Awal (Ep. 1)

534 12 0
                                    

Mita merupakan anak yang cukup berada. Ya, lebih tepatnya hidupnya cukup sempurna. Uang? Dia tidak kekurangan. Orang tua? Orang tuanya sangat perhatian dan sayang padanya. Tidak hanya itu, Mita juga berprestasi dalam bidang akademik.

"Sayang, cepat turun. Sarapannnya sudah siap," panggil Mama kepada Mita.

"Iya mah, sebentar lagi aku turun," jawab Mita.

Mita segera merapikan pakaiannya, lalu turun ke ruang makan. Dari tangga, sudah tercium aroma nasi goreng rendang, dan itulah makanan favorit Mita.

"Wah, harum banget mah masakannya. Pasti enak nih," puji Mita.

"Iya dong, siapa dulu yang masak?" Ucap Mama bangga.

"Mama Miitaaaa," ucap mereka berdua bersamaan.

Tak lama, Papa datang untuk sarapan. Setelah makan, Mita bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini papanya tidak bisa mengantar karena ada urusan di kantornya. Mita pun memesan ojek online lalu berpamitan kepada mama.

Sesampainya di sekolah tepatnya di kelas, hanya ada Mita dan Alfizan. Seperti biasa, Alfizan selalu datang yang pertama.

Alfizan anak yang rajin, dia berbeda dengan anak laki-laki yang lain. Dia juga lebih sering pergi ke perpustakaan atau masjid disaat jam istirahat. Dia lebih suka menyendiri.

"Seperti biasa ya, kau selalu datang pertama," ucap Mita.

Alfizan terdiam dan masih membaca bukunya. Mita sedikit kesal, tetapi ia menutupinya dengan mengalihkan pandangan.

"Oh iya, kamu udah ngerjain PR Matematika belum? Tadi aku ngeliat pak Idin lagi di kantor, jadi kemungkinan...." Pancing Mita.

"Mit, lo bisa bantuin gue gak? Gue gak ngerti sama sekali tentang MTK," ucap Alfizan dengan suara kecil.

"Ok, selama aku bisa bantu kamu, aku akan lakuin itu dengan senang hati. Oh ya, kalo ada masalah bilang sama orang, siapa tahu orang itu bisa bantu kamu. Jangan malu-malu," ucap Mita ramah.

Wajah Alfizan memerah, karena baru kali ini dia dinasehati oleh teman sebayanya. Alfizan menunjukkan soal yang tak bisa ia jawab kepada Mita. Mita pun menjelaskannya dengan baik sehingga Alfizan mengerti.

"Assalamualaikum, cieeee yang lagi berduaan," ucap Shella.

"Wa'alaikumussalam," jawab Mita dan Alfizan.

"Eh, kalian tau nggak? Sebentar lagi kan mau ada pemilihan OSIS. Gimana kalian tertarik gak?" Tanya Shella.

Mita adalah anak murid kelas VIII F di sekolah SMP Citra bangsa. Dan beberapa hari lagi akan ada pemilihan OSIS. Mita sangat tertarik dan sudah menunggunya sejak lama, tapi dia tidak yakin kalau dia bisa jadi OSIS.

"Lo gimana Mit, tertarik?" Tanya Shella.

"Emm, aku nggak deh kayaknya," Mita tak yakin.

"Lah kenapa? Lo kan punya peluang banyak buat jadi OSIS. Lo kan pintar," ucap Shella.

"Jadi OSIS itu bukan dinilai dari pintarnya aja. Banyak orang yang gak pintar tapi dia punya banyak bakat. Orang-orang itu ngeliatnya cuma dari nilai akademiknya aja. Jadi OSIS itu juga harus tegas, bukan malah malu-malu gak jelas. Ups, maaf ya gue gak bermaksud nyinggung lo Mit," sindir Gaby.

Di mata semua orang, Gaby adalah orang yang suka mencari muka. Dia juga tidak disenangi oleh banyak orang di kelas ini.

"Lo ngapain sih baru datang udah nyari masalah aja," kesal Shella.

"Ya kan emang kenyataannya begitu," ucap Gaby yang langsung meninggalkan mereka bertiga.

Mita sekarang semakin pesimis akan impiannya itu.

Bel sudah berbunyi, jam pelajaran telah dimulai. Murid-murid mendengarkan penjelasan guru yang sedang menjelaskan. Hingga tiba waktunya istirahat.

Mita membereskan alat tulisnya lalu pergi ke kelas VIII D. Mita menghampiri Aqilla Clara Valencia, atau biasa dipanggil Clara. Dia adalah teman dekatnya sejak kecil. Mita sering datang ke kelasnya disaat jam istirahat. Seperti namanya, Clara adalah orang yang cerdas. Dia selalu menduduki rangking 1 sejak kelas satu SD. Namun disaat kelas tujuh, rangkingnya turun menjadi dua karena ia sekelas dengan Mita.

"Clara, istirahat yuk," ajak Mita.

"Ok, tapi bareng sama mereka ya. Kenalin, ini Syifa dan Alin. Dia mau istirahat bareng kita, boleh kan?" Ucap Clara.

Mita hanya mengangguk tanda setuju. Sebenarnya dia sedikit tidak suka akan kehadiran Syifa dan Alin. Mita tak mau ada yang mengganggu pertemanan antara dia dengan Clara. Mita khawatir suatu saat Clara akan mengabaikannya.

Dan ketika di kantin, Mita secara terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaannya kepada Syifa dan Alin.

"Mita, di kelasmu sudah sampai mana pelajaran Matematikanya?" Tanya Syifa sambil menyendokkan batagor ke dalam mulutnya.

"Mau tau banget sih," ketus Mita.

"Mita, kamu kenapa, kok kayaknya lagi bad mood banget?" Clara khawatir.

Mita masih diam menunggu Clara mengerti apa yang dia rasakan. Mita ingin curhat dan berbicara berdua saja dengan Clara, tapi kini sudah ada Syifa dan Alin.

"Iya, Mita kok berubah gitu," ucap Alin.

"Emangnya orang gak boleh berubah?" Kata Mita tak kalah ketus.

"Mitaaa, kamu kenapa sih?" Tanya Clara sambil menggoyang-goyangkan tangan Mita.

"Huh, aku jadi gak mood makan," Mita bangkit dari duduknya lalu pergi menuju perpustakaan.

Clara, Syifa, dan Alin hanya bisa diam memandang punggung Mita yang lama kelamaan menghilang.

Bersambung......

.

.

.

.

Thanks for reading😊

Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini yaa~

My Prestasi✨ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang