🌜 13 | a quarrel (2)

46 36 0
                                    

Xingchen hendak keluar dari kamar namun ia urungkan niatnya lalu ia berkata, "kata Jiang Chen, kak Xue habis ditampar oleh seseorang lalu aku tidak tahu selanjutnya. Kurasa, dia habis bertengkar."

"Bertengkar?" ulang Xiuhan sambil melihat ke arah Xingchen tak yakin.

"Benar."

"Bertengkar dengan siapa?" tanyanya dan menutup laptopnya lalu menaruh di atas meja.

Xingchen mengedikkan bahunya tak tahu lalu ia berkata, "Xiuhan, apakah kau merasa ini seperti ada di drama-drama? Kau adalah Raja Baiyue dan banyak wanita menyukaimu tapi si Ratu Baiyue berpacaran denganmu membuat para penggemar wanitamu itu tidak menyukainya dan mereka mulai menindas si Ratu demi si Raja lalu terutama si Selir yang membuat hubungan mereka berdua hancur dan akan duduk di kursi Ratu ketika Ratu itu tewas. Bukankah terlihat seperti itu, Xiuhan?"

Dia memukul belakang kepala Xingchen untuk menyadarkannya dari khayalan sambil berkata, "kau terlalu banyak menonton! Dia tidak mungkin seperti itu."

Xingchen memegang belakang kepala meringis kesakitan lalu ia tersenyum menggoda Xiuhan yang mungkin sedang jatuh cinta dengan Zhang Xue sambil terkekeh.

"Xiuhan, apakah kau baru saja berada dipihak Zhang Xue? Bukankah Zhang Xue adalah wanita pertama yang bisa membuatmu sedikit lebih hangat? Iya, 'kan?" godanya sambil senyum dan menaikkan alisnya dua kali ke arah Xiuhan.

"Kau bicara apa? Aku sejak kapan seperti yang kau katakan. Ck! Sedikit pun, tidak!" protes Xiuhan sembari menyatukan jarinya dan kedua sikunya menumpu di atas paha.

Xingchen melihat ke arah Paman Wang lalu berkata, "Paman, apakah yang aku katakan benar?"

"Benar, Xiuhan. Jujurlah pada dirimu sendiri, kau akan menyesal jika tidak menuruti kemauan hatimu," timpal Paman Wang yang sedang membaca dokumen yang ditinggalkan oleh sekretarisnya.

"Lupakan, aku pergi," pamit Xiuhan dan pergi keluar dari kamar dengan wajah datar.

Xingchen tersenyum lalu ia berkata, "kalau begitu, aku juga pamit pergi dulu, Paman. Cepat sembuh, Paman!"

"Baik," balasnya sambil tertawa kecil melihat dua anak zaman sekarang ini.

Di sisi lain, Zhang Xue sudah berada di depan pintu utama rumah sakit dengan masker yang menutupi bagian hidung, mulut dan pipinya. Dia jalan masuk ke dalam rumah sakit untuk mencari Xiuhan untuk mengambil kopernya yang tertinggal di dalam bagasi mobil dan menagih janji.

Zhang Xue membuka pintu kamar dan menjulurkan kepalanya ke dalam lalu bertanya, "Paman, apakah kau tahu Wang Xiuhan pergi ke mana?"

"Coba kau cari di taman," balasnya.

"Baik, terima kasih, Paman," ucapnya sebelum menutup kembali pintu kamarnya dan turun mencari Xiuhan di taman rumah sakit.

Zhang Xue melihat badan Xiuhan dari belakang terlihat tegap serta bidang dan bahunya lebih lebar jika dilihat dari belakang, pasti sangat nyaman jika jatuh dalam pelukan pria marga Wang itu. Dia menggelengkan kepala lalu jalan menghampirinya yang sedang berdiri melihat ke arah danau buatan di taman rumah sakit.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Zhang Xue sembari ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket.

Xiuhan menoleh ke samping melihat orang yang baru saja ia pikirkan baru saja datang lalu ia berkata, "ada apa kau memakai masker?"

"Ah itu, bukan masalah besar, hanya alergi saat menggunakan skincare, itu saja. Kau tahu, 'kan? Wanita memiliki banyak macam skincare dan mencoba hal baru," kata Zhang Xue coba buat alasan yang masuk akal.

"Aku tahu," jawab Xiuhan dan berdiri berhadapan dengan Zhang Xue lalu ia melepaskan masker dari wajahnya.

Dia terdiam mematung saat melihat wajahnya dari dekat dan sentuhannya yang sangat lembut, ini diluar dugaan pikirannya. Detak jantungnya mulai berdetak lebih cepat dan kedua pipi mulai memerah, bukan karena cuaca yang dingin melainkan karenanya.

Xiuhan coba melihat pipi yang habis ditampar oleh seseorang dan kembali mengembalikan masker itu padanya dengan melempar, Zhang Xue dengan sigap menerima masker yang Xiuhan lempar kepadanya dan bayangan di dalam pikirannya langsung sirna.

"Apa kau baru saja ditampar?" tanya Xiuhan dengan ketus.

"Apa urusanmu? Aku ditampar oleh siapa, kenapa kau yang ribut? Aku pergi dulu," pungkas Zhang Xue kesal dengan Xiuhan yang berubah begitu cepat, ia pergi dari tepi danau.

Di dalam hati, Xiuhan menghitung angka satu sampai tiga dan bertaruh pada dirinya sendiri, dia akan jalan kembali untuk meminta kunci mobil miliknya dan menagih janji semalam yang mereka buat. Benar saja, dugaan Xiuhan, dia berjalan kembali ke tepi danau dan menagih janji untuk dia tinggal di apartemen miliknya.

Xiuhan tersenyum miring lalu ia membalikkan badan ketika Zhang Xue memanggil namanya. Dia jalan melewatinya hendak naik ke atas sebentar namun langsung dicegah oleh Zhang Xue.

"Kau mau pergi ke mana?"

"Kunci mobilku ada di atas dan juga aku perlu pamit pada papaku untuk pulang ke rumah sebentar," jelasnya dan melanjutkan jalannya.

"Oh."

"Kau tak mau ikut naik ke atas?" ajak Xiuhan yang menoleh ke belakang dan ia mendapati Zhang Xue yang masih berdiri di tempat.

Zhang Xue berlari menghampirinya dengan wajah cemberut lalu naik ke atas bersama-sama dan berpamitan dengan Paman Wang sebelum pergi lalu ia mengikuti Xiuhan turun ke tempat parkir tanpa banyak bicara.

Di tengah perjalanan pulang, Xiuhan melirik Zhang Xue yang duduk tepat di sampingnya sekilas lalu ia tertawa kecil melihat raut wajahnya masih cemberut seperti anak kecil. Dia yang mendengar tawaan Xiuhan langsung marah dengan mendengus sembari melipat kedua tangan di bawah dada dan melihat ke arah luar jendela.

🐏🐏🐏

Zhao Yang membuka pintu asrama dan mendapati Xue Feng yang duduk di depan meja dengan sinar laptop yang terang membuat matanya silau itu pun langsung menyalakan lampu kamar lalu berjalan ke tempat meja miliknya untuk meletakkan ransel.

"Apa yang kau lakukan gelap-gelap?"

Xue Feng memutar kursinya ke arah tempat meja Zhao Yang dengan mata yang kosong sambil berkata, "kurasa jiwa dan dompetku meronta-ronta tidak ingin membelikan barang untuk meredakan amarah kak Xue."

Zhao Yang tertawa kecil. "Apa yang kau katakan? Kau ingin membelikan untuk kakak sepupumu? Itu bagus."

"Bagus, pantatmu! Barang-barang wanita sangat mahal!" maki Xue Feng.

"Benarkah? Coba aku bantu tanyakan kepada kakak perempuanku, dia suka membeli barang yang murah tapi juga berkualitas," ujar Zhao Yang setelah melihat daftar list barang yang akan di sukai Zhang Xue lalu mengirimkan kepada kakak perempuannya melalui pesan di aplikasi WeChat.

Xue Feng memegang lengan Zhao Yang dengan kedua tangannya lalu ia berkata, "bagus, bagus. Zhao Yang, kau memang penyelamatku. Aku cinta padamu."

"Aku tidak cinta padamu. Aku masih menyukai seorang wanita! Sudahlah, aku mau pergi mandi dulu," ucap Zhao Yang dan melepaskan tangan Xue Feng dari lengannya.

"Oh ya, Zhao Yang, aku ingat sesuatu! Aku membuatkan kencan buta untuk dirimu dan Luxi pada hari Minggu. Aku minta maaf!" ungkap Xue Feng.

"Kau! Kemarilah!" tunjuknya.

Zhao Yang menyiapkan handuknya untuk memukul Xue Feng yang telah membuat kencan buta tanpa bicara dengannya lebih dulu dan mengejar Xue Feng di dalam kamar asrama sampai kehabisan tenaga.

"Berhenti, berhenti, aku sudah lelah," eluh Xue Feng sambil memegang bagian perut.

"Aku juga," kata Zhao Yang dan duduk di atas kursi dengan napas terengah-engah, begitu juga dengan Xue Feng.

🐏🐏🐏

YOU ARE MY SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang