Belajar bersama (Ep. 4)

118 11 0
                                    

Mita dan Clara mengajak Alfizan, Syifa dan Alin untuk belajar bersama. Namun, Syifa dan Alin tidak bisa datang karena mereka sudah mempunyai janji dengan orang lain. Dan akhirnya mereka bertiga (Clara, Mita dan Alfizan) belajar bersama di rumah Clara.

"Hah, Alfizan?!" Kata Clara tak menyangka bahwa yang dimaksud Mita adalah Alfizan.

"Emangnya Alfizan kenapa?" Tanya Mita polos.

Clara mendekatkan mulutnya ke telinga Mita sehingga Alfizan tidak bisa mendengarnya.

"Lo yakin kita akan belajar sama Alfizan? Dia kan nolep. Mana bisa kita belajar bareng sama orang kayak dia. Dengar-dengar dia itu juga gak ahli dalam pelajaran," bisik Clara.

"Tapi kan itu gunanya belajar. Dari yang kita gak tahu, terus nanya ke orang jadi tahu," kata Mita membisikkan ke telinga Clara.

"Kalian lagi ngomong apaan sih?" Tanya Alfizan penasaran.

"Kepo banget sih lo," ketus Clara.

"Sudahlah, kita langsung belajar aja yuk," ajak Mita.

Mereka mengeluarkan bukunya dan sudah siap untuk belajar. Clara mengeluarkan bukunya dengan tatapan sinis ke arah Alfizan. Sedangkan Alfizan yang tahu bahwa Clara sedang menatapnya dengan sinis mengalihkan pandangannya. Mita yang menyadari hal itu kebingungan lalu membuka pembicaraan.

"Ekhem, bagaimana kalau kita belajar matematika dulu?" Usul Mita.

"Matematika? Apa gak ada pelajaran lain selain itu? Gue puyeng banget kalo belajar matematika. Denger namanya aja udah puyeng," keluh Alfizan.

"Halah, bilang aja lo gak bisa kan? Kalo gak bisa mah ngaku aja," ejek Clara.

"Ok. Mit, kita belajar matematika aja. Gue bakal buktiin ke dia," kata Alfizan tak mau kalah.

"Ok, kita kerjain yang halaman 164 dari satu sampai sepuluh sendiri-sendiri. Habis itu nanti kita koreksi bareng-bareng. Oh iya, kalo ada yang kurang dimengerti boleh tanya kok sama yang lain. Dimulai dari sekarang ya," ucap Mita.

"Siap," ucap Alfizan dan Clara.

Mereka mengerjakannya dengan teliti. Satu per satu mereka baca soal tersebut. Mita terlihat serius. Clara terlihat santai sambil bersenandung. Sedangkan Alfizan kebingungan dan mulai berkeringat. Dia tidak tahu caranya, tapi dia tidak mau bertanya karena gengsi.

"Hahaha, tegang banget lo sampe keringetan," ucap Clara.

Mita yang menyadari itu pun ikut tertawa.

"AC nya emang kurang gede? Perasaan udah dingin banget deh," ucap Mita.

"Dia itu keringetan gara-gara pusing sama soalnya. Bukan gara-gara kepanasan," jelas Clara.

Alfizan mendiamkan mereka berdua dan fokus pada soalnya. Tak lama Clara bertanya kepada Mita tentang soal yang dia tidak mengerti. Alfizan yang melihat itu pun ikut bertanya.

"Mita, soal yang nomor 8 itu maksudnya gimana?" Tanya Alfizan.

"Itu yang tentang persamaan garis lurus ya? Kalo itu mah..." Ucap Mita yang terpotong dengan ucapan Clara.

"Halah, sok-sokan udah nomor delapan. Nomor yang lain belum dikerjain kan?" Kata Clara.

Alfizan yang mendengar tersebut berpura-pura tidak mendengarnya. Sebenarnya apa yang dikatakan Clara itu benar dan dia juga tidak mau kalah dengannya.

"Nah, udah pada selesai belum? Aku udah nih," ucap Mita.

"Cepet banget lo. Otak 4G nih," puji Alfizan.

"Berlebihan kamu zan," ucap Mita tersipu malu.

Tak lama Clara pun menyusul selesai. Sedangkan Alfizan terburu-buru lalu mengisinya dengan asal. Mereka mulai mengoreksi soalnya masing-masing.

"Alfizan, nomor satu kamu jawabannya berapa?" Tanya Mita.

"89 dong," jawab Alfizan yakin.

"Iya, aku juga itu jawabannya. Kamu berapa Clara?" Ucap Mita.

"Tentu sama dong," ucap Clara.

Mereka mengoreksi terus seperti tadi, dan lancar tidak ada yang salah. Hingga nomor lima pun tiba.

"Coba lihat punya lo zan," kata Clara yang langsung mengambil buku Alfizan.

"Eh, jangan," ucap Alfizan yang bukunya sudah diambil oleh Clara.

"Eh, nomor lima lo salah nih. Iya kan Mit?" Ucap Clara.

"Iya, caranya gak ada. Jawabannya juga salah," ucap Mita.

"Gue...." Kata Alfizan semakin murung.

"Aku ngerti kok. Yaudah aku bantu ya," ucap Mita.

Clara yang melihat Mita membantu Alfizan merasa tidak enak karena telah membuat Alfizan malu untuk bertanya. Dia jadi merasa bersalah sudah membuat Alfizan jadi seperti ini. Clara pun hanya melihat Mita yang sedang mengajari Alfizan dengan wajah sedih, cemas dan merasa bersalah.

"Gue pamit ya, ada urusan sama keluarga. Makasih ya udah mau belajar sama gue. Gue juga berterima kasih karena udah diajarin," pamit Alfizan.

"Iya, sama-sama. Hati-hati ya," ucap Mita.

Clara masih memandang Alfizan dengan merasa bersalah.

"Kamu kenapa ra? Perasaan kamu ngeliatin Alfizan kayak gitu terus," tanya Mita.

Clara hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Oh iya, kayaknya papa sama mama udah pulang deh. Tadi kan aku pesan pizza sama papa. Aku ambil dulu ya, abis itu kita makan bareng disini," ucap Mita yang langsung berlari ke rumahnya.

Clara hanya terdiam dan hampir ingin menangis. Clara adalah orang yang mudah sedih walaupun dengan masalah yang kecil.

"Mit, Alfizan itu pintar ya," ucap Clara tiba-tiba, sehingga membuat Mita tersedak.

"M...Maksudnya?" Ucap Mita bingung.

"Yaa pintar, ahli dalam suatu bidang," jelas Clara.

"Perasaan tadi aku liat kamu kayak lagi sedih. Terus tiba-tiba kamu bilang  begitu. Kamu suka ya sama dia?" Tanya Mita asal.

"Enggak kok. Apaan sih, kok tiba-tiba nanya itu?" Ucap Clara dengan wajah memerah.

"Oh, nggak. Aku cuma mau nanya, habisnya dari tadi kamu nanyain dia. Siapa tahu aku bisa bantu kamu," ucap Mita.

"Emmmmmmm, nggak deh," kata Clara.

"Apanya yang nggak?" Tanya Mita.

"Enggak kok, udah jangan urusin aku terus. Kamu bagaimana? Oh iya, sebentar lagi kan ada pemilihan OSIS. Aku yakin banget pasti aku terpilih. Oh iya, kamu juga kan?" Ucap Clara mengalihkan pembicaraan.

"Lihat saja nanti," ucap Mita ragu.

Bersambung.....

.

.

.

.

Thanks for reading 😊

Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini yaa~

My Prestasi✨ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang