Mama (Ep. 3)

125 8 0
                                    

Di hari Minggu ini, Mita dan keluarganya berencana untuk mengunjungi rumah neneknya. Tetapi ketika mereka sudah siap, ada sesuatu yang mengakibatkan mereka tidak bisa berangkat.

"Pah, ayo kita berangkat," ajak Mita tak sabar.

"Tunggu sebentar, mama saja belum keluar," ucap papa.

"Yasudah, aku panggil mama dulu ya," kata Mita.

Mita kembali masuk ke dalam rumah. Dia mencari mamanya ke penjuru tempat.

"Mah, mama dimana?" Panggil Mita.

"Disini sayang," jawab mama Mita dari arah kamar mandi.

"Mama lagi ngapain disini? Ayo kita berangkat, aku udah gak sabar mau ketemu sama nenek," ucap Mita.

"Emm, sepertinya mama sedang tidak enak badan. Kepala mama pusing dan mual-mual terus dari tadi. Apa kamu dan papa saja yang pergi?" Kata mama dengan wajah pucat.

"Kok kalian masih disini? Ada apa?" Tanya papa yang tiba-tiba datang.

"Mama lagi sakit," jawab Mita murung.

"Kalau begitu kita ke rumah sakit saja ya. Ke rumah neneknya lain kali saja," ucap papa.

"Ok, tapi aku gak ikut ya pah. Aku mau ke rumah Clara," mohon Mita.

"Yaudah, kalau begitu nanti pulangnya papa belikan makanan ya," kata papa.

"Ok, martabak manis rasa coklat kacangnya satu ya pah," pesan Mita.

"Siap, ditunggu ya," jawab papa.

Mita pergi ke rumah Clara, sedangkan Clara sedang memainkan laptopnya di kamar.

"Assalamu'alaikum, Claraaa," ucap Mita.

"Wa'alaikumussalam, iya masuk saja Mit," jawab Clara.

Mita masuk ke dalam dan menghampiri Clara. Clara yang sedang sibuk dengan laptopnya dan Mita pun mulai penasaran.

"Lagi ngapain ra, kayaknya serius banget?" Tanya Mita.

"Ini nih, liat deh. Tau Shella kan? Teman sekelas kamu," kata Clara.

Mita mengangguk.

"Dia kan nulis cerita di wattpad, terus bukunya udah diterbitin. Jadi iri, kapan yah aku bisa begitu juga?" Ucap Clara.

"Emang dia nulis cerita? Aku baru tahu," kata Mita.

"Udah lama tau. Kamu sih kudet," canda Clara.

"Yeuuuu. Eh, aku punya teman baru loh," kata Mita tak mau kalah.

"Oh ya? Siapa namanya? Cewek apa cowok? Jangan-jangan cowok lagi," tebak Clara.

"Yap, dan namanya itu..." Kata Mita terpotong Kareng handphone-nya berdering.

Papa menelpon.

"Assalamualaikum, ya ada apa pah?" Ucap Mita.

"Wa'alaikumussalam. Mita, tukang martabaknya tutup. Bagaimana kalau papa belikan pizza aja?" Jelas papa.

"Boleh. Yang kayak biasa ya pah," kata Mita.

"Siap bos ku," canda papa.

Mita tersenyum-senyum sendiri setelah menelpon. Clara yang melihat Mita bercanda dengan papanya, merasa iri. Ayahnya sedang berlayar dan hanya pulang satu tahun sekali.

"Mit, aku juga mau kayak kamu," ucap Clara spontan.

"Kayak aku gimana?" Tanya Mita.

Clara hanya tersenyum kecil.

"Oh, yang tadi? Kamu mau pizza juga? Bilang dong dari tadi. Sebentar dulu, aku chat papa ya," ucap Mita polos.

"Bu..bukan itu maksud aku," kata Clara.

"Terus?" Kata Mita yang masih belum peka.

"Udahlah lupain aja. Oh iya, mama sama papa kamu lagi pergi? Kok kamu gak ikut?" Clara mengalihkan pembicaraan.

"Iya, mereka pergi ke rumah sakit. Mama terlihat pucat sekali. Kepalanya pusing, dan terus mual-mual. Papa khawatir mama kenapa-kenapa," jelas Mita.

"Wah, ada yang mau punya adik nih," ledek Clara.

"Aamiiin. Semoga aja yang ini beneran jadi ya," harap Mita.

Dahulu Mita punya adik, tetapi adiknya meninggal saat beberapa menit dilahirkan ke dunia. Adiknya lahir prematur. Dan karena keadaannya yang tidak memungkinkan untuk hidup, dia pun meninggal disaat itu juga. Padahal Mita sangat senang dan juga sayang pada adiknya waktu masih ada di dalam kandungan. Dia menuruti semua perintah mamanya dan selalu mengelus-elus perut mamanya setiap hari. Dia juga tidak mau membuat mamanya marah, karena dia takut adiknya yang ada di dalam kandungan itu akan stres.

"Ya, semoga saja," ucap Clara.

Beberapa saat suasana menjadi hening, Clara pun mengganti topik pembicaraan, "Emm ngomong-ngomong, tadi siapa nama teman barumu itu?"

"Oh yang itu, sebenarnya dia bukan temanku," kata Mita.

"Maksudnya?" Clara bingung.

"Ya, gitu. Kami gak pernah bilang kalo kita berteman. Tapi kami sudah akrab kok. Dia pernah memberi solusi, dan aku juga pernah membantunya," jelas Mita.

"Kalo kata gue, berteman itu bukan kita harus bilang 'kita berteman ya' atau apalah itu. Tapi berteman itu ya cukup saling kenal dan akrab aja udah bisa dibilang teman loh," ucap Clara.

"Iya bener juga ya. Eh, ternyata kamu itu labil ya. Kadang-kadang ngomongnya gue-lo, terus aku-kamu. Gak jelas nih," ucap Mita.

"Hehehe, kan aku nyesuaiin keadaan aja. Oh ya, coba ajak teman kamu belajar bareng sama kita. Aku juga boleh kan ajak Syifa dan Alin?" Usul Clara.

"Boleh, tapi sekarang?" Ucap Mita.

"Iya sekarang aja, kamu panggil teman kamu. Kalau aku panggil Syifa dan Alin. Ada kan nomornya?" Ucap Clara.

"Kayaknya ada deh di grup kelas. Oh ini ada nih. Yaudah aku di luar aja ya biar kedengeran," kata Mita.

"Ok," jawab Clara singkat.

"Assalamu'alaikum, halo Alfizan?" Ucap Mita.

Bersambung.....

.

.

.

.

Thanks for reading😊

Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini yaa~

My Prestasi✨ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang