"Wuah, ini sungguh diluar ekspektasi yang kupikirkan. Ada di mana kamar utamanya? Apakah di sini?" ujar Chen Lihua yang sangat bersemangat melihat seluruh isi apartemennya dan hendak membuka kamar depan.
Zhang Xue merangkul lengan ibunya dan mengajaknya ke kamar utama di dekat ruang meja makan. Dia melihat isi kamar utama dengan sangat teliti dan saksama.
"Hebat sekali kau bisa memindahkan semua barangmu itu kemari dengan waktu terbatas," puji Xiuhan bersama sindiran di dalamnya dan memberi satu jempol untuk Zhang Xue bangga.
"Tentu saja!" balasnya dengan suara rendah dan menaikkan bahunya ke atas percaya diri dengan hasil kerja kerasnya untuk membuat rekayasa kamar pengantin baru dan senyum puas.
Chen Lihua melihat mereka berdua di ambang pintu sambil tertawa kecil di sana membuatnya senyum lega. "Xiao Xue, kenapa banyak sekali rambut di kasur ataupun lantai? Kau lupa untuk minum vitamin, ya!"
"Hehehe ... aku sangat sibuk sekali di bulan ini dan menyiapkan tugas juga ditambah sukarelawan liburan nanti ini. Jadi ... aku sering lupa meminum vitamin dari Mama," jelasnya sambil terkekeh dan memegang tangan Chen Lihua lalu mengayunkan ke kanan dan kiri seperti ayunan.
Chen Lihua melepaskan tangannya dari Putrinya hendak pergi ke dapur. "Kau masih saja sama seperti biasa! Cepat bantu aku di dapur! Xiao Xue, selama tinggal di sini, apa kau pernah masak untuk Menantuku yang tampan ini?"
"Belum. Sudah kubilang, aku sangat sibuk urusan kuliah dan memasak itu sangat merepotkan," jawab Zhang Xue enteng sembari menemani Ibunya ke dapur dengan bermanja-manja.
"Belajarlah memasak mulai sekarang! Kau ingin beri makan apa untuk anak kalian nanti, huh? Pesan makanan di restoran, mie instan, atau makanan beku di supermarket sana? Xiao Xue, kuberi tahu, ya! Di umurmu sekarang ini, aku sudah hamil dirimu dan bisa memasak untuk papamu yang suka pilih-pilih makanan itu," pesan Chen Lihua sama seperti ibu-ibu lain selalu berceramah di depan anak saat usia sudah dua puluh tahunan.
Zhang Xue berdiri di depan meja dan melihat Ibunya berjalan ke sana juga kemari di dalam dapur sambil mulut berceramah saat menyiapkan bahan, ia hanya mengangguk mendengarnya berbicara dari A sampai Z, sudah tahu semua yang akan dibicarakan sampai hafal setiap jedanya.
"Apa kau sudah mengerti?" seru Chen Lihua dengan tatapan yang tajam ke arahnya.
"Mengerti! Aku akan berusaha untuk belajar cara memasak demi Xiuhan, Menantu kesayanganmu," kata Zhang Xue yang penuh tekanan terutama di akhir kalimat sambil melirik tajam ke Xiuhan yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya santai.
Xiuhan tertawa kecil lalu berjalan ke dapur membantu Mertuanya masak dengan mencuci sayuran dan siapkan bahan lainnya. "Ma, sebenarnya, Xiao Xue sudah lebih baik dari sebelumnya dan bisa memasak masakan rumah."
"Benarkah? Kalau begitu, lanjutkan prestasimu, Nak!" kata Chen Lihua di tengah menumis sayuran memberi dukungan untuk Putrinya. "Xiao Xue, kau sebenarnya mampu untuk masak namun selalu memberatkan malasnya ketimbang bergerak padahal demi diri sendiri," lanjutnya.
"Benar, benar! Aku sangat malas dan kuakui itu."
Tiga puluh menit kemudian, Xiuhan meletakkan berbagai masakan tepat di tengah meja makan dan mengatur alat makan untuk tiga orang dengan sangat rapi serta hati-hati. Zhang Xue mencium aroma wangi menyerbak di seluruh apartemen, ia berdiri sambil membawa ponsel di tangannya dan duduk pertama di depan meja makan.
Diam-diam, mengambil udang goreng mentega dengan tangannya namun si Ibu tetap seorang Ibu, dia memergoki Putrinya mengambil udang gunakan tangan kosong langsung memukulnya dari belakang dan khas omelan kasih sayang seorang ibu.
"Cepat cuci tanganmu! Ada sumpit di sini, kenapa kau gunakan tanganmu yang kotor itu!" seru Chen Lihua yang tidak ada habis-habisnya.
"Akh! Kenapa kau tidak mengomeli si Xiuhan? Kenapa aku terus yang kena padahal aku biasa saja!" keluh Zhang Xue yang tidak terima dengan Ibunya pilih kasih.
Chen Lihua berdecak. "Dia anak orang lain, aku tidak berani mengomelinya. Kau kan anakku. Bukankah begitu, Xiuhan?"
"Ma, jikalau, aku salah beritahu saja padaku. Jangan lampiaskan kepada Xiao Xue saja. Dan juga, terima aku seperti anakmu sendiri ... aku belum pernah merasakan sosok ibu ... jadi, bisakah kau jadi mamaku juga?" ujar Xiuhan membuat suasana jadi hening dan canggung antara mereka.
Chen Lihua tersenyum sambil memberi ayam Kung Pao di atas mangkok nasi milik Xiuhan dan berkata, "makanlah yang banyak, Anakku. Mama buatkan banyak makanan enak lagi untukmu dan Xiao Xue, ok?"
"Baik! Terima kasih, Ma," jawab Pria bermarga Wang dengan senyuman dan menyantap ayam yang diberikan oleh Chen Lihua bersama nasi.
Zhang Xue makan sambil melihat ke arah mereka berdua dan tersenyum malu-malu. "Kalian seperti ibu dan anak yang sedang baikan."
"Iya, 'kah?" tanyanya penasaran dan langsung dibalas oleh Zhang Xue satu kali anggukan sambil mengambilkan sayuran untuknya. "Thank you!" ucap Chen Lihua sembari tersenyum kepada Putrinya yang duduk di sampingnya.
🐏🐏🐏
Xue Feng tengkurap di atas kasur dan bermain game dengan ponsel sambil berbicara santai bersama Xingchen yang sedang mengerjakan tugasnya di meja belajar di bawah kasur.
"Hei, bukankah menurutmu si Mata empat berlagak aneh? Dia dan Luxi ... jangan-jangan ...."
"Ada apa dengan Zhao Yang dan kak Luxi?" balas Xue Feng penasaran dan meletakkan ponsel di atas kasur lalu melihat ke bawah. "Bicaralah! Kenapa kau jadi ragu?" lanjutnya sedikit kesal karena dia bicara setengah-setengah.
Xingchen berdiri dan menghampiri di tempat kasur Xue Feng lalu berbisik di telinganya, "kurasa, si Mata empat itu menyukai Luxi."
"Hah, yang benar saja!" seru Xue Feng terkejut dengan mata yang melebar.
Dia segera menempelkan jari telunjuk di bibirnya untuk menyuruhnya diam lalu berbisik lagi, "perhatikan, saat di restoran tadi ... aku kan mau duduk di tengah yang berarti duduk di sebelah Luxi, 'kan? Tapi, kau tahu apa yang terjadi selanjutnya ...?!"
Xue Feng menggelengkan kepala agak samar dengan raut muka polos dan fokus mendengar cerita Xingchen.
"Dia langsung menyerobot dan duduk di tempat duduk yang kuinginkan, di sebelah Luxi! Kaget? Ya, kagetlah! Itu adalah kejadian kedua yang ku alami saat kita pergi makan bersama. Cerita selesai," ungkap si Xingchen dengan sangat heboh dan menggebu-gebu.
"Tunggu! Kenapa kau ingin duduk di antara mereka berdua kalau kau tahu Zhao Yang menyukai Luxi?" tanyanya yang langsung mengenai tepat di hati Xingchen dengan panah apinya.
Ia memasang muka cemberut sambil berkata, "aku hanya ingin melihatnya dari tengah dan memanggang untuk dia ... kilauan di bawah cahaya buat semakin terlihat cantik juga pesona yang memancar secara alami."
"Maksudmu ... kau mengalami cinta sepihak dengan kakakku? Kau suka dengan kakakku! Astaga! Tidak boleh, sangat tidak boleh, poligami itu ilegal! Seharusnya, kau mengejarnya lebih giat sebelum kakakku menikah sama kakak ipar! Lupakan dia saja, jangan menyukai kakakku!" cecar Xue Feng sambil berlutut di atas kasur sembari menggoyang-goyangkan tubuh Shen Xingchen dengan dua tangan untuk menyadarkan dirinya.
Dia merasa sedikit pusing seakan jiwa melayang dari tubuhnya dan merasa mual setelah Xue Feng si Gila itu tidak menggoyangkan tubuhnya seperti ia menggoyangkan sebuah pohon. Sakit vertigo yang kambuh akibat ulah Xue Feng telah membuatnya berakhir di rumah sakit karena hal sepele dengan diagnosa diakibatkan guncangan yang hebat.
"Jangan membelakangi aku terus, ya? Benar, ini salah aku, maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi, ok?" mohon Xue Feng sambil meminta maaf tulus dan menundukkan kepala bersalah.
Xingchen membalikkan badan. "Apa kau tahu maksud perkataan ku tadi?"
"Tidak tahu. Memang ... apa maksud yang kau maksud?" balik tanya pada Xingchen dengan raut muka sedih.
"Yang ku maksud adalah daging babi dan sapi! Bisa-bisanya kau berpikir aku menyukai Zhang Xue ... sangat tak masuk akal. Kau lupa, ya? Aku adalah ketua penggemar WangXue couple!" ungkap Xingchen sambil tertawa dan bangga dapat panggilan 'ketua'.
🐏🐏🐏
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY SUNSHINE
RomanceDi sebuah Universitas Baiyue ternama, ada seorang mahasiswi cantik serta pintar mendapat julukan sebagai si Ratu Baiyue dan sedangkan mahasiswa tampan, pintar dan dingin itu mendapat julukan sebagai si Raja Baiyue. Mereka berdua secara tak sengaja b...