karena Arka sudah terbangun, dan tidak bisa ditinggal terlalu lama. Cahya dan Mita sengaja memajukan jadwal makan mereka, agar dapat menemani Arka terlebih dahulu, dan Tika dapat sarapan. Karena jika mereka sudah pergi, Tika tidak akan sempat untuk sarapan. Sedangkan disaat Arka tertidur, Tika mencuri-curi waktu untuk membersihkan rumah.
Setelah selesai makan, Mita mengumpulkan piring kotor miliknya, dan juga Cahya untuk dicuci.
"Sayang, papa ke kamar mama dulu ya," ucap Cahya.
"Iya pah," sahut Mita.
Tika menuruni tangga dari lantai dua sedangkan Cahya sedang berjalan naik.
"Arka udah tidur?" Tanya Cahya di anak tangga ke limanya.
"Iya, tolong jagain sebentar ya pah," pinta Tika.
Cahya tersenyum, dan memiringkan badannya agar Tika dapat menuruni tangga.
Detik demi detik, hingga menjadi menit. Mita memakai kaus kakinya, dan tasnya juga sudah rapi. Terdengar suara ketukan pintu yang diiringi suara Clara. Ya, akhir-akhir ini Clara selalu datang ke rumah Mita untuk berangkat ke sekolah bersama. Karena Faiz (ayahnya Clara) sedang berada di rumah, jadi dia selalu mengantar jemput anaknya.
"Mitaaa, ayo berangkat," panggil Clara.
"Iya Ra, tunggu sebentar," sahut Mita.
Mita menghampiri kedua orang tuanya untuk berpamitan. Kemudian ia memakai sepatu, dan menghampiri Clara yang sudah berada di dalam mobil pajero sport berwarna putih milik Faiz.
Hari ini begitu tenang, tidak ada kejadian apapun (semoga).
Bersambung...
.
.
.
.
Thanks for reading 😊.
Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini ya~
Satu bintang/ suara dari kalian itu sangat berarti bagiku, terima kasih💖
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prestasi✨ [TAMAT]
Teen FictionMita Laquitta Carrissa, seorang siswi dari SMP Citra Bangsa yang mempunyai 5 orang sahabat. Awalnya, ini terlihat seperti sahabat pada umumnya. Tapi.... dibalik itu mereka semua mempunyai masalahnya tersendiri. Dan Mita adalah satu-satunya orang yan...