Zhang Xue duduk di sebelah Xue Feng dan memukul pipinya yang memerah akibat alkohol untuk membangunkan dari mimpinya, ia membantu berdiri Xue Feng dari tempat duduk hendak membawanya keluar dari restoran ke mobil namun segera dicegah oleh Xiuhan setelah kembali dari membayar tagihan makanan di meja kasir.
"Biarkan aku saja," ucap Xiuhan dan memberikan dompet serta kuncinya kepada Zhang Xue sebelum memulai menggendong Xue Feng ke punggung.
Zhang Xue membuka pintu restoran dan mempersilahkan Xiuhan keluar lebih dulu lalu ia berlari ke tempat parkir mobil tepat di pinggir jalan, ia membuka kunci mobil dengan menggunakan kunci yang dibawa ditangannya lalu buka pintu mobil bagian belakang. Dia memasukkan Xue Feng ke dalam mobil dan menidurkannya di jok belakang lalu menutup pintu mobil.
"Kunci mobil," pinta Xiuhan.
"Bukankah tadi kau minum bersama Xue Feng? Apakah aku salah?" tanya Zhang Xue memastikan lagi.
Xiuhan diam saja dan memasukkan tangan ke dalam saku celananya.
"Kalau begitu, aku akan menyetirkan mobil untukmu," ucap Zhang Xue dan berlari kecil menuju pintu pengemudi lalu masuk ke dalam mobil, dia masuk ke dalam mobil bagian penumpang di sebelah pengemudi.
Ia menyalakan mobil dan melajukan mobil ke apartemen Xiuhan karena pintu asrama sudah tutup sedari tadi jam sepuluh malam. Dia melihat ke arahnya dengan tatapan dalam dan terkejut saat Zhang Xue melihat ke arahnya.
"Apakah diwajahku ada kotoran?" tanya Zhang Xue sambil memegang wajahnya dan melihat ke jalan raya.
Xiuhan berdeham. "Tidak, tidak ada. Aku hanya melihat apakah di kiri ada mobil atau tidak, kau bisa pakai jalur kiri untuk mempercepat."
"Ah, terima kasih, aku tidak sadar di bagian kiri kosong," kata Zhang Xue dan memindahkan jalur mobil ke bagian kiri jalan lalu menginjak gas lebih dalam lagi.
Sesampainya di apartemen, Zhang Xue memasukkan password lalu ia mempersilahkan Xiuhan masuk ke dalam yang menggendong Xue Feng dipunggungnya, dia langsung masuk ke dalam rumah tanpa melepas sepatu dan menidurkannya di sofa.
"Astaga, kenapa dia sangat berat sekali?" keluh Xiuhan dan coba meregangkan ototnya.
Zhang Xue menuangkan segelas air dan memberikan kepada Xiuhan yang sedang meregangkan otot di ruang tamu setelah menidurkan Xue Feng.
"Terima kasih," ucapnya dan meneguk air.
"Xiuhan, bisakah kau membantuku?" tanya Zhang Xue ragu-ragu untuk mengatakannya di depan Xiuhan.
"Membantumu apa?"
"Jadilah pacarku!" ajak Zhang Xue sambil menutup matanya tak bisa menatap mata Xiuhan dan membuka kedua matanya secara perlahan melihat reaksi wajahnya.
Dia tersedak dan batuk-batuk saat mendengar ajakannya. "Apakah ini termasuk pernyataan cinta?"
"Bukan, sama sekali tidak! Tolong bantu aku, kumohon padamu," kata Zhang Xue dan menarik lengan jas milik Xiuhan seperti anak kecil dengan perlahan mendongak ke atas.
"Aku tidak bisa melakukan itu," tolak Xiuhan dan berjalan melewati Zhang Xue yang berdiri di depannya ke meja dapur untuk menaruh gelas.
Zhang Xue membalikkan badan ke belakang. "Mengapa? Mengapa kau tidak bisa? Apakah permintaan ini terlalu berlebihan? Aku hanya ingin kau menjadi pacarku di sekolah saja, hanya pura-pura, karena ...."
"Karena apa?" tanya Xiuhan sambil mengerutkan kening melihat ke arah Zhang Xue yang sedang melihat jari-jemari tangannya. "Zhang Xue, jangan bilang, kau ingin balas dendam karna aku telah bilang kau adalah pacarku di depan bibi asrama tanpa meminta izin darimu?" lanjutnya dengan alis bertautan dan berkacak pinggang di depan meja dapur.
"Tidak, bukan begitu. Aiya! Kau harus membantuku, aku tidak bisa mengatakannya padamu sekarang. Bisakah kau membantuku dan pergi ke sekolah bersama-sama besok?" tuntut Zhang Xue sembari berjalan mendekatinya.
"Ti–dak bo–leh!" balas Xiuhan lalu ia berjalan ke kamarnya sendiri.
Zhang Xue berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya ke lantai kesal lalu masuk ke dalam kamar dan mendengus sebelum ia membanting pintu kamar cukup keras.
Xue Feng terbangun karena suara pintu yang dibanting lalu kembali tidur di atas sofa dan memakaikan selimut untuk dirinya sendiri.
"Apakah sesusah itu permintaanku? Aku tidak menyuruhnya melakukan hal aneh dan hanya berpura-pura jadi pacarku saja, apakah itu susah? Tidak susah, 'kan?" gerutu Zhang Xue yang berdiri di depan pintu lalu tangan kanannya mengepal sambil ia sedang membayangkan wajah Xiuhan di depannya saat ini dan memukulnya.
Ia duduk di atas ranjang dan mulai berolahraga untuk menjaga kelenturan tubuh sambil terus menggerutu.
Xiuhan tidur di atas ranjang dengan selimut yang menutupinya hingga dada, ia tidur menghadap kanan lalu kembali tidur telentang lalu ke kiri dan sama sekali tak bisa menutup matanya tidur karena permintaan aneh Zhang Xue tadi.
Ia duduk di atas ranjang lalu turun dari ranjang hendak pergi ke kamar Zhang Xue sebentar untuk berbicara.
Tok ... tok ... tok ....
Dia membuka pintu kamarnya penuh rasa kesal lalu melipat kedua tangan di bawah dada sambil berkata, "kau mau apa? Cepat sedikit, aku ingin kembali tidur!"
"Baik, baik, baik. Aku akan menjadi pacarmu, tapi kau juga harus pergi menemaniku ke acara peresmian di pusat perberlanjaan Nangxi besok malam. Bagaimana?" katanya sedikit ketus.
"Acara peresmian? Bukankah acara itu hanya untuk orang dalam? Apa kau sudah gila? Buat apa aku pergi menemanimu ke acara peresmian!"
"Kau tak mau menemaniku juga tak masalah, aku juga tidak ingin menjadi pacarmu!"
"Kau!" tunjuk Zhang Xue ke Xiuhan lalu menurunkan tangannya dan kembali melipat kedua tangan di bawah dada. "Baik, aku akan menemanimu pergi ke acara peresmian sebagai pacarmu. Tapi, kenapa kau tidak pergi dengan wanita yang lebih kau kenal? Apakah akan tak nyaman jika pergi denganku yang tidak tahu apa-apa soal bisnis keluargamu?" lanjutnya dan berjalan mendekatinya.
"Siapa yang bilang kau datang menjadi pacarku?" gumam Xiuhan. "Intinya, kita sudah impas," ucapnya lalu ia hendak kembali ke kamarnya.
"Tunggu!" cegah Zhang Xue.
"Kenapa?" tanya Xiuhan sambil membalikkan badan ke belakang.
"Kau lupa menstempel janjimu!" ujar Zhang Xue dan berjalan menghampiri Xiuhan yang masih bingung dengan ucapannya.
Dia memegang tangan Xiuhan lalu ia mengaitkan jari kelingking dan ibu jarinya yang menstempel janjinya, dia melepaskan kaitan kelingking lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Dasar kekanak-kanakan," gumamnya lalu berjalan kembali ke kamar yang sambil tersenyum dengan tingkahnya yang aneh dan menggelengkan kepala ke kanan-kiri.
🐏🐏🐏
Meiling duduk di depan meja sambil mengetik sesuatu di laptopnya serta sebuah senyuman miring mewarnai wajahnya yang cantik, ia tanpa ragu-ragu menekan tombol unggah dengan menggunakan tetikus lalu menutup laptop setelah mengunggah foto Xue Feng yang memeluk Zhang Xue di lorong jurusan IT.
"Zhang Xue, tamat sudah riwayatmu!" batinnya dan tersenyum miring.
Wen Jing menggosok matanya dengan tangan sambil melihat ke bawah yang melihat lampu meja Meiling masih menyala lalu ia membuka suaranya.
"Meiling, apakah kau tidak tidur? Jam berapa sekarang?" tanya Wen Jing dengan suara khas bangun tidur.
Ia terkejut dan mendongak ke atas lalu membalas pertanyaan Wen Jing sedikit gagap. "Ah ... sekarang aku akan naik untuk tidur ... tidurlah lagi, Wen Jing."
"Baiklah, selamat malam," balasnya dan kembali posisi tidur di ranjang setelah melihat Meiling mematikan lampu meja lalu naik ke atas untuk tidur.
Meiling menutup tubuhnya dengan selimut lalu menghela napas lega dan mulai memejamkan kedua matanya.
🐏🐏🐏
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY SUNSHINE
RomanceDi sebuah Universitas Baiyue ternama, ada seorang mahasiswi cantik serta pintar mendapat julukan sebagai si Ratu Baiyue dan sedangkan mahasiswa tampan, pintar dan dingin itu mendapat julukan sebagai si Raja Baiyue. Mereka berdua secara tak sengaja b...