Air turun dari langit secara mendadak. Awalnya hanya gerimis biasa, tapi lama-kelamaan menjadi hujan yang amat sangat deras. Padahal tadi langit terlihat sangat cerah.
Para tanaman merasa senang, karena akhirnya ada air hujan yang mengguyurnya. Ya, sudah lama tidak turun hujan. Akhir-akhir ini selalu panas. Ini adalah hujan deras pertama di tahun ini. Angin mengarah ke arah kelas, sehingga air hujan membasahi koridor. Bahkan ada cipratan air yang masuk melalui ventilasi kelas.
"Aduuuh, apaan sih ini. Kok airnya nyiprat-nyiprat ke gue. Ventilasinya kok kebuka sih? Weh anak cowok, tutupin dong itunya. Gue gak nyampe," kesal Gaby.
Gaby merasa sangat kesal, karena airnya membasahi wajahnya. Hari masih pagi, dan belum masuk jam pelajaran, tapi keadaan sekitar kelas sangat becek. Padahal sekarang adalah waktu dimana siswa/i SMP Citra Bangsa melakukan tes untuk mengikuti olimpiade.
Mita, Shella dan Alfizan duduk bersebelahan sambil memandangi air hujan yang turun. Hawa menjadi dingin dan sejuk sehingga membuat orang-orang mengantuk.
"Dingin-dingin enaknya tidur nih," celetuk Alfizan.
"Nggak, enakan juga makan bakso di kantin sambil menikmati turunnya hujan," sangkal Shella.
"Hmm enak juga sih itu. Gimana kalo kita cabut ke kantin? Guru-guru juga pasti males ngajar," usul Alfizan.
"Ide bagus. Tapi kan kalian mau tes, gimana sih," jawab Shella.
"Oh iya, tes! Aku malah diam aja disini bukannya belajar," Mita tersentak.
"Tuh Zan, Mita yang udah pintar aja belajar sebelum tes. Lah lo malah ngajak cabut ke kantin," sindir Shella.
"Ada orang yang pernah bilang ke gue, 'di sekolah itu bukan waktunya lagi untuk belajar. Di rumahlah tempat belajar saat ulangan'. Begitu katanya," bela Alfizan.
"Yeeu, emang lo belajar di rumah?" Tanya Shella.
"Yaa nggak juga," jawab Alfizan cengengesan.
"Sini lo, gue getok kepalanya," kesal Shella yang tentunya hanya candaan semata.
Suara kelas yang amat berisik hampir tak terdengar karena hujan yang sangat deras. Samar-samar terdengar suara pengumuman, dan para murid saling mengingatkan untuk diam. Sesaat, kelas menjadi sepi. Namun suara pengumuman itu tetap tidak terdengar. Beberapa murid merasa kesal karena tak dapat mendengarnya. Dan beberapa diantaranya tidak peduli.
Sinta selaku ketua kelas VIII F mengambil tindakan. Ia memutuskan untuk pergi ke kantor, tepatnya tempat guru menyiarkan pengumuman.
Shella merasa bangga mempunyai ketua kelas yang sigap dalam keadaan apapun, dan begitu juga murid yang lainnya. Mereka menunggu Sinta kembali sambil melakukan kegiatannya masing-masing. Lima puluh persen orang di kelas VIII F sedang menaruh kepalanya di meja alias tidur.
Mita kembali berkumpul dengan Shella dan Alfizan. Tapi Alfizan justru pindah ke tempat duduknya untuk mengikuti kegiatan 50% temannya (tidur).
Sinta kembali ke kelas dan mengumumkan bahwa siswa yang mengikuti tes olimpiade disuruh berkumpul di aula. Alfizan yang baru saja bermimpi terpaksa mengurungkan niatnya untuk melanjutkan tidurnya. Alfizan duduk cukup lama untuk mengumpulkan nyawanya. Sedangkan Mita pergi terlebih dahulu ke aula atas perintah Alfizan.
Terdapat banyak siswa di aula, dan kepala sekolah juga sudah berada di depan aula. Tak lama Alfizan datang, dengan muka bantal tentunya. Clara, Alin dan Xavier menghampiri mereka berdua, dan duduk bersebelahan.
Siswa yang mendaftar berjumlah 64 orang dari seluruh kelas, dan tes dibagi menjadi dua sesi sesuai urutan nama. Mita, Alfizan, Clara dan Alin berada di sesi yang sama, yaitu sesi pertama. Sedangkan Xavier berada di sesi 2 (nasib orang dengan nama yang berawalan dari X).
"Hampir saja masuk ke sesi 2 kamu Mit, namamu ada di urutan terakhir sesi pertama loh," ucap Clara senang.
"Gue malah berharap dapat sesi 2. Ngantuk banget gue. Vier, tukeran sesi ya sama gue," sambung Alfizan.
"Emangnya bisa ditukar? Kalaupun bisa juga gue ga mau. Udah PW," jawab Xavier.
Siswa yang mendapat sesi 2 disuruh untuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Xavier keluar dari aula sambil meledek Alfizan yang sangat ingin berada di sesi 2.
Mita dan temannya duduk di tempat yang sudah diatur. Para pengawas kelas membagikan kertas soal, serta LJK. Dan dalam hitungan menit, waktu pengerjaan soal pun dimulai.
...
"Assalamu'alaikum," ucap Shella yang baru datang ke kantin.
"Wa'alaikumussalam," jawab Mita, Clara, Alin, Alfizan, dan Xavier.
"Lah tumben banget lo pake salam segala. Kesambet apa lo?" Canda Alfizan.
"Kamu tuh jahad banget ya maz. Salam itu kan baik, artinya aku lagi do'a-in kalian," jawab Shella dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan.
"Aku? Kamu?" Ucap Xavier diiringi tawa.
"Heh bisa diem ga sii anak bau. Gue tabok nih," kesal Shella yang tentunya hanya gurauan.
"Beli makan aja dulu Shell, kita semua sudah beli," saran Mita.
"Itu mah gampang, tenang aja. Eh, gimana ujiannya? Susah gak soalnya? Gue sih berharap banget kalian bisa masuk olimp," kata Shella mengalihkan.
"Susah-susah gampang sii. Soalnya kebanyakan udah dipelajarin di sekolah. Yaa walaupun ada materi kelas 9 yang belum dipelajari," jawab Clara yang tetap fokus memotong bakso menjadi beberapa bagian.
"Gue sama sekali ga ngerti. Mata gue kayak di-lem, susah banget buat melek," ucap Alfizan terus terang.
"Hahaha, kayaknya udah mulai keliatan nih siapa yang bakal lolos. Ngomong-ngomong, ada teman kita satu lagi yang belum tes. Kasih bocoran ga yaaa?" Ujar Alin sambil melirik ke arah Xavier.
"Boleh, tapi pas pulang sekolah," jawab Mita bercanda.
"Yeeu, kalau pulang sekolah mah gue juga udah tau soalnya," kesal Xavier yang dilanjutkan dengan tawa orang-orang di sekitarnya.
Bersambung...
.
.
.
.
Thanks for reading 😊.
Jangan lupa beri bintang dan bagikan cerita ini ya~
Satu bintang/ suara dari kalian itu sangat berarti bagiku, terima kasih💖
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prestasi✨ [TAMAT]
TeenfikceMita Laquitta Carrissa, seorang siswi dari SMP Citra Bangsa yang mempunyai 5 orang sahabat. Awalnya, ini terlihat seperti sahabat pada umumnya. Tapi.... dibalik itu mereka semua mempunyai masalahnya tersendiri. Dan Mita adalah satu-satunya orang yan...