Jina meregangkan tubuhnya, meringis saat tak sengaja menggerakkan jari tangan kanannya dengan berlebihan. Ia membasuh wajah, lalu membuka pintu toko untuk merasakan sinar mentari pagi yang hangat.
Menyandarkan dirinya di tembok, Jina tersenyum melihat lalu lalang orang-orang yang lewat di depannya. Satu persatu toko juga mulai buka. Genangan air bekas hujan masih terlihat. Dan senyum gadis itu makin lebar saat melihat Sunoo yang tengah melangkah menghampirinya.
"Sunoo-ya! Selamat pagi!!"
Namun di luar dugaan, Sunoo sama sekali tak membalas sapaan menyenangkannya dan bahkan tak mengulas senyum sedikit pun.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana bisa kau ada di sini??" tanya Sunoo. Nada bicaranya begitu tegas dengan raut wajah yang dingin.
"A-aku.."
"Kau masuk ke dalam?? Ahh iya, pasti Niki yang membukanya kan?" kekeh Sunoo, tersenyum miring.
Jina yang tak mengerti mengapa lelaki itu tampak berbeda, hanya bisa mematung di tempatnya. "Sunoo-ya, ada apa?"
"Kau masih bertanya ada apa? Kau tahu? Aku mencarimu ke manapun sampai tak tidur semalaman! Aku khawatir kau pergi terlalu jauh, bahkan kak Jitae sampai mengitari seluruh daerah ini hanya untuk mencarimu dan kau ternyata bermalam di sini lalu bertanya ada apa??" Sunoo mengusap wajahnya sambil tertawa hambar. "Kenapa? Kenapa kau kabur? Apa nasihatku selama ini sama sekali tak masuk ke telingamu, Jina??"
"Sunoo..."
"Apa kata-kata penghiburku selama ini hanya kau anggap angin lalu?? Aku memberimu banyak saran dan tak ada satupun yang kau mengerti? Kau.. ya tuhan." dengus Sunoo. Tangannya terkepal serta tatapan menusuk yang terus menyorot ke arah Jina. "Kenapa kau harus kabur?! Kau tampak seperti pengecut yang lari dari masalah! Sebenci apapun kau pada mereka.. mereka tetap keluargamu, Jina. Hargai mereka selagi ada! Kenapa kau harus melakukan ini dan merepotkan semua orang?!"
"Hentikan!!"
Jina berteriak. Ia tak tahan lagi. Dirinya tak bisa dibentak karena itu mengingatkannya pada bentakan sang papa yang tak pernah lekang dari ingatan.
Hatinya terasa sakit mendengar semua penuturan Sunoo yang terasa menusuk. Lelaki itu tampak sangat berbeda dan ini kali pertama Jina melihatnya marah. Dia bisa memaklumi, tapi tidak lagi saat apa yang diucapkannya terdengar menyakitkan.
"Kim Sunoo." ujarnya dengan penuh penekanan. Ia menatap balik dua galaksi itu. "Hentikan ucapanmu. Itu menyakitkan bagiku. Memangnya kau tahu apa?! Kau tidak tahu apa-apa. Kau tidak tahu seberapa beratnya bagiku untuk menginjakkan kaki di rumah! Kau tidak tahu betapa menakutkannya bagiku saat aku harus pulang, dan dengan mudahnya kau bilang aku lari dari masalah?? Aku kabur untuk menenangkan jiwaku, Sunoo. Aku ingin memulihkan diri, dan kau menghancurkan semuanya!! Apa selama ini semua cerita dan keluh kesahku pun... hanya kau anggap angin lalu? Apa tak sedikit pun kau memahami perasaanku?"
Sunoo memejamkan matanya sesaat, berusaha menahan ledakan emosi pada dirinya. Tangan dinginnya menarik paksa lengan Jina hingga gadis itu meringis kesakitan. "Ayo pulang!"
"Aku tidak mau! Sunoo, lepaskan aku!!" Jina berusaha melepas cengkraman tangan Sunoo yang mencekal lengannya dengan kuat. "Kenapa aku harus pulang?! Jawab aku!"
"Mereka keluargamu, Jina! Kau tak bisa seperti ini. Kau tak bisa meninggalkan mereka begitu saja!"
Jina tertawa kecil, menyentak kasar tangan Sunoo. "Kenapa aku harus seperti itu? Kau bilang hargai mereka selagi ada? Sunoo-ya, apa mereka juga menghargaiku selagi aku masih ada? Hanya kak Jitae yang khawatir padaku, tapi tidak dengan kedua orang tuaku. Meskipun mereka tahu, apa mereka peduli?? Tidak sama sekali. Mereka tak pernah khawatir. Mereka tak akan merasa kehilangan, karena aku tak pernah dianggap."
KAMU SEDANG MEMBACA
『√』Black Umbrella | Kim Sunoo
Fanfic"He's always under the rain, with his black umbrella." ⚠️PTSD, mental illness.