07 - LDR 101

1.5K 210 45
                                    


__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

the seventh part

©pearsnpearls, may 2021

__________


Sampai sekarang, belum ada definisi saklek untuk long distance relationship. Seberapa jauh jarak harus terpisah satu sama lain dan berapa lama pun bisa dimaknai sendiri-sendiri.

Untuk Bams, misalnya. Rumahnya di kawasan Cibubur berjarak hampir 50 KM jauhnya dari rumah pacarnya di BSD, Tangerang. Buatnya, ini sudah cukup dikategorikan sebagai LDR, apalagi kalau ngapelnya di jam-jam sibuk.

Sebuah pernyataan yang selalu jadi bahan tertawaan oleh teman-temannya, apalagi Jay yang sudah kenyang merasakan berjauhan dengan kekasih. Berbeda dari Bams, LDR yang dijalani Jaden dan Rosie rasanya jauh lebih mutlak. Jakarta—Melbourne tidak bisa ditempuh lewat tol dalam kota.

Berhubung pintu kemana saja masih sebatas alat dalam dongeng komik anak-anak, dua sejoli itu pun menjadikan video call sebagai senjata utama. Untung ini sudah tahun 2017, jadi teknologi sudah bukan lagi menjadi hambatan.

Di tengah-tengah sibuknya menjadi mahasiswa, keduanya berkomitmen untuk saling menjaga percaya. Tapi namanya juga anak muda, emosi kadang naik kalau melihat lawan jenis terlalu dekat keberadaannya. Takut kalau tiba-tiba sosoknya tergantikan.

"Lama!" celetuk Rosie yang dongkol karena sambungan video call-nya dengan Jay baru berhasil. Padahal, ia sudah mencoba menghubungi laki-laki itu sejak dua jam yang lalu. Memangnya Jay tidak tahu ya kalau kangen itu bikin senewen?

"Maaf, Sayang ... hapenya di dalem tas tadi," jawab Jaden berusaha menenangkan rengekan ngambek dari seberang. Namun netranya barusan menangkap sesuatu yang membuat kedua alisnya berkerut, "kamu kenapa kuyu banget? Kurang tidur ya?" tanyanya lagi.

"Masa sih? Biasa aja ah ...." Rosie menjawab sekenanya setelah sepersekian detik yang lalu ia melihat pantulan wajahnya di layar ponsel. Jay benar, dirinya tampak kuyu dan matanya terlihat seperti sedang ditindih batu, enggan untuk terbuka.

"Bener deh! Apa kamu kurang minum? Suplemen nggak pernah lewat kan? Kalo makan aku percaya deh kamu nggak akan skip."

"All good, Jay! no worries." Semoga kebohongan Rosie barusan tidak terendus sang pacar. Ia lupa minum suplemen penambah darahnya tadi pagi, membuat riwayat anemianya siap sedia untuk kembali berulah.

"Yang harusnya worry itu aku, kenapa kamu kok berduaan aja di situ?" Rosie mencoba membalikkan keadaan.

Ada sesosok perempuan cantik dengan rambut panjangnya yang diikat kuda, duduk tidak jauh dari kekasihnya. Cherry, teman satu fakultas Jaden di jurusan pendidikan dokter, terlihat serius menghadap layar laptop sambil sesekali menulis catatan di buku kecil di hadapannya.

UNTIL KINGDOM COME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang