Bayi (Ep. 8)

89 8 1
                                    

Sepulang sekolah, Mita langsung diajak oleh papanya untuk pergi.

"Mau pergi kemana pah, kok buru-buru banget?" Tanya Mita dari kamarnya.

"Ada deh, sudah cepat kamu ganti pakaian. Papa sama mama tunggu di luar ya, jangan lupa tutup pintunya," perintah papa.

Mita segera bergegas mengganti pakaian, lalu masuk ke dalam mobil. Mereka pergi ke restoran. Di sana sangat sepi karena tempatnya telah dibooking oleh papa

"Pah, papa booking tempat ini?" Tanya Mita.

"Iya dong. Kan spesial buat kalian," kata papa tersenyum.

Mereka memesan makanan, lalu mereka membicarakan sesuatu yang mengejutkan.

"Mita, kamu ingin punya adik gak?" Tanya papanya Mita.

"Mita mau, tapi...." Kata Mita mendadak murung.

"Oh ya? Kalau begitu kebetulan dong," ujar mama tersenyum.

"Maksudnya mama hamil?" Mita serius.

"Iya, Mita sebentar lagi mau punya adik," seru papa.

Mereka membicarakan hal tersebut dengan heboh. Terasa seperti restoran milik sendiri. Mereka bercanda, kejar-kejaran, dan tertawa. Mita mulai melupakan masa lalu dan memulai masa depan.

Sesampainya di rumah Mita, terlihat ada seorang perempuan yang berdiri di depan pintu pagar. Dia adalah Clara. Mita segera turun dari mobil dan menghampiri Clara.

"Ada apa Clara?" Tanya Mita dengan semangat.

"Kamu habis jalan-jalan ya sama keluargamu, pasti menyenangkan," Clara tersenyum terpaksa.

Mita yang menyadari itu pun langsung mengganti topik dan berbicara, "Bagaimana kalau kita ke rumahmu? Ayo cepat."

Clara mengangguk dan tersenyum tipis. Dia senang Mita bisa mengerti keadaannya. Mereka sering sekali bermain di rumah Clara, karena setiap bermain di rumah mita, Clara selalu bersikap aneh. Dia iri dengan Mita, sebab dia mempunyai kedua orang tua yang dekat dengannya.

Di rumah Clara, tepatnya di kamarnya.

"Ra, gimana ceritanya kok kamu bisa jadi wakil ketua OSIS?" Tanya Mita sambil mengambil boneka bergambar kucing milik Clara.

"Oh iya, jadi ceritanya tuh begini. Tadi kan perwakilan dari kelas aku dan kelas kamu sama jumlahnya. Jadi, kami melakukan pengambilan suara ulang. Tapi, pengambilan suaranya perorangan. Dan jadilah Fitri ketua OSISnya dan aku wakil ketua OSISnya," jelas Clara.

"Oh begitu. Lah berarti aku gak ikut pemilihan suara yang kedua dong?!" Mita terkejut.

"Ya iya. Lagian sih kamu di kelas aja. Tadi juga orang yang memilih lebih sedikit dibanding pemilihan pertama," ucap Clara.

"Clara, ini siapa?" Mita memegang foto yang ada di kasur.

"Itu foto ayah, bunda dan aku. Itu adalah foto kami bertiga satu-satunya," Clara kembali murung.

"Kenapa gak foto lagi sama mereka?" Tanya Mita polos.

"Enggak bisa mit, mereka sibuk. Buat luangin waktu buatku sedikit saja gak bisa. Bunda selalu pulang larut malam. Bahkan terkadang lembur hingga pagi. Di hari libur bunda sibuk sekali dengan laptopnya. Sedangkan ayah, pulang satu tahun sekali," curhat Clara.

Suasana menjadi hening, mereka hanya diam selama beberapa menit. Lalu Clara membuka pembicaraan.

"Astagfirullahal azim, kan jadi canggung gara-gara aku ngomongin itu. Oh iya, mama kamu gimana? Kamu jadi punya adik nih?" Clara antusias.

"Yaa begitulah, doain ya semoga adik aku bisa lahir ke dunia ini dengan selamat," Mita tersenyum tipis.

"Eh iya mit, nginep di rumah aku yuk. Aku sendirian mulu. Udah jomblo, sendirian mulu lagi," pinta Clara.

"Bisa aja kamu. Tenang kalo itu mah, nanti aku bilang mama. Mama kan baik, pasti diizinkan," Mita santai.

Malam telah tiba, Clara sudah pulas sedangkan Mita terbangun karena kebelet BAB. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas, berarti bunda Ratna (bundanya Clara) telah pulang. Setelah selesai dari kamar mandi, Mita bertemu dengan bunda.

"Mita, lagi nginep ya?" Tanya bunda tenang.

"Iya bun. Baru pulang ya, kok tumben biasanya jam sepuluh. Macet ya?" Ucap Mita berbasa-basi.

"Iya, tadi ada kecelakaan di jalan. Kamu setiap hari menginap disini? Makasih ya, tolong jaga Clara. Bunda harus kerja, jadi gak bisa jagain Clara," Bunda murung.

"Enggak kok Bun, baru hari ini saya menginap. Memangnya bunda gak ada di rumah kemarin?" Tanya Mita.

"Iya, kemarin dan seminggu yang lalu bunda harus ke luar kota karena urusan kerja," jelas bunda.

"Bunda sudah tahu belum? Clara kan jadi wakil ketua OSIS di sekolah. Keren banget," ucap Mita.

"Oh ya? Bunda baru tahu," bunda sedikit sedih karena tak tahu tentang anaknya.

"Oh yaudah bun, Mita balik ke kamar dulu ya," pamit Mita.

Mita ingin sekali bicara kepada bunda Ratna bahwa Clara sangat kesepian. Tapi dia merasa tidak enak. Mita pun kembali ke kamar dan tidur.

"Kriiiiiiiiiiiing! Kriiiiiiiiiiiing! Kriiiiiiiiiiiing!..." Jam beker berbunyi sangat kencang, dan sudah menunjukkan pukul 04:30. Clara membangunkan Mita, tetapi Mita tak kunjung bangun. Akhirnya Clara keluar dari kamar terlebih dahulu. Dan ketika Clara membuka pintu, ada bunda yang sedang berdiri di sana.

"Bunda sudah pulang?" Ucap Clara senang.

"Iya, semalam bunda baru saja pulang. Nanti kita jalan-jalan ya," ucap bunda.

"Memangnya bisa?" Ujar Clara dengan tatapan kosong.

Clara pergi begitu saja ke kamar mandi. Dia kesal pada bundanya, tetapi dia tak mau melampiaskannya. Di kamar mandi, Clara menangis. Meratapi keadaannya. Ingin rasanya untuk bicara pada bunda bahwa dia menginginkan waktunya, bukan uangnya.

Semua akan indah pada waktunya, itulah yang dikatakan orang-orang kepadaku. Tapi bagaimana itu bisa terjadi kalau dia saja tak bisa memberikan waktunya kepadaku.

~Clara Aqilla Valencia

Bersambung.......

.

.

.

.

Thanks for reading 😊.

Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini yaa~

My Prestasi✨ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang