2021

1.7K 233 11
                                    

Edisi--!!

2002 jadi baby
2021 punya baby

(sebenernya aku gmna gitu nulis ini)

-----

"Pinggangnya masih sakit?"

Monday mengangguk lemas, "Masih."

"Mas pijit ya?" tawar Jay sambil menyerahkan baby nya pada sang ibu.

Kemudian mengambil duduk di samping Monday dan mulai memijat pinggang belakangnya.

"Mas Jay dari malem belum tidur?"

"Belum."

Sontak Monday menoleh ke samping, "Yaudah tidur dulu gih."

"Enggak ngantuk."

Jari tangan Monday yang terbebas infus mengusap bagian bawah mata Jay.

"Bohong banget, orang udah item gini."

Jay tersenyum simpul, "Gapapa, mending kamu aja yang tidur, istirahat."

"---- terus mas gimana?? nanti sakit kalo gak tidur."

Belum juga merespon, pintu ruangan dibuka pelan oleh seseorang.

"Bang??"

Jay menoleh sekilas, "Hm,"

"Settt singkat banget, udah jadi pahmud padahal."

"Ck. Berisik."

Kekehan terdengar dari orang yang datang itu, Jake.

"Nih dari mami, katanya nanti sore dateng." Jake meletakan beberapa bingkisan di atas nakas.

"Emang udah pulang?"

Jake dengan santainya duduk di sofa, bermain ponsel. "Lagi jalan makanya dateng nanti."

Jay mengangkat bahu dan kembali fokus pada Monday, membiarkan Jake dengan dunianya sendiri.

"Tidur aja." ujar Jay,

Monday melirik Jake di sofa sana. "Malu." bisiknya.

"Sama siapa?"

Dagunya menunjuk Jake kemudian meringis kecil.

Dan ternyata Jake mendengar itu, "Tidur aja gapapa mbak, anggap aja gue arwah."

"Amin."

"Weh! sekate-kate lo bang."

Monday tersenyum tipis melihat interaksi mereka.

"Mas Jay aja gih yang tidur."

Jay tetap membantu Monday merebahkan diri. "Iya nanti,"

"Beneran loh ya, jangan bohong."

"Iya bener gak bohong."

Kali ini Jake berdecih pelan, "Efek samping kalo ketemu cewe yang tepat ya gini, jadi bucin tingkat dewa."

"Tolong jagain baby nya, mau merem bentar." kata Monday sedikit mengangkat alisnya sebelah.

Membuat telinga Jay memerah, "Hem?? -- iya."

Monday tertawa kecil dan mulai memejamkan matanya. Capek banget dia, yaallah.

"Bang.. "

"Apa?"

Jake menatap sekeliling, "Baby nya mana?"

"Di ruangannya lah."

"Kaga lo bawa sini?"

Jay mengerutkan kening, "Kenapa sih? lo mau gendong?"

Jake mengangguk semangat. "Iya! mau gendong, pasti lucu banget, mau gue cubitin pipinya."

"Gue bunuh lo sekarang juga."

"Ck."

"Bentar lagi juga dibawa sini sama mama."

Dan benar, saat itu juga pintu ruangan dibuka oleh ibu Jay yang menggendong baby.

"Oh my god!! lucu banget!!" pekik Jake tiba-tiba, membuat si ibu terlonjak sedikit.

"Ngagetin!"

Jake tidak mengadahkan seruan ibu Jay, dia menatap penuh kagum wajah si baby.

"Natepnya gitu banget. Mau gendong?" tawar ibu Jay.

"--- emang boleh?"

Jay dengan cepat menyahut, "Gak. Nanti sawan anak gue."

Ibu Jay tertawa melihat wajah murung Jake. "Gausah didengerin, udah sini nih gendong baby nya."

Jake kembali tersenyum lebar. Dengan hati-hati, ibu Prayoga menyerahkan cucunya kepada Jake.

"Lucu banget." gumam Jake.

Ibu Jay berjalan mendekat pada Monday yang masih tidur. "Tadi pinggangnya udah dipijit kan?"

"Udah."

"Ada ngeluh kesakitan gak istrimu?"

Jay menggeleng, "Enggak."

"Yaudah, gih pulang dulu mandi, makan, istirahat sebentar." titah sang ibu.

"---- tapi jagain istri Jay ya?"

Ibunya tersenyum manis, "Iya pasti."

Sebelum beranjak pulang, jay menyempatkan mencium kening Monday dan pipi si baby sebentar.

Dan kehidupan dia selanjutnya, mungkin saja menjadi bahagia. Karena sudah mempunyai pelengkap.

---






















bentar, ada satu lagi.

[✔] Serumah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang