Sepulang sekolah, Alfizan menghampiri Clara yang sedang duduk di bawah pohon.
"Ra, makan bakso di depan sama gue yuk? Sebagai gantinya gue kasih tau deh kenapa Shella gak istirahat bareng," nego Alfizan.
"Tapi traktir ya," tawar Clara.
"Ok, deal. Ayo sekarang," Alfizan menarik tangan Clara.
"Yaudah lo duluan aja, nanti gue nyusul," ucap Clara.
"Jangan lama-lama, ok?" Kata Alfizan meninggalkan Clara.
Clara menempelkan jari telunjuk dengan ibu jarinya serta mengangkat ketiga jarinya, tanda setuju. Tiba-tiba Fitri memberitahu Clara bahwa ada rapat OSIS mendadak.
"Huft, sudah jam empat Clara belum datang juga ya," keluh Alfizan.
"Nungguin siapa dik?" Tanya pak Qadar yaitu sang pemilik warung bakso ini.
"Saya Alfizan, bukan Diki," canda Alfizan dengan wajah serius.
"Maksud saya, dik itu adik," kelas pak Qadar.
"Tapi saya kakak, bukan adik. Saya enggak punya kakak pak," ucap Alfizan dengan muka polos yang dibuat-buat.
Pak Qadar pun kebingungan bagaimana cara menjelaskan pada Alfizan.
"Teman saya emang suka gitu, jangan dibawa ke hati ya pak," ucap seseorang.
"Kirain beneran gak ngerti. Lagi nungguin teman ya?" Tanya pak Qadar.
"Iya. Saya pesan es teh manisnya dua ya pak," pesan orang itu.
"Sip," jawab pak Qadar.
Sudah dua jam lebih Alfizan menunggu Clara, tapi tak kunjung datang. Alfizan khawatir jika ia pergi, Clara akan datang ke sini. Hari semakin gelap, Alfizan kembali ke sekolah dan memeriksa apakah Clara masih ada di sana.
"Nyari siapa dik?" Tanya pak Imam, satpam sekolah.
"Teman saya pak," jawab Alfizan.
"Udah gak ada murid lagi di sini. Anak-anak OSIS juga sudah pada pulang. Sebaiknya kamu cepat pulang, hari sudah semakin gelap," ujar pak Imam.
Alfizan mengangguk dengan tatapan lesu.
"Yaudah, lain kali aja zan," ucap orang tersebut.
Jalanan begitu sepi, lampu-lampu jalan mulai menyala. Mereka berjalan menelusuri sungai sambil sesekali menengok ke belakang, mencari angkutan umum.
****
"Mit, Alfizan dimana?" Tanya Clara yang datang ke kelas untuk mengajak istirahat bersama.
"Lagi ke toilet. Katanya kita disuruh duluan, nanti dia nyusul," ucap Mita.
"Oh ok," kata Clara.
Mereka pergi ke kantin. Alfizan tak kunjung datang. Clara mengedarkan pandangannya, dan mencari-cari Alfizan. Di satu sisi dia merasa canggung jika harus bertemu Alfizan. Tapi di sisi lain, Clara juga ingin memberi tahu alasan dia tak datang kemarin.
"Eh, seminggu lagi kita ulangan ya?" Celetuk Mita.
"Seminggu lagi?! Emang sekarang hari apa?" Syifa panik.
"Jum'at. Masih lama kali, kan ulangannya hari Senin," jawab Alin santai.
"Sembilan hari lagi. Tapi guru-guru juga banyak yang belum ngasih kisi-kisi. Jadi belajar aja dulu, siapa tau gak dikasih," ucap Clara.
"Iya juga ya, kok guru-guru belum ngasih kisi-kisi? Emangnya mereka pengen nilai kita jelek?" Kesal Syifa.
"Kata Bu Eny, kalo kita dikasih kisi-kisi berarti itu bukan nilai murni kita. Makanya ada guru yang sengaja gak ngasih," jelas Mita.
"Hmm," Syifa murung.
Mereka berbicara panjang lebar sampai tak sadar kalau Alfizan belum datang. Bel masuk berbunyi, terdengar murid-murid mengeluh karena merasa belum puas dengan istirahatnya. Clara baru menyadari sesuatu, Alfizan belum juga datang.
"Yahhh, kok istirahatnya cepet banget sih. Baru juga makan," keluh Alin.
"Bukannya lo tadi malah nambah ya?" Ucap Syifa.
"Makan yang kedua maksudnya," Alin terkekeh.
Sepulang sekolah
Di saat sedang menuruni tangga, Clara melihat Alfizan yang sedang duduk di bawah pohon. Dia pun menghampirinya.
Alfizan menyapa Clara terlebih dahulu. Tidak ada rasa marah sedikit pun di wajahnya. Clara yang melihat itu merasa sedikit lega.
"Tadi kok lo gak istirahat bareng?" Clara basa-basi.
"Gue disuruh ngoreksi sama pak Ruslan. Tapi gak masalah juga sih, gue kan biasanya juga gak makan kalo istirahat," jelas Alfizan.
"Emangnya gak laper?" Tanya Clara.
"Biasanya gue makan pas pulang sekolah. Udah jadi kebiasaan dari SD," ucap Alfizan.
"Zan, gue minta maaf ya. Kemarin gue ada rapat mendadak, jadinya gak bisa nemuin lo. Itu pun selesainya udah sore banget, lo pasti udah pulang," ucap Clara.
"Oh itu, gue juga gak jadi kesana kok. Tiba-tiba nyokap gue nelpon," Alfizan bohong.
"Bagus deh kalo gitu. Yaudah, gue pulang duluan ya," Clara lega.
"Yoi," jawab Alfizan.
Air minum Alfizan habis, jadi ia pergi ke kantin dahulu sebelum pulang. Setelah membelinya, ada perempuan yang menarik lengan bajunya. Dia adalah Shella. Shella membawa Alfizan ke belakang sekolah.
"Ada apaansih Shel? Gak usah narik gue juga kali," kesal Alfizan.
"Lo bilang apa ke mereka tentang gue?" Ucap Shella tiba-tiba.
"Gue gak bilang apa-apa," ujar Alfizan.
"Lo ngomongin gue yang nggak-nggak kan sama mereka? Munafik? Itu kan yang lo bilang?" Bentak Shella.
"Gue nggak ngomong apa-apa," ucap Alfizan dengan suara lembut.
"Trus, kemarin lo ketemuan sama Clara buat ngomongin gue kan? Gue denger semuanya. Jangan sok tau masalah gue," Kata Shella dengan suara yang semakin mengecil.
"Gue gak jadi ketemuan sama Clara. Sebenarnya itu cuma alasan gue aja biar dia mau diajak," jelas Alfizan.
"Oh."
"Emangnya lo kenapa? Tadi juga lo gak istirahat bareng," tanya Alfizan.
"Gue lagi badmood waktu itu. Dan sekarang gue malah ngerasa gak enak sama kalian, terutama Mita," Shella terus terang.
"Semua orang juga pernah kayak gitu. Jadi besok jangan ngehindar lagi ya," saran Alfizan.
Shella mengangguk dan berkata, "BTW, lo ngapain ngajak ketemuan sama Clara?"
"Reunian," jawab Alfizan singkat.
Bersambung......
.
.
.
.
Thanks for reading 😊.
Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini yaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prestasi✨ [TAMAT]
Teen FictionMita Laquitta Carrissa, seorang siswi dari SMP Citra Bangsa yang mempunyai 5 orang sahabat. Awalnya, ini terlihat seperti sahabat pada umumnya. Tapi.... dibalik itu mereka semua mempunyai masalahnya tersendiri. Dan Mita adalah satu-satunya orang yan...