--
"Yena."
Aku menoleh ke arah Alex yang melangkah santai menghampiriku. Senyum manisnya terbentuk, kemudian pudar setelah melihat Jaevan yang juga ikut keluar dari dalam mobil.
"Iya? Kenapa?" tanyaku sedikit ragu karena melihat ekspresi datar Jaevan.
"Sore ini ada rapat lagi buat penyelesaian soal kemarin." Alex memberitahu tapi iris matanya sesekali melirik Jaevan di belakangku. "Dia kakak lu?" lanjutnya bertanya.
Aku menggeleng. "Bukan, dia tunangan gua." kataku membuat Alex terdiam.
"Oh yaudah, gua ke kelas duluan ya." Alex lantas melenggang pergi setelah melempar tatapan dingin pada Jaevan.
"Siapa?"
Aku sedikit menjimprat mendengar pertanyaan Jaevan tiba-tiba. "I-itu, ketua panitianya." Sahutku gugup.
Sumpah, aku takut Jaevan marah.
"Oh." Kemudian Jaevan masuk kedalam mobilnya dan menancap gas pergi.
Aduh, semoga malem ini gada perang dingin antara aku sama Jaevan. Setelah berdoa sebentar, aku lantas melangkah masuk kedalam area kampus sambil menggendong tas ranselku.
"Eh? Lu itu cewek yang kemarin sama kak Jaevan ya?" Wony menghadang jalanku ketika sampai di aula kampus.
Aku berhenti menatap penampilan hedonnya yang seperti mau pergi kondangan. "Iya, ada urusan apa?" tanyaku sedikit jutek. Aku gasuka sama Wony, jujur. Terlalu centil menurutku untuk seukuran wanita.
"Engga sih, gua cuma mau bilang jangan terlalu nempel sama kak Jaevan. Soalnya gua udah lama naksir sama dia."
"Hah?" mataku membelalak kemudian ketawa ngakak. Aku melangkah maju lebih dekat kearah Wony. "Lu sadar gak sih lagi ngomong sama siapa?" senyum singgungku terbentuk. "Gua tunangannya Jaevan yang bakal nikah setelah lulus." Kataku penuh penekanan.
Gatau, aku gabisa ngedeskripsiin ekspresi Wony sekarang. Mungkin dia terkena serangan jantung mendadak setelah mendengar pernyataan yang kulontarkan.
"Gausah halu deh lu!" Wony masih tidak percaya.
Ku angkat tangan kananku hingga menunjukan satu cincin cantik yang melingkar pada jari manisku.
"Jelas? Bisa baca kan?" ada ukiran nama 'Jaevan' di cincinnya. Setelah itu aku melenggang pergi meninggalkan Wony seorang diri.
**
Nia mendengus sebal mendengar ceritaku tentang Wony setelah selesai rapat. Kemudian tawa nyaringnya terdengar hingga seisi kafetaria menoleh ke arah kami. "Sumpah demi apa? Dia gapunya malu apa gimana sih?" kata Nia di sela tawanya.
"Baru kali ini gua ngeliat tunangan di labrak sama orang lain." Haikal ikut nimbrung di sebelahku bersama Rendi.
"Lagian gua kurang suka sih sama Wony. Dia terlalu berlebihkan kalo ke kampus, macem mau ngelenong." Kali ini Rendi yang ngomong. Soalnya pedes banget.
Aku ikut ketawa bareng Nia. "Halah gaboleh gitu, disodorin juga mau kalian." Cibirku membuat Haikal dan Rendi melotot.
"Gila ya lu, Na? yakali gua mau sama cewek macem Wony." Haechan protes. "Gua udah punya crush." Lanjutnya sambil tersenyum konyol.
"Siapa? Emang ada yang mau sama lu?" tanyaku lagi-lagi membuat Nia terbahak.
"Ada, si popo geboy." Rendi nyaut membuat tawaku dan Nia semakin pecah.
Ditengah suasana komedi yang kita buat, tiba-tiba ada cowok yang datang menghampiriku.
"Na, hari ini pulang sama siapa? Mau bareng gak?" Alex berdiri di sebelahku membuat seisi meja terdiam hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) TSUNDARE
Fanfiction: Yang dingin juga bisa meleleh kalo di angetin terus tiap hari. TSUNDARE ⓒ CIRIEKINNA